Jj

5.3K 565 52
                                    

Arnav sedang mengecek daftar pasien yang masuk seharian ini di UGD. Sejak dulu Arnav selalu berkhayal menjadi seorang dokter dan membantu orang banyak yang kesakitan.

Semua bermula dari ayahnya yang sering mengeluh kesakitan karena asam urat. Dan sering menghabiskan malam tanpa tertidur karena penyakitnya itu. Keinginannya untuk menyembuhkan sang ayah membuatnya semakin bersemangat menjadi seorang dokter.

Dan Lova adalah saudara yang sangat mendukungnya menjadi seorang dokter. Dengan senang hati membiayainya bersekolah kedokteran yang harus menghabiskan banyak uang. Arnav tidak akan mengecewakan Lova. Itulah tekatnya.

Dia berjanji akan menjadi seorang dokter yang benar-benar membantu orang-orang yang membutuhkan tanpa pamrih. Juga akan menyelesaikan pendidikannya ini dengan segera.

Arnav sadar bahwa seluruh hidup Lova sudah dipertaruhkan untuk biaya sekolahnya. Lova sangat menyayanginya, dan tidak ada hal yang membuat Arnav untuk tidak menyayangi kakaknya itu. Dia ingin membahagiakan Lova dan tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan kakaknya.

Beberapa kali Arnav membolak-balik kertas di tangannya untuk memastikan bahwa data para pasien sudah benar.

"Arnav." Panggilan pelan itu membuat Arnav menoleh. Mendapati perempuan sebaya Lova yang sedang berdiri sedikit jauh darinya dengan senyuman.

"Kak Eve," balas Arnav dengan wajah cerah. Jarang-jarang ada orang yang dikenalinya berkunjung ke rumah sakit.

Lalu ada apa? Benar. Wajah Evelyn terlihat lebih pucat.

"Nav, gue-"

"Kak Eve!" Tubuh Evelyn ambruk sebelum sempat menyelesaikan ucapannya. Arnav langsung berlari berusaha menopang. Dan Evelyn sudah sepenuhnya tidak sadarkan diri.

***

Lova keluar dari mobil dengan tergesa. Membiarkan pria di sampingnya terlihat kewalahan mengikuti.

Tapi tiba-tiba saja perempuan itu menghentikan langkahnya saat sudah berada di depan pintu masuk UGD.

"Apa, sayang?" Alder merasakan bahwa Lova sedang melihatnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Awas ya kalo kamu cerita-cerita ke Arnav sama Evelyn kalo aku eek di celana." Lova menunjuk ke arah Alder yang tersenyum dan mendekatinya.

"Iya. Aku gak cerita kok." Usapan di kepalanya membuat napas Lova tercekat.

No. Dia cuma Alder. Lo gak boleh kayak gini, Lova.

Lova segera membalikkan tubuh dan kembali berjalan. Meminimalisir detakkan jantungnya yang sudah menggila.

Lova menemukan ruangan tempat Evelyn di rawat. Emak dan Abah sedang berada di Bandung karena harus melihat keluarga Evelyn yang baru saja melahirkan, sejak dua hari yang lalu.

Lova sempat menghubungi mereka. Dan karena Lova begitu dekat dengan keluarga Evelyn, jadilah kedua orang tua Evelyn memberikan kepercayaan pada Lova untuk mengurus anak mereka.

Arnav menoleh, menyambut kedatangan mereka.

"Nav." Lova mengusap lengan adiknya sejenak.

"Anemia sama asam lambung. Kayaknya beberapa hari ini kak Evelyn gak tidur deh, bik. Makannya juga gak teratur." Arnav menjelaskan apa yang terjadi pada Evelyn.

"Setau gue dia gak punya riwayat anemia deh. Kalo asam lambung mungkin aja sih."

"Karna dia gak tidur beberapa hari, bik. Makanya kekebalan tubuhnya langsung nurun. Sekarang dia lagi tidur karena pengaruh obat. Mudahan besok udah bangun dan lebih enakan."

12 [Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca]Where stories live. Discover now