Cc

6.1K 657 65
                                    

Lova meletakkan hasil terjemahan yang sudah di print-nya di atas meja pak Gustian.

"Kusut amat tuh muka, Lov."

Gustian melirik sekilas ke arah Lova yang hanya tersungut. "Ya kusutlah. Baru juga selesai satu, udah di kasih dua aja ini kerjaan, pak."

Ketua tim itu terkekeh. "Saya kan mintanya lusa. Tapi kata Rizal kamu ngelembur semalem. Pasti udah kelar itu kerjaan."

Terima kasih pada Rizal yang berbaik hati mengumumkan kinerja Lova pada Gustian yang tidak akan membuang waktu untuk kembali memberikannya pekerjaan lain.

"Awas aja lupa bonus akhir bulannya."

"Kalo dua novel itu kelar akhir bulan ini. Saya kasih kamu bonus dua kali lipat."

Mata Lova berbinar dengan kepalan di udara karena bahagia.

"Ngomongin duit aja, langsung sumringah tu muka. Dasar." Gustian menggeleng melihat kelakuan karyawan perempuannya ini.

"Pertahanin muka sumringahnya, Lov. Bos baru bakal dateng hari ini." Gustian kembali mengoreksi hasil terjemahan Lova.

"Iya, iya, pak. Kehadiran bos baru itu udah tersebar luas di seluruh gedung ini." Ketua tim itu hanya tersenyum tanpa melihat Lova. Perempuan yang tidak akan diam hanya pada satu kalimat.

"Emang segitu gantengnya ya, pak? Sampe semua karyawan perempuan di sini dandannya berlebihan banget hari ini. Yang udah punya anak dua aja masih kelenjitan pengen di garuk."

Benar, bukan? Ada kelanjutan dari satu kalimat yang sudah Lova ucapkan. Perempuan bertubuh irit itu tersungut setelah mengakhiri kalimatnya.

Gustian melihat Lova dengan senyuman geli. "Pantes aja gak ada yang berani deketin kamu, Lov. Itu mulut nyablaknya gak ketulungan banget."

Lova hanya mengibaskan tangannya tak ingin membalas ucapan ketua timnya itu.

"Ganteng banget, Lov. Saya aja kalo belum punya istri mau deh sama si bos baru."

Wajah Lova mengkerut. Melihat ke arah Gustian yang tersenyum ambigu.

"Inget anak di rumah, pak. Kesian banget bapaknya juga suka sama batangan."

Gustian tak lagi bisa menahan tawanya yang langsung pecah. Lova hanya menggeleng pelan.

"Udah, keluar sana. Makin lama kamu di sini, makin gila saya."

Lova berdiri dari duduknya dengan wajah sebal.

***

Mata Lova menyipit tak percaya dengan mulut terbuka yang menguap menjadi senyuman miring seraya melengos. Kejutan yang kesekian untuk Lova. Inilah 'urusan' yang dibicarakan pria itu tadi pagi.

Evelyn dengan wajah seperti kucing yang melihat ikan tuna mahal itu, mencengkram lengan Lova kuat. Ruangan ini kini terfokus pada seseorang yang datang bersama Gustian.

Pria dengan tinggi proposional, kulit bersih, alis tertata rapi dan hidung bangir itu seperti menghipnotis seluruh manusia di dalam ruangan yang diketuai Gustian ini.

"Lov. Rasanya gue gak percaya kalo bos baru ini manusia. Licin banget kayak porselen." Evelyn berbisik tepat di telinga Lova tanpa mengalihkan matanya dari pria itu.

Lova menghela napas kasar. "Lo masih penasaran sama bentukannya si Alder, kan?"

Evelyn mengangguk sambil melihat ke arah Lova sekilas. "Tunggu aja sampe bos baru lo yang kayak porselen ini memperkenalkan diri."

Evelyn hanya mengerutkan wajahnya menatap Lova dengan kebingungan.

"Selamat pagi semua. Temen-temen semua pasti udah tahu kalo saya bakal dateng hari ini." suara yang memuakkan bagi Lova, terdengar.

12 [Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt