Duapuluhempat

2.4K 122 3
                                    

Menjelang hari bahagia,
Lalu kenapa kamu buat saya kecewa?
-Dear, Mantan 2

\\//

Sudah berlalu 3 hari semenjak kejadian itu, Ardita berusaha beraktivitas senormal mungkin.

Selama hari itu pula, Galih selalu mencari nya dan Maura tidak berhenti menghubungi nya. Bukan Ardita menjauh dari masalah, melainkan Ardita perlu waktu untuk memastikan hubungannya ini sungguhan.

Ardita berjalan pelan menuruni anak tangga, dengan ponsel yang tidak lepas dari pandangan nya saat ini.

"Kamu belum siap-siap?" Suara berat dari Andra, menginterupsi Ardita untuk berhenti memainkan ponsel nya.

"Aku kan ke Bandung nanti jam 3 sore." Pernyataan itu tentu saja menjerumus kepada penampilan Andra yang saat ini sudah rapih.

"Oh yaudah kalau gitu." Andra melengos mengambil tas nya di atas sofa. "Ayah mau kemana?" Tanya Ardita.

"Lho, bukan nya Ayah nganterin Ardita ke Bandung ya?" Itu suara Arkan yang baru saja keluar dari kamar nya.

"Lho, kan Ayah harus ke Malang hari ini. Ardita ya berangkat sama Galih."

Ardita berdecak kesal, "Ayah, tapi kan-"

"Bersikap dewasa sedikit Ardita, sebentar lagi kalian tunangan."

"Ayah, ini bukan soal dewasa. Yah, Galih itu harus dikasih peringatan sesekali aja." Protes Arkan.

"Tau apa kamu? Urus saja hubungan kamu sama Kanaya. Kalau kamu ga suka Ardita berangkat sama Galih, yaudah kamu anterin."

"Gabisa dong, aku ada janji yah sama Kanaya." Kesal Arkan.

"Ini apa sih, kok jadi saling lempar Ardita gitu aja." Protes Ardita. "Aku gausah ke Bandung aja sekalian." Ardita melangkah kan kaki nya lagi menaiki anak tangga, meninggalkan Arkan dan Andra yang masih berdebat.

---------


Setelah mengurung diri di kamar semenjak perdebatan itu, Cathrin menghampiri nya saat itu. Menjelaskan kalau seharusnya memang sikap nya tidak seperti ini.

"Kamu harus dewasa lho, kan sudah mau tunangan."

"Definisi dewasa untuk Bunda itu apa sih? Aku masih belum paham, bun." Ardita berdecak kesal saat Cathrin berpihak sama seperti Andra.

"Menyelesaikan masalah dengan baik, bukan hubungan nya yang diakhiri. Tapi masalah nya, sayang."

"Bunda? Wanita mana yang diam saat melihat calon tunangan nya hangat dengan masa lalu nya. Bun, Ardita kecewa sama Galih."

"Terus, masa kekecewaan itu bikin kamu ga ke Bandung?"

"Ardita tetep ke Bandung." Suara yang sangat Ardita kenali, Arkan.

"Sama abang, kan?"

Arkan diam tidak menjawab, dia menghela napas nya saat ditanyakan hal itu.

"Aku minta anter Ardeta sama Abyan aja." Putus Ardita, seolah tahu jawaban Arkan.

"Engga, kamu berangkat sama Galih." Jawab nya dingin.

Ardita menahan sesak yang ada di dalam dada nya saat ini, dia tidak mau lagi berdebat hanya karna sosok Galih yang entah berantah hati nya ada dimana.

----------

Sekantung plastik putih berisi puluhan es krim dan cokelat kini sudah tepat ada di samping nya. Semua itu Galih yang belikan untuk Ardita, karna selama perjalanan Ardita enggan membuka suara selain mengangguk dan menggeleng jika menolak.

"Es krim makan, nanti leleh."

Ardita hanya melirik nya sekilas, lalu membuang lagi pandangan itu.

"Kamu belajar dari es krim itu, ya kalau didiemin ga akan enak nanti nya."

Ardita kesal nya minta ampun, dia tidak pandai membisu. Jika soal berdebat, itulah hobi nya.

