Two Bad • Part 2 ~ Life

3.7K 78 2
                                    

◻️◻️◻️

Kamu tak sadar, hal kecil yang ada di sekitarmu bisa membantumu di saat-saat sulit.

◻️◻️◻️

Kali ini Mayra memilih tour keliling sekolah daripada harus berdiam diri mendengarkan penjelasan guru yang membuatnya mengantuk.

Yang dimaksud dengan tour keliling sekolah di sini ialah, bagaimana Mayra berkeliaran di luar kelas sambil petak umpet dengan guru.

Mayra berjalan dengan santai di koridor lantai tiga sambil menyeruput jus tomat yang sempat ia beli tadi di kantin. Di tangannya yang lain juga ia menenteng satu kresek berisi dua jus dengan varian berbeda. Untuk siapa dua jus itu? Ya, untuk Mayra lah siapa lagi. Selain untuk diminum oleh Mayra, dua jus itu juga sangat berperan penting dalam menyelamatkan hidupnya.

"Mayra, kamu ngapain ada di lantai ini?" ucap Pak Samsul sambil berkacak pinggang di depan pintu kelas yang sedang ada di bawah bimbingannya saat ini.

"Aduh Pak ... Bapak gak liat? Saya bawa dua jus ini." ucapnya sambil mengangkat kresek di tangannya.

"Apa hubungannya?"

"Saya disuruh beli jus sama guru yang ngajar di kelas sebelah Pak."

Tuh kan, bener. Selain berkhasiat dan menyehatkan tubuh, dua jus itu juga dapat menyelamatkan jiwa raga Mayra dari hukuman guru-guru killer macam Pak Samsul.

"Masa?" Pak Samsul menatapnya tajam.

"Iya." Mayra menganggukan kepalanya meyakinkan.

"Bodo." Jawab Pak Samsul sambil memasang wajah datar.

"Amat."

Mayra tak ingin kalah, ya sudah balas saja gampang kan? Siapa yang mulai coba?

"Kamu ya!?" Pak Samsul meninggikan nada suaranya.

"Saya Pak?" Mayra memasang wajah polosnya.

Pak Samsul semakin naik pitam. Tadinya ia ingin mempermalukan murid nakalnya ini di depan murid kelas XII. Tapi sekarang malah ia dipermalukan balik. Keterlaluan anak ini.

"Kamu ya?! Bapak hukum ka-" belum sempat Pak Samsul menyelesaikan ucapannya, Mayra memotongnya dengan ucapan lirih.

Mayra menutup mulutnya tak percaya-berakting. "Bapak mau hukum saya? Aduh bapak kejam sekali bapak menghukum anak baik kayak saya gini yang susah dicari, tapi sering dijolimi dan dimaki. Teganya wahai bapak!" Mayra menggelengkan kepalanya sambil mengusap sudut matanya yang tak mengeluarkan air mata setetespun.

"Mayra Azzahra, kapan kamu tobat?" Pak Samsul menajamkan pandangannya pada Mayra.

Mayra mengusap sudut mataya untuk yang terakhir kalinya, ia kembali memandang Pak Samsul dengan tampang polosnya. "Kalau ada yang ngasih tau saya kapan kiamat datang pak." Seperti mendapat pencerahan—yang datang dari ucapannya sendiri, Mayra kembali berujar, "kasih tau dong pak!"

Pak Samsul semakin menatapnya garang. "KAMU YA?! CEPET BERSIHIN TOILET PEREMPUAN!"

Mayra seolah tak terganggu dengan teriakan Pak Samsul, ia tetap mempertahankan muka polosnya. "Bapak hukum saya?"

"YA IYALAH!HUKUM KAMU! SIAPA LAGI?!"

"Tapi saya gak peduli!" Mayra membalikan tubuhnya dan berjalan menjauhi Pak Samsul.

Pak Samsul akan meledak saat itu juga, tapi ....

"Bye bye Bapak Samsulku tercinta!" teriak Mayra sambil melambaikan tangannya. Tak lupa kedipan mata beserta ciuman jarak jauh ia berikan pada Pak Samsul.

Pak Samsul hanya bisa mengusap dadanya sambil komat-kamit gak jelas. Sementara murid-muridnya menertawakan pertunjukan itu.

◻️◻️◻️

"Gue masih kepo Fer, ngapain aja lo sama cewek yang waktu itu?" tanya Ephen sambil menusuk-nusuk makanan milik Fero dan memakannya.

