Aa

9.5K 726 56
                                    

"What the fuck! Are you kidding me?"

Lova hanya melirik ke arah Evelyn yang berseru nyaring dengan wajah tidak percaya itu sekilas. Wanita dengan rambut panjang itu hanya menopang dagu malas.

"Evelyn!" si pemilik nama menoleh ke arah sekitar, mendapati teman-teman sekantornya yang merasa terganggu dengan teriakkannya barusan.

Evelyn langsung membungkuk berkali-kali dengan cengiran dan tangan yang menyatu sebagai permohonan maaf.

"Siapa? Alder?" kini Evelyn mendekat ke arah Lova dengan merendahkan suaranya.

Lova mengibaskan tangannya dengan wajah jengah.

"Gue laper. Makan aja yuk."

Lova berdiri yang langsung diikuti dengan si tukang kepo. Siapa lagi jika bukan sahabat berwajah cantik mempesona yang bertolak belakang dengan tingkahnya yang super absurd.

"Lov. Cerita dulu ih." Evelyn jelas ingin mendengar kisah lebih lengkap dari sahabatnya itu.

"Tauk ah, Eve. Gue juga gak nyangka tuh bocah bisa ada di depan mata gue tiba-tiba. Di pasar lagi. Pas gue dasteran lagi."

"Ih lo mah gak ada seri-serinya jadi perawan, Lov. Yakali ke pasar pagi-pagi dasteran doang. Emak gue aja blush on-an timbang mau beli bubur ayam depan komplek."

Ingin rasanya Lova melemparkan air berisi gelas di depannya ke arah Evelyn yang sekarang berteriak girang.

"Uda! Sate padang duo dengan porsi jumbo, yo."

"Siap meluncur, Uni Evelyn." Balasan itu jelas dari si Uda asli dari Padang yang menjual sate padangnya di depan gedung penerbitan tempat Lova dan Evelyn bekerja.

"Terus-terus, bentukan dia sekarang gimana?"

Lova menggeleng dengan wajah kesal melihat keantusiasan Evelyn mendengarkan ceritanya. Rasanya Lova sudah malas membahas kejadian di pasar waktu itu bahkan ingin melupakan. Tapi lihat pancaran keingintahuan dari wajah sahabatnya ini.

Helaan berat keluar dari bibir wanita bernama lengkap Arlova Zemira itu.

"Penampakannya sekarang?" anggukan dan senyuman lebar tercipta sempurna dari Evelyn. "Gede. Item. Perutnya buncit terus banyak bulu di sekitar badannya."

Brak! Evelyn menggembrak meja di depannya dengan wajah sebal. Lova yang merasa ketahuan sedang mengerjai, tertawa terbahak.

"Anjir! Gue udah dengerin serius juga. Genderuwo kali ah."

"Duo sate padang porsi jumbo."

Suara riang Uda sate padang yang sampai sekarang tidak diketahui namanya oleh Evelyn dan Lova menghampiri dengan dua piring sate padang yang masih mengeluarkan asap.

"Makasih, Uda," ucap Lova dengan senyuman.

"Samo-samo, Uni Lova." Uda sate padang ini sangat ramah.

"Uda." Panggilan itu membuat langkah Uda yang hendak pergi terhenti. "Mau daging untuk tambahan buat sate dak?"

Evelyn adalah gadis dengan sejuta ketidak-warasan yang punya hati malaikat dan sikap yang sangat baik. Lihat saja, betapa luwesnya dia berbicara dengan logat Padang untuk berinteraksi dengan Uda-Uda sate padang ini? Lova akui bahwa Evelyn sangat supel.

"Boleh. Dimano tu, Uni?" Love mendelik ke arah Evelyn yang mengerling dengan senyuman mencurigakan ke arahnya.

"Di depan kito ni, Uda." Evelyn dengan tangan menjulur ke arah Lova berucap santai. "Saya serahkan sahabat saya yang tidak seberapo ini untuk Uda cincang sebagai tambahan daging sate padang Uda." Gelakan terdengar setelahnya.

"Evelyn! Lo pikir gue ayam ternak!"

Uda sate padang dan beberapa pelanggan hanya melihat dengan gelengan heran melihat tingkah gila kedua sahabat itu.

***

Lova dan Evelyn berjalan kembali ke arah kantor dengan sesekali tertawa karena cerita humor yang jayus abis dari si Evelyn.

"Kemana aja sih lo berdua?" seseorang dengan napas terengah menghampiri Lova dan Evelyn dengan mata berbinar.

"Apaan sih, Ta? Nyeruduk aja kek kerbo bule," ujar Evelyn dengan alis bertaut.

"Emang kerbo bule bisa nyeruduk, Eve?" Lova bertanya dengan wajah yang benar-benar tidak tahu.

"Bisa. Apalagi cuma nyeruduk kepala lo biar ilang dikit tuh telminya."

Lova memukul lengan Evelyn yang terkekeh. Kembali melihat Lita yang sudah meredakan napasnya menjadi teratur.

"Emang ada apa, Ta?"

"Ini gila banget, Lyn. Ada pengusaha muda yang ngebeli hampir sepenuhnya saham di penerbitan kita ini. Dan dia bakal kerja bareng-bareng sama kita di sini. Kantor kita bakal jadi surga dunia karena tuh bos baru." Lita menyatukan kedua tangannya dengan mata berbinar menerawang jauh.

Lova dan Evelyn hanya saling pandang dengan wajah bingung.

"Kayak apaan sih si bos barunya? Sampe lo bilang kantor kita bakal jadi 'surga dunia'?" dengan ringisan geli Evelyn bertanya pada Lita yang masih tersenyum mengerikan.

"Itu bos umurnya baru 22 tahun. Tapi udah selesaiin S2 bisnis di Inggris. Terus tampangnya, Masya Allah gak kuat." Siapa pun yang melihat Lita sekarang, akan berpikir gadis ini gila karena sikap berlebihannya.

"Elah brondong." Evelyn mengibaskan tangannya tidak tertarik.

Lita memicing ke arah Evelyn yang terdiam. Sepertinya dia salah berucap.

"Buat cewek-cewek telat kawin kayak kita mah, brondong begitu anugrah kali, Lyn."

"Kita?" Evelyn dan Lita melihat ke arah Lova. "Lo aja berdua. Gue kagak ikutan dah. Gue mah ogah sama brondong." Lova berlalu.

"Elah, kemakan omongan sendiri baru tahu lo mah, Lov. Paling tua juga gayaan banget," gerutu Lita yang hanya dibalas dengan lambaian tangan Lova.

Memang, di antara beberapa karyawan perempuan di kantor penerbitan ini, Lova adalah yang paling tua. Siapa yang menyangka bahwa gadis dengan tubuh berhenti berkembang itu sudah berumur 34 tahun? Sedang teman-temannya yang lain, baru berumur 33 tahun ke bawah.

"Emang lo udah liat muka bos baru itu, Ta?" Evelyn melihat Lita yang sekarang nyengir dengan garukan di kepala.

"Belum sih. Baru denger-denger juga dari yang lain." Lita mengeluarkan cengiran 'tanpa dosa'nya.

Evelyn menutup matanya sekilas. Rasanya ingin menjitak kepala Lita yang sekarang bergelayut di lengannya.

"Informasi gak pernah akurat tiap lo yang nyampein."

☕☕☕

Apdet satu part biar ada gambaran buat part selanjutnya ya 😊. Bakal apdet lagi kalo yang baca udah puluhan deh 😅.

Soalnya ini pengalaman pertama mbak Uti nulis cerita genrenya chiklit, mudahan bagus deh ya 😅

Selamat membaca, jangan lupa vote dan komen. Gracias 🙏

See ya 🙋

12 [Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca]Место, где живут истории. Откройте их для себя