Duapuluhdelapan

2.8K 128 21
                                    

Beberapa hari lagi,
Iya, setelah banyak ragu di hari kemarin.
Ku harap sejati nya nama ku sudah kamu tulis di hati.
Jadilah milik ku, jadilah penutup dari segala rasa yang membatin.
-Dear, Mantan 2

\\//

"Lho, Mas Galih?" Ardita sedang mencoba gaun pengantin nya, dengan memutar-mutar badan nya melihat diri nya di pantulan cermin dari segala arah menurutnya. Lalu, terpaku saat seseorang di belakang nya tersenyum.

Galih tidak mengucapkan apa-apa, ini memang pertama kali nya lagi Ardita dan Galih bertemu setelah memutuskan tanggal pernikahan waktu itu.

"Kamu ga dines?" Ardita kembali setelah melepas gaun yang ia kenakan tadi.

"Libur."

"Dines minggu-minggu ini sibuk ya mas, sampe ga sempet temenin aku siapin pernikahan kita?" Galih terpaku saat dengan polosnya Ardita menanyakan hal itu.

"Gaun pengantin nya udah kamu pilih kan? Kalau iya, kita pulang sekarang."

"Gal? Tell me." Lirih Ardita.

"Ayo pulang." Galih tetap bersitegas tidak menjawab apapun, hal yang ia lakukan adalah menarik tangan Ardita keluar dari butik itu.

Sepanjang jalan keheningan itu tercipta. Tidak ada satupun yang bersuara.

"Kamu pernah jadi pengemudi mobil online?" Tanya Ardita memecah keheningan.

"Engga, kenapa?"

"Tapi, aku udah kaya di supirin sama pengemudi mobil online." Akui Ardita.

"Maaf ya." Galih mengucapkan nya tanpa menoleh.

"Kamu kenapa sih, Gal? Aku ada salah lagi?"

Galih masih diam, dia membelokkan mobil nya ke sebuah tempat makan. Ardita hanya mengikuti Galih, dia tidak mau banyak bertanya dulu. Toh, pertanyaan nya sejak tadi saja hanya dibales sesingkat mungkin.

Dari menempati tempat duduk, hingga memesan makanan. Dan, makanan itu datang Galih tidak membuka suara nya tentang apa yang ditanyakan Ardita.

Ardita melahap satu sendok pudding yang ia pesan tadi, berbeda dengan Galih. Ia lebih memilih memesan makanan berat, lalu fokus pada makanan nya.

"Gal." Galih hanya mengangkat kepala nya, setelah melahap satu sendok makanan nya.

"Are you ok?"

"Maaf, baru kali ini bisa nemuin kamu."

"Aku ngerti, aku tau kamu sibuk dan jadwal dines ka-"

"Aku ga dines, aku sengaja untuk ga nemuin kamu." Ucapan itu membuat Ardita berhenti memotong puding nya.

"Ada banyak hal yang harus aku bangun lagi, aku cuma mau menciptakan rindu yang sebenarnya di antara kita." Galih menatap Ardita, "Bukan kah karna jarak dan waktu bertemu kalian sulit, kamu sering merindukan dia? Aku rasa seperti itu, dan aku mencoba nya."

Ardita bingung harus menjawab apa saat itu, dia sadar bahwa luka Galih terlihat jelas saat ini.

"Beberapa hari lagi, kita akan menikah. Mama bilang, kalau saat itu kamu meninggalkan aku lagi artinya memang kita tidak ditakdirkan dalam satu atap. Kamu boleh pergi, dan aku ga akan nahan lagi."

"Gal, aku minta maaf. Aku tau aku salah, dan aku mohon sekali lagi kesempatan buat aku."

"Kita jalanin aja." Galih tersenyum hangat, setelah wajah flat nya selalu diperlihatkan sejak tadi.

-----------

"Gema?"

Yang dipanggil tersentak, padahal dia sudah berusaha jalan sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengernya dan sadar akan kehadiran nya.

Dear, Mantan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang