Tigapuluh

2.6K 125 17
                                    

Bagaimana jika rindu tak bertepi?
Pertanyaan tak terjawab?
Haruskah melanjutkan apa yang sudah dimulai?
-Dear, Mantan 2

\\//

Arkan membuka sedikit pintu kamar itu, suasana putih membuat nuansa kamar itu berbeda. Beberapa jam lagi, ia akan kehilangan adik kesayangan nya, Ardita.

Arkan hanya melihat Ardita dari celah pintu yang ia buka, ada raut wajah tak biasa di sana. Arkan paham, ada yang mengganggu perasaan nya saat ini.

Flashback On

"Hari ini masih dines?" Tanya Ratu yang menyamai langkah nya saat melihat Ardita masih sibuk bekerja.

"Iya ka, lagian kan nikah nya besok."

Ratu menerawang setiap raut wajah Ardita, lalu tertawa kecil. "Besok itu H-jam lho, kamu tuh nikahan sendiri udah kaya mau main."

"Udah beres semua kok, jadi aku pilih hari ini dines aja." Ratu mengangguk mendengarkan jawaban itu, "Dokter Galih hari ini dines juga?"

"Engga, hari ini dia libur." Ratu mengganggukan kepala nya lagi, "Pantesan tadi aku liat, Dokter Mario ada di ruangan Mawar."

"Sementara menggantikan Mas Galih mungkin, tidak terlalu buruk kan kondisi nya?"

"Justru itu, Ar. Dokter Mario menunda jadwal pasien yang harus check up hari ini, karena kondisi pasien di ruang Mawar sangat mengkhawatirkan." Sebenarnya Ardita tidak tertarik dengan obrolan semacam ini, masih banyak laporan yang harus ia buat untuk pergantian jaga ruang hari ini.

"Dia itu korban kecelakaan, beberapa hari yang lalu. Masih koma sampai sekarang, detak jantung nya lemah. Baru saja menjalani operasi entah di bagian apa, aku gatau." Ardita mencoba menyimak apa yang Ratu ceritakan saat itu. Sambil berjalan menyusuri lorong, Ardita tidak sengaja bertatap muka dengan laki-laki yang kemarin bersikap cuek kepada nya.

Terselip pemikiran lain di otak nya, "Ka, pasien nya bernama siapa?"

"Suster Ratu!" Panggil Maria, salah satu perawat di rumah sakit itu.

Maria berjalan ke arah mereka berdua, menghentikan obrolan yang hampir saja dijawab oleh Ratu. "Ada pemeriksaan pasien ruang tulip beberapa menit lagi, Dokter Andre sudah menunggu di ruangan nya."

"Ardita, aku duluan ya." Ardita hanya mengangguk tanpa sadar, pertanyaan itu masih menyelinap di kepala nya saat ini.

Dengan cepat Ardita membuat laporan itu, beberapa menit lagi pekerjaan sudah selesai. Ardita berniat pergi ke ruangan mawar, tempat dimana satu-satu nya pasien yang tidak pernah Galih ceritakan kepada Ardita.

Ardita berjalan menyusuri lorong, agak jauh memang dari ruangan nya. Namun tinggal beberapa kamar lagi, ruangan mawar sudah terlihat dari tempatnya berpijak.

"Suster, sus tolong pasien di ruang mawar. Tiba-tiba detak jantungnya menghilang dan ada namun lemah." Ardita bisa mengenali siapa orang di hadapan nya kini, wajah nya yang sebagian tertutup masker membuat laki-laki ini tidak mengenal nya sama sekali.

Ardita dengan cepat memakai sambungan darurat, "Dokter Mario, pasien di ruang mawar mengalami masalah."

Laki-laki itu masih berdiri di depan nya, dengan wajah cemas dan suasana hati nya yang gelisah.

Dear, Mantan 2Место, где живут истории. Откройте их для себя