Ee

6K 641 62
                                    

Lova menguap lebar dengan baju kemeja berwarna biru tua yang di masukkan asal ke dalam paduan celana putih yang sedikit longgar. Setelah sedikit bertengkar dengan Arnav yang mengantarnya pagi ini, Lova berjalan menuju gedung tempat dia bekerja.

Lova menyisir rambutnya dengan jari setelah sampai di pintu lift. Segera gadis itu masuk setelah lift kosong terbuka. Seseorang menahan pintu lift yang hampir tertutup.

"Morning, calon istri."

Mata Lova melebar. Alder masuk ke dalam lift dengan kemeja slimfit berwarna biru tua yang lengannya di lipat hingga ke siku. Lova langsung mengambil jarak dan berdiri di sudut lift sempit itu.

"Kita beneran jodoh deh." Lova hanya melihat ke arah Alder yang tersenyum menatapnya. "Baju aja sampe samaan."

Bola mata gadis itu berputar jengah. "Selamat pagi, pak Alder." Lova menunduk sekilas dengan malas-malasan mengucapkan salam pagi hari.

Alder terkekeh. "Bukannya aku nyuruh buat manggil mas atau Alder aja?"

Dan Lova pura-pura tidak mendengar ucapan pria di sampingnya itu. Namun sebuah pergerakan Lova rasakan, membuat kepalanya menoleh otomatis.

Pria dengan wangi apel itu mendekatinya. Berdiri tepat di depan tubuh irit Lova.

Gadis dengan hidung setengah itu menahan napasnya saat merasakan tangan Alder mengusap kepalanya dan merapikan dengan lembut anak rambutnya.

Lova mendongak. Mencari mata pria yang sekarang bahkan tidak luput melihat wajahnya dengan senyuman.

"Aku selalu suka liat kamu berantakan kayak gini. Keliatan sexy." Lova menyipitkan matanya. "Mengajar dan menjadi guru kayaknya emang gak cocok buat kamu. Terlalu rapi dan tertata."

Dengusan keluar dari pernapasan Lova. Alder sedang mengoloknya sekarang.

"Mending jauh-jauh deh dari gue. Sebelum gue beneran nendang itu titit lo dan di benci sama seluruh fans lo di gedung ini." Lova berkata sebal.

Ting.

Kekehan Alder terdengar bertepatan dengan suara lift yang terbuka. Segera Lova beranjak dari tempatnya berdiri untuk menghindari Alder.

"Eh, Lova." Tidak dihiraukan suara Alder yang berkali-kali memanggil.

***

Lova menghempaskan tubuhnya di kursi. Menyandarkan kepalanya dengan mata tertutup.

"Gue gak mau negur lo. Muka begitu pasti lagi badmood."

"Lo emang paling ngerti gue, Eve."

"Pagi itu harusnya dateng kerja dengan senyuman dan wajah cerah. Bukan muka kusut sampe keriput gitu kayak nini-nini."

"Oke, Evelyn. Lo gak negur gue sih, tapi lo nyeramahin."

Evelyn hanya terkekeh melihat Lova yang mulai menghidupkan laptopnya.

"Ketemu Alder lagi, Lov?" Lova hanya mengangguk. Mengetahui jika Evelyn melihat ke arahnya dari meja kerja mereka yang bersebelahan.

"Terima aja sih, Lov." Gadis bermata bulat itu melihat ke arah Evelyn dengan wajah dingin.

"Mending gak usah negur gue deh, Eve."

Evelyn menaikkan sudut bibir atasnya dengan wajah kesal. "Perawan tua mah mood nya kagak bisa di tolong."

Lova hanya menghela napas dan kembali dengan komputernya. Menyelesaikan terjemahaannya yang ditekati akan selesai akhir bulan ini. Demi bonus dua kali lipat yang dijanjikan Gustian.

12 [Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang