Sembilanbelas

2.7K 133 17
                                    

Apalagi yang bisa saya lakukan?
Ketika mencintai hati yang selalu merasa ragu.
Selain, membenarkan apa yang dia inginkan.
Dan mempercayai apa yang dia katakan.
Biarlah hati yang tercabik,
Asal keputusan nya tidak pernah saya usik.
-Dear, Mantan 2

\\//

"Semisal lo sekarang yang jadi Galih, apa lo rela liat Galih pake jaket yang Nabila kasih dan ngebiarin hoodie pemberian dari lo?"

Kalimat itu masih mengiang di telinga nya sampai hari ini, sampai di mana hari terakhir Ardita di Jakarta. Ardeta selalu memberi saran yang terbaik, saran yang selalu dilahirkan atas kemauan Ardita sendiri. Ardeta tidak pernah memaksa apapun itu, dia hanya memberikan sepenuhnya keputusan kepada Ardita. Namun, kali ini Ardeta meminta hal yang tidak sesuai hati nya.

Dia menarik nafasnya panjang dan mengeluarkan nya perlahan, mencoba mengambil paper bag yang di simpan di samping tempat tidur nya. Ardita yakin, saran Ardeta saat ini jauh lebih baik daripada kemauan hati nya.

"Udah siap?" Ardeta masuk begitu saja ke dalam kamar nya, karna pintu nya pun terbuka lebar.

"Udah." Ardeta hanya membalas dengan anggukan, lalu tersenyum sebagai arti mengajak nya agar segera berangkat.

"Ay?"

"Iya?"

"Gue pilih hoodie." Seolah kalimat itu menjelaskan keputusan nya saat ini, Ardeta berbalik badan dan memelukan Ardita.

"Gue tau, lo ga akan ngecewain siapapun."

"Makasih saran nya, Ay." Ardeta mengangguk cepat dan melepaskan pelukan nya.

Ardita pamit kepada Cathrin dan Andra, terlebih lagi dia meminta maaf karna perdebatan beberapa hari yang lalu. Dan, terutama Arkan hubungan nya mulai membaik setelah Ardita membiarkan Arkan memberi penjelasan.

"Sampaikan salam Bunda ke Tante Maura ya." Pesan Cathrin.

Hari ini Ardeta hanya mengantarkan Ardita ke rumah Galih, Ardita pergi bersama keluarga Galih ke Bandung. Ini bukan kemauan nya sebenarnya, hanya saja menolak ajakan Maura akan memperburuk hubungan nya dengan Galih.

<<<<>>>>

"Ka Ardita!!" Suara itu Ardita mengenal nya, Ashilla berlari ke arah nya menyalami nya lebih dulu saat baru turun dari mobil.

"Hallo, Ashilla." Sapa nya kembali.

Ashilla membawa nya menemui Maura yang sudah menunggu nya, jujur saja jantung nya seperti mau copot hari ini. Bagaimana tidak, pertemuan pertama mereka bersama Galih saja Ardita sudah kaku, apalagi pertemuan kedua ini tanpa Galih.

"Assalamualaikum, Tante."

"Waalaikumsalam, hallo Ardita. Apa kabar, sayang?" Jawab nya sambil memeluk Ardita.

"Alhamdulillah aku baik." Jawab nya setenang mungkin, "Om Baskara? Apa kabar Om?" Ardita harus ramah kali ini.

"Baik, kamu sendiri?"

"Baik ko, Om."

"Yasudah, karna kamu sudah datang. Kita berangkat sekarang ya." Baskara melangkah lebih dulu menuju mobil.

Dear, Mantan 2Where stories live. Discover now