"Kepo lo." ucap Fero sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Yoi Fer! Ngapain aja lo sama tu cewek?"

"Jangan maen rahasia-rahasiaan lah Fer! Jangan ada yang disembunyiin dari kita-kita. Kita udah ngenal satu sama lain, ukuran anu lo juga gue tau."

Fero melotot. "Lo gila! Mana pernah gue liatin punya gue sama lo!"

"Ya ampun Fer! Otak lo itu ya?! Ngeres banget!" decak Ephen.

"Lo sendiri yang mulai, gue tau ukuran anu lo."

Ephen terkekeh, "Gue kan gak bilang anu yang gue maksud itu apa. Intinya lo jangan nyimpulin sendiri arti dari anu yang gue maksud itu apa."

Fero mendengus keras. Ephen selalu bisa membuatnya tak berkutik.

"Kasih tau dong Fer, ngapain aja lo sama cewek waktu itu. Jangan-jangan lo udah nganu ya sama tu cewek?" ucap Ephen ambigu.

"Apanya yang nganu, hah?"

Ephen menaikturunkan kedua alisnya. "Lo tau lah maksud gue,"

Fero tak menggubrisnya. Ia berkata, "Gue gak ngapa-ngapain sama dia. Cuman nganterin balik."

Ephen membulatkan mulutnya. "Darimana lo tau rumahnya?"

"Di tinggal di hadapan apartement gue," ucap Fero pelan.

"Bukannya, apartement sebrang lo itu-milik cewek cantik itu kan?"

"Iya apartement Varidza. Mungkin temennya."

Fero mengedikan bahu acuh-seolah tak peduli ... padahal ia benar-benar penasaran dengan siapa sosok Mayra yang sebenarnya. Sebenarnya siapa Mayra? Fero belum pernah melihat Mayra di apartemen Varidza? Mungkinkah temannya? Mungkin ....

Waktu itu saat Fero menanyakan di mana sebenarnya Mayra tinggal—tepat setelah Mayra muntah—saat itu Mayra berkata 'gue udah gak tahan' ternyata Mayra tidak tahan ingin segera muntah—untung Mayra memuntahkan cairannya itu sambil membuka pintu sehingga tak mengotori siapapun dan apapun—barulah Mayra menyebutkan nama apartemen tempat ia tinggal setelah Fero memberinya sebotol air. Fero tersentak untuk beberapa saat ... karena apartemen yang disebutkan Mayra merupakan tempat tinggalnya juga. Ia menoleh memperhatikan baik-baik wajah pucat Mayra—Fero menggelengkan kepalanya. Ia belum pernah melihat Mayra berkeliaran di sekitar apartemen.

"Lantai berapa?"

"8."

Fero langsung menatap Mayra kaget. Pasalnya di setiap lantai hanya diisi empat apartemen dan di lantai delapan itu baru diisi olehnya dan Varidza. Sesampainya di lorong apartemen, ia langsung mengantarkan Mayra ke depan pintu apartemen yang dikiranya milik Mayra. Mayra langsung menatap Fero protes. Dengan oleng Mayra berjalan menuju pintu apartemen Varidza. Mayra membuka pintu dan menutupnya tanpa menghiraukan Fero yang menatap cengo pintu itu.

Fero menggelengkan kepala dan memasuki apartemen miliknya. Gadis macam apa Mayra sebenarnya? Benar-benar tidak tau terima kasih. Dan kenapa bisa masuk ke apartemen Varidza? Mana mungkin temannya Varidza-Varidza kan baik, tak seperti Mayra.

Sebaiknya ia tanyakan saja nanti kepada Varidza. Ya, nanti, karena Varidza sedang tidak berada di kota ini—berangkat malam ini. Gadis yang sudah ia anggap adik kecilnya itu pergi mengunjungi neneknya. Varidza berpamitan padanya dan bertanya ingin dibelikan oleh-oleh apa, tapi ia menolak.

Ngomong-ngomong, siapa yang membersihkan bekas muntahan Mayra di parkiran?

◻️◻️◻️


Next: Part 3 ~ Meet again

Di part ini cuman nyeritain kehidupan mereka di sekolah, huhu.

Mana mungkin ketemu, kan beda sekolah, wkwk.

Two BadWhere stories live. Discover now