Ff

5.6K 562 57
                                    

Lova berakhir di kursi samping kemudi di mobil milik Alder. Beberapa kali Lova melirik ke arah Alder yang santai menyetir mobil. Lova tahu bahwa akan sangat berbahaya baginya terus-terusan melihat Alder seperti ini.

Pesona yang Alder pancarkan saat ini sangat nyata dari seorang lelaki dewasa.

Berkali-kali Love mengeluarkan napas kuat dari hidungnya. Menahan detakkan jantung yang membuat sesakkan aneh di dadanya.

"Jadi ini kontrakkan kamu sekarang?" Alder menoleh ke arah Lova yang bergerak gugup.

"Iya." Hanya kata itu yang bisa Lova keluarkan.

"Arnav gak pulang, kan? Dia harus tidur di rumah sakit karena koasnya bentar lagi selesai. Banyak laporan yang harus dia selesaiin."

Lova memicing karena penjelasan Alder bahkan terlihat lebih rinci dari apa yang Arnav sendiri jelaskan padanya.

"Kamu seperhatian itu sama Arnav? Jangan-jangan kamu sukanya sama Arnav lagi."

Ucapan Lova berhasil membuat Alder terbahak.

Lihat mata yang menyipit karena tertawa itu, ah menggemeskan.

Lova menggelengkan kepalanya kuat. Menjauhkan pikiran-pikiran gila yang sekarang sedang bekerja sangat baik di otaknya.

"Gak ada salahnya merhatiin calon adik ipar, kan?"

Dan lagi. Kalimat-kalimat yang sarat akan sebuah keluarga keluar begitu saja dari mulut manis Alder Reuven itu. Membuat Lova hanya bisa bungkam.

"Aku boleh mampir?"

Gak. Gak boleh. Dan gak akan gue biarin lo nginjek kontrakkan gue.

Begitulah yang diteriakkan batin Lova. Dan apa yang terjadi berbanding terbalik dengan apa yang Lova inginkan. Alder tersenyum puas saat melihat kepala Lova bergerak mengangguk menyetujui.

Shit! Gak gini!

***

Lova masih mematung di depan pintu kontrakkan kecilnya. Memikirkan cara untuk mengusir Alder dari tempatnya segera. Dilihatnya sekilas laki-laki yang masih dengan santai menunggu Lova membuka pintu.

"Udah malem." Lova berbalik dan melihat ke arah Alder. "Mending kamu pulang aja."

"Aku cuma mau liat kontrakkan kamu bentar kok."

Lova menggigit bibir bawahnya. "Tapi udah malem," cicit Lova setengah menunduk.

"Cuma bentar. Janji." Alder tersenyum manis di depan Lova dengan tangan menunjukkan jari kelingkingnya.

Entah apa mau Alder, tapi Lova membuka pintu kontrakkan itu akhirnya. Alder masuk dan langsung melihat ke sekeliling rumah itu.

"Lebih luas dari kosan kamu yang dulu."

Lova menghela. Harusnya tidak ada percakapan tentang 'dulu' itu dari mulut Alder. Lova malas untuk membahas kejadian tujuh tahun lalu.

"Kamu kalo mau bersih-bersih silahkan. Aku bisa tunggu kok."

Alder kembali dengan kegiatan kelilingnya setelah memberikan senyuman yang membuat Lova tiba-tiba menuruti perkataannya.

Gue pasti lagi dihipnotis!

Laki-laki dengan kaki panjang itu, duduk dengan nyaman di atas sofa. Melihat-lihat ke beberapa album yang ada di tangannya sekarang. Dan sebuah bingkai bertengger rapi di atas meja depan Alder.

Buru-buru Lova mendekat dan meraih bingkai itu, menyembunyikan di balik punggungnya. Diliriknya Alder, meyakinkan bahwa Alder tidak curiga dengan apa yang dia lakukan.

12 [Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca]Onde histórias criam vida. Descubra agora