Tigapuluhdua

2.5K 116 14
                                    

Untuk orang seperti ku adalah kaku,
Jika harus terus terang tentang sendu.
-Dear, Mantan 2

\\//

Duduk berdua di pojok sebelah kiri, dengan makanan yang sudah dihidangkan sejak 15 menit yang lalu. Tidak ada yang berbeda, dari 3 hari kemarin selama di Bengkulu mereka hanya melakukan aktivitas seperti ini. Makan bersama di restoran, dan bersantai di balkon saat malam.

Galih merogoh saku nya, mengambil ponsel yang sedari tadi bergetar terus-menerus.

"Ya?"

"..."

"Sudah pasti?"

"..."

"Lusa saya pulang, terimakasih Mario." Galih berusaha dalam konteks kerabat kerja, selama Ardita dihadapan nya dia tidak bisa berkata seenaknya.

Galih menyimpan ponselnya di atas meja, lalu kembali menikmati makanan nya.

"Siapa?"

"Mario."

Ardita mengangguk pelan, yang Galih tangkap saat ini adalah Ardita menunggu laporan mengenai Arnold tanpa harus ditanya lebih dulu.

"Ginjal kanan Arnold mengalami kerusakan, kurang dari 30% dapat bekerja. Apalagi kondisi nya cukup lemah."

"Lemah, bukan cukup. Lalu?"

"Lalu apa? Mario sudah menyiapkan penanganan intensif."

"Kenapa ga kamu aja yang mengurusnya langsung? Mario tidak lebih baik dari kamu, Mas."

Galih menelan makanan nya dahulu, menyeruput sedikit teh hangat di depan nya. Lalu, menatap Ardita dengan lekat. "Harus aku yang menangani nya, atau memang kamu harus mendampingi nya selama proses perawatan Arnold?"

Ardita tersentak saat itu, "Mas, toh di sini kita ngapain sih? Wasting time kan? Tidur, jalan, makan, hanya itu yang kita lakukan selama 3 hari di Bengkulu. Hal kaya gini bisa kita lakukan di rumah, tanpa harus jauh-jauh ke Bengkulu, menghabiskan uang, waktu bahkan-"

"Bahkan kesempatan mu untuk menemani Arnold?" Galih berhasil menyela ucapan Ardita.

"Lusa kita pulang. Aku ke toilet dulu, nanti tunggu di mobil." Tidak menunggu waktu lama, Galih merasa ada yang tidak beres dengan kondisinya.

Ardita kehabisan akal untuk mengerti jalan yang Galih buat untuk nya, entahlah mungkin dia salah. Tapi, mungkin lebih baik dia menemani Arnold jika harus berpergian jauh melakukan hal biasa di tempat yang menghabiskan banyak uang.

-----------

Diantara mereka tidak ada lagi yang membuka obrolan, hingga waktu tidur dan langit mulai hitam pekat. Galih menemani tidur Ardita hingga terlelap, lalu bangkit meninggalkan secarik kertas untuk nya.

Malam ini, segalanya perlu ia renungi. Galih paham, tidak akan ada yang tahu tentang hidup seseorang. Ada baiknya menjaga yang belum rusak, dan memperbaiki yang hampir rusak. Namun, kesadaran itu tidak membuat nya berpikir untuk merepotkan diri mengurus pemeriksaan dan penanganan intensif.

Dear, Mantan 2Where stories live. Discover now