Ii

5.8K 548 56
                                    

Hari-hari kembali berjalan normal. Matahari masih dengan hangatnya menyambut pagi, sedang bulan bersinar begitu manis menghantar malam. Dan bintang-bintang dengan setia menemani langit malam.

Tapi semua terasa gelap untuk Lova. Langkahnya selalu terbayangi oleh Alder. Entah dengan cara apa pun, Alder selalu berkunjung ke ruangannya.

Lova pikir bahwa ini adalah hukuman karena kebohongannya waktu itu tentang berpegangan tangan dan ciuman pada Alder. Gustian tiba-tiba saja memberikannya banyak pekerjaan.

Meski Lova gila kerja, ralat, gila bonus akhir bulan yang menjadikannya gila kerja, Lova tak pernah terpikir akan mengerjakan lima novel dalam satu bulan.

"Bapak mau jadiin saya hantu perawan, ya?"

"Kok gitu?"

"Huh, ini terjemahan... ampun deh, pak. Biasanya juga gak sebanyak ini." Lova hampir saja tidak bisa menahan airmatanya.

"Bulan kemarin kamu nyelesaiin tiga novel, kan? Dan hasilnya memuaskan banget. Makanya sekarang saya percaya buat lima novel ini di kamu."

Lova menggigit bibir dalamnya guna meredam emosi saat melihat senyuman tak berdosa dari ketua timnya ini.

"Eh tapi ngomong-ngomong, emang di Indonesia ada ya hantu perawan, Lov? Bukannya itu cuma ada di drama yang sering ditontonin Evelyn sama Lita?"

Lova memutar matanya malas. "Saya ni bentar lagi jadi hantu perawan!" Gustian terlonjak karena suara teriakkan Lova.

"Gak kesian apa sama karyawan perawan tua kayak saya. Sampe calon suami aja masih abu-abu banget gara-gara kerja mulu." Wajah Lova tertekuk sedih. "Udah ah, saya mau kerja lagi."

Segara perempuan itu berbalik dan hendak keluar dari ruangan Gustian. Meski tiba-tiba saja langkahnya terhenti karena kaget setelah mendengar ucapan Gustian.

"Udah ada kok di depan mata. Kamunya aja yang masih malu-malu dog nerima."

Mata Lova membulat dan langsung menoleh ke arah Gustian yang tersenyum jahil tanpa melihatnya.

"Pak Gustian?" Lova memanggil panjang nama ketua timnya. Gustian melirik dengan senyuman yang semakin lebar.

"Saya pinter jaga rahasia kok, Lov." Gustian terkekeh setelah melakukan hal aneh dengan gerakan seperti menutup retsleting di depan mulutnya.

"Wuah!" Lova tidak tahu harus melakukan apa dengan ketuanya ini. Juga Alder!

***

Yang Lova tahu bahwa Alder adalah seorang konglomerat muda. Tapi Lova benar-benar tidak menyangka bahwa akan sebesar ini pengaruh anak itu pada orang-orang di dekatnya.

Mulut Lova menganga dengan mata yang terlihat malas terbuka karena penampakan yang sekarang dilihatnya dengan jelas.

Sejak kapan Evelyn deket sama itu bocah?

Alder tampak berbincang dengan Evelyn setelah datang dari kantin untuk makan siang. Mereka terlihat akrab. Lihat saja tawa yang muncul dari keduanya.

Lova berdecih dengan senyuman miring saat melihat Evelyn berjalan menuju mejanya dengan wajah penuh kebahagiaan.

"Hebat banget ya lo. Temen lo harus kerja sampe gak sempet makan siang, eh lo enak-enakan dari kantin bareng sama itu bos."

Evelyn menoleh dengan senyuman aneh. "Kenapa? Lo cemburu?"

"Iya! Cemburu sama lo."

"Idih, gue masih normal pake banget. Doyan batangan gue mah."

Lova menghempas napas kesal. "Bukan itu maksudnya. Lo udah jarang ngajakin gue makan sate padang jumbo lagi."

12 [Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca]Where stories live. Discover now