Part 44 "Lambaian Tangan"

1.2K 164 18
                                    

Lambaian tangan ini
Hadir sebagai tanda akan adanya
Perjumpaan kembali

_JAA_

Pagi ini adalah minggu pagi dimana Syasya sudah terbangun dari tidurnya. Sudah sejak sholat subuh tadi, dia tidak bisa tidur dan memilih untuk menghabiskan waktunya dengan duduk di samping kolam renang kamarnya. Rafapun tadi sempat meneleponnya untuk berpamitan bermain basket dengan teman-teman SMAnya.

Sebentar lagi rumah ini akan menjadi sangat sepi. Rumah yang dulu Bundanya pilih sebagai rumah mereka di Ibukota ini. Setelah bunda tiada, kini mbok Sutipun akan meninggalkan rumah ini.

Hingga akhirnyapun membuat Syasya mempercepat kepindahannya dari rumah ini. Syasya bertekat akan tetap mempertahankan rumah ini. Karena dirumah inilah kenangan tentang bundanya terakhir diukir. Seperti rumah di Jogja yang merupakan bingkai dari sang ayah.

Pikiran Syasya terus mengawang jauh, sembari kakinya dia mainkan di kolam renang dengan air dingin itu. Cukup lama dia terdiam dengan aktifitasnya itu, sampai tidak sadar dua jam sudah dia duduk disana.

Sebuah senyum muncul disana. Sambil berguman tidak jelas Syasya tampak senang. Kemudian dia bediri dan berlari kemeja belajarnya. Mengambil sebuah buku dan pulpen kemudian kembali ketempat duduknya semula.

Syasya sangat sibuk, sampai dia tak menyadari adanya panggilan masuk beberapa kali di handphonnya, yang dia letakkan disampingnya.

Syasya begitu asyik menuliskan idenya, ide itu tidak boleh dia lupakan sehingga ia mencoba menulisakan dengan detail sekarang.

Hampir setengah jam Syasya menghabiskan waktunya untuk menuliskan ide dalam benaknya itu.  Begitu selesai dia langsung mengambil benda kotak disampingnya, berniat mengubungi Rafa.

"Loh. Tadi telepon. Yah ga denger" guman Syasya sambil berusaha menghubungi Rafa.

Tidak perlu menunggu lama. Baru beberapa kali nada sambung berbunyi, Rafa sudah mengangkat teleponnya.

"Assalamualaikum. Halo yang, sory tadi ga tau kalo telepon" sapa Syasya begitu tau Rafa mengangkat teleponnya.

"Hmm" jawab Rafa diujung telepon, tanpa Syasya tahu Rafa sedang menahan diri untuk tertawa.

"Rafa udah kelar basketnya?"

"Hmm"

"Maaf ya. Ini Rafa dimana?" Dari nada bicaranya Syasya sudah tampak gusar. Sudah lama sekali rasanya dia mendapatkan respon singkat dari Rafa, Syasya takut Rafa marah.

"Didekatmu" ucap Rafa singkat yang membuat Syasya bingung.

"Maksud Rafa?"

Masih dalam kebingungannya sampai akhirnya Syasya mendapatkan sentuhan lembut dibahunya, yang membuatnya menoleh kesamping.

Dan benar saja sudah ada Rafa berlutut dibelakangnya dengan sau tangannya masih memegang telepon.

"Aku matiin teleponnya ya sayang" ucap Rafa ditelepon dengan senyum menggodanya.

Syasya reflek memukul lembut bahu Rafa. "Ih suka kaget-kagetin"

Jelita & JinggaOnde histórias criam vida. Descubra agora