"Lo belajar dari es krim, kalau masalah itu ya bukan es krim yang didiemin langsung mencair." Ketus nya.

"Aku minta maaf sama kamu."

"Minta maaf itu ya sama calon tunangan, karna udah nganterin gue pergi ke Bandung."

"Calon tunangan ku ya kamu."

"Masih bisa lo lebel diri gue dengan sebutan itu? Kalau main hati tuh jangan lupa otak ya dibawa. Biar cinta ga bikin bego sampe DNA."

"Ardita, sebentar lagi kita tunangan kan."

"Terus, urusan sama gue apa?" Ardita menoleh, "Sekali gue diemin, dua kali gue liatin, tiga kali gue tinggalin, apa lo mikir, Gal? Gue berusaha atur jadwal gue, berusaha jadi sosok yang baik buat lo. Berusaha sabar saat masa lalu lo dateng, karna gue paham arti masa lalu untuk seseorang. Tapi, apa harus seberlebih itu lo ngerasa baik-baik saja saat melakukan nya?"

"Gue tau gue salah. Dan, gue minta maaf." Lirih nya.

"Lupain ya, Gal. Gue cape, cape banget. Lo mau tunangan ya urus sama lo, gue sibuk mikirin masa depan gue bukan masa orang yang di samping gue." Ardita menarik napas nya, "Jangan geer, gue bersikap kaya gini karna ini dewasa dalam definisi Bunda. Dan, gue gamau ngecewain Bunda." Penekanan nya di akhir kalimat.

Galih menghela napas nya, dia akui saat ini dia memang sangat salah besar. Tidak seharusnya dia terpesona dengan masa lalu nya, Nabila.

Mungkin memang dengan cara mengurus soal pertunangan nya lah Galih akan sedikit mengurangi rasa kecewa Ardita, sekaligus membuktikan kalau kali ini dia memang benar-benar menyesal dan ingin dengan sungguh-sungguh.

------------

"Sampe kapan mau kaya gini terus?" Tanya laki-laki yang berumur sekitar dua tahun di bawah nya.

"Sampe Ardita bahagia."

"Lo nyiksa dia kalau gitu." Adhyastha menoleh, "Lebih nyiksa lagi kalau gue datang dan liatin muka gue di depan mata nya."

"Tha, terus mau sampe kapan lo sembunyi kaya gini? Ngirimin segala sesuatu tanpa nampakin diri di depan Ardita. Dia perlu tau lo siapa, bisa aja kan semua usaha lo hasil kalau dia tau siapa elo."

"Gua cuma mau jagain dia, ngeusahain dia ga sedih. Soal dimilikin sama gue atau engga, itu Tuhan yang tau." Adhyastha meninggalkan laki-laki itu, dengan paper bag yang isi nya sudah pasti untuk Ardita.

Bagi Adhyastha, segala sesuatu nya biar saja mengalir, tidak terikat. Karna bagi nya, masa lalu nya akan tetap menjadi acuan nya hingga kini. Dimana memiliki tidak akan sepenuhnya membahagiakan, ada kala nya semua akan pergi pada waktu nya.

Dan untuk seorang Ardita, Adhyastha hanya ingin ada meski tak berwujud nyata. Jika nanti Ardita pergi pada waktunya, setidaknya Adhyastha tidak lagi merasa sakit ditinggalkan karna pernah memiliki.

Adhyastha membuka kalender kecil yang digantung di depan kamar nya.

"Sebentar lagi, kamu akan tau Adhyastha Prasaja." Gumam nya, saat melihat kalau waktunya untuk berhadapan dengan Ardita akan segera datang.




















DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-73:)
Indonesia sudah merdeka dari penjajahan, kamu jangan lupa merdeka dari kenangan mantan:)))

Maap kalau bikin nunggu, terus ngecewain maapin yaaa:(((((
Jadi, di part selanjutnya Adhyastha bakal nemuin Ardita secara langsung. Dan, itu bakal mengungkap identitas Adhyastha yang asli.

Jadi, tungguin ya:))))

I LOVE YOU GENGS!!!!!

Dear, Mantan 2Место, где живут истории. Откройте их для себя