Parts 19 "Kelabu"

1.5K 160 24
                                    

"Kelabu.
Kamu menghampiri
Lagi
Kedua kali
Aku mulai terbiasa"

-Jsp-

"Syasya anak baik, Syasya itu anak yang sangat mandiri dan kuat, dan Abah sangat bangga, dan sangat bersyukur anak lelaki abah jatuh cintanya sama Syasya" ucap Adam yang membuat hati Syasya makin bingung.

'apakah ini soal hubungan aku sama Rafa ya, tapi kenapa muka abah sedih gini? Jangan-jangan Rafa sudah dijodohkan dengan orang lain' gusar Syasya dalam hati.

"Nak, apapun yang Tuhan gariskan pastilah yang terbaik, Syasya percaya itu kan?" ucap Adam kemudian.

"Percaya bah" jawab Syasya lirih, kini dia benar-benar takut, namun genggaman tangan Rafa membuatnya sedikit terhibur setidaknya dia tidak sendirian disini, dan harusnya Rafa juga tidak menerima perjodohan ini jika memang dia sayang dengan Syasya.

"Nak, tidak semua takdir Tuhan memang indah, banyak hal yang kita pikir sangat menyakitkan tapi memang itulah yang terbaik. Jadi apapun yang terjadi tetap harus kuat, itu tugas kita sebagai manuasia. Abah yakin sekali Syasya anak baik dan kuat"

"Bah" kini Rafa yang bicara. Yang kemudian ditanggapi Adam dengan kedipan matanya.

"Syasya sayang, abah mau menyampaikan kabar yang mungkin akan membuat Syasya sedih, abah harap Syasya sabar ya nak, abah dan keluarga ada untuk Syasya"

Syasya semakin bingung, Syasya kini makin erat mengengam tangan Rafa.

"Nak, tadi pagi bundamu sudah sampai Jakarta, dan dia mengendarai mobil kantor bersama om Rifat untuk pulang ke Cempaka putih" Ucapan Adam terhenti.

"Maksud abah?" kini Syasya makin dibuat bingung, dia mencoba menghubungkan semua perkataan Adam sedari awal dia datang, dia merasa ini pernah terjadi dengannya sebelumnya.

"Bunda kamu kecelakaan sayang, dan sekarang di rawat di rumah sakit di belakang sini" lanjut Adam dengan suara lemah.

"Bunda.. Bun da nya Sya sya" ucap Syasya terbata. Airmatanya pun kini sudah mulai turun membanjiri pipi cantiknya.

Rafa buru-buru mengambil tissue dan mengelapnya, sambil merangkul bahu kekasihnya itu.

"Syasya mau ketemu bunda Rafaaaaaaa" ucap Syasya yang kini mulai terisak.

"Syasya langsung kesana aja ya, ditemani Rafa, mama Ella sudah disana. Kuatkan diri ya Sayang" ucap Adam lembut.

Rafa terus mengusap-usap lengan Syasya, dan menghapus air mata yang turun dipipinya. Adam lebih dulu pamit ke kasir untuk membayar pesanan mereka.

"Mau jenguk bunda sekarang?" ucap Rafa sangat lembut.

Syasya hanya mengangguk. Kemudian Rafa dengan telaten merangkul Syasya dan mengarahkannya berjalan menuju mobil, dan segera menuju rumah sakit di area itu. Saat turun dari mobilpun Rafa dengan sigapnya merangkul Syasya lagi. Mengarahkan langkah Syasya yang tampaknya tidak lagi memperdulikan sekitar, Syasya sudah dipenuhi dengan pikiran-pikirannya. Pikirannya yang kembali ke 4 tahun yang lalu, saat ayahnya yang Syasya cintai meninggal karena serangan jantung yang tentunya terjadi secara mendadak.

Begitu sampai di depan ruang ICU, Syasya melihat Ella sudah berdiri di depan sana, dia segera menyambut Syasya dengan pelukannya. Syasya yang sudah sedari tadi menangis bertambah histeris dipelukan Ella, Ella kemudian menenangkannya dengen mengusap-usap punggung Syasya dan mengajaknya masuk ke ruang ICU.

Begitu masuk ke ruangan itu, betapa terkejutnya Syasya. Bundanya telah terbaring dengan beberapa luka di wajahnya, dan yang membuatnya tak kalah heran adalah alat-alat penopang hidup yang biasa digunakan di ruang ICU itu tidak lagi menyala. Matanya terbelalak begitu memegang tangan Bundanya yang kini sudah terasa dingin.

Jelita & JinggaWhere stories live. Discover now