Nicole semakin melongo. "Mom! