Duapuluhtujuh

2.5K 127 5
                                    

Salah saya pernah melepas,
Pernah mengikrarkan janji kita sudah tuntas.
Saya akui kamu memang bukan oksigen yang membantu saya bernapas.
Tapi, kamu lah alasan dari mencintai tak melulu melalui paras.
-Dear, Mantan 2

\\//

"Jangan kejar lagi, mereka yang sudah memilih." Mohon seorang wanita yang kini berdiri di hadapan nya.

"I believe you can." Puncak dari segala kalimat panjang yang dia ucapkan sedari tadi.

Wanita itu memakai jaket putih, rambutnya terurai persis seperti wanita kesayangannya. Melihat nya memohon bahkan tubuh nya bergetar, karna ingin semua nya sesuai dengan keinginan nya, ia tak tega untuk menolak atau berkata kasar.

Anggukan itu membuat gemetar hebat pada tubuh wanita itu berhenti, perlahan dia menatap manik mata laki-laki itu sambil memegang dua bahu nya. "Learn to be strong, because no one else can do it for you." Lalu perlahan wanita itu pergi meninggalkan seseorang yang masih terpaku di tempat tadi.

"Bahkan tanpa perlu diingatkan untuk pergi, perlahan waktu akan membawa saya pergi. Bukan hanya hati, tapi juga diri." Setelah diam, dan pergi nya wanita itu. Dia bersuara, sambil menatap kepergian wanita itu.

-----------

"Gimana?" Cathrin tiba-tiba duduk di hadapan Ardita yang sedang menikmati secangkir teh tarik di depan teras.

"Apanya?"

"Sudah yakin kan?"

"Bunda, maafin aku kalau banyak banget hal yang udah aku lakuin dan itu semua bikin bunda kecewa. Buat ayah kesulitan terus, dan bikin keluarga kita malu." Ardita menatap Cathrin, "Tunjukan satu hal bunda, supaya aku ga akan lagi nyia-nyiain Galih."

"Semua berasal dari hati kamu, hanya ada dua alasan orang gagal. Mereka memang tidak pernah bisa melanjutkan atau mereka tidak pernah mau berusaha, bunda tau banget gimana rasa nya jadi kamu. Untuk meninggalkan masa lalu itu bukan terbilang mudah, tapi percaya sama bunda. Galih adalah pengganti terbaik dari penantian kamu selama ini."

Ardita diam, memaknai setiap kata yang Cathrin ucapkan.

"Akad nikah kamu jadi kapan?"

"Kurang dari satu bulan ini, bun." Ardita menarik napas nya terlebih dulu, "Tepat tanggal 22."

"Ardita?" Seolah Cathrin paham saat itu.

"Gapapa bun, aku bisa kok. Itu cuma tanggal, hati ku tetep yakin buat Galih." Ardita berusaha meyakinkan Cathrin, sebab untuk meyakinkan diri nya sendiri mungkin akan berjalan seiring waktu.

"Jangan kecewakan Galih lagi, ini kesempatan terakhir kamu." Rasa nya berat saat mendengar kalimat itu, Ardita takut mengecewakan lagi nanti nya.

-------------

Galih berjalan bolak-balik sedari tadi, menatap jendela yang terbuka lebar di dalam kamar nya. Berulang kali dia memikirkan semua dengan matang, namun keraguan selalu hadir di sana.

Galih memang sudah kembali dengan Ardita, tapi bukan berarti kepercayaan sudah penuh kembali pada wanita itu. Jujur, setelah dikecewakan dua kali Galih sempat ragu untuk melanjutkan semua nya lagi. Dia hanya tidak ingin menyesal, jika tidak memberikan kesempatan sekali lagi agar Ardita berubah.

"Kamu kok mondar-mandir terus?" Itu Maura yang sedari tadi berlalu lalang melewati kamar Galih, dengan keadaan pintu terbuka lebar.

Galih hanya menghela napas nya.

"Ada masalah lagi?"

"Engga ada, Ma."

"Kamu sudah persiapkan apa hari ini? Kok ga gercep sih mau nikah juga."

Dear, Mantan 2Where stories live. Discover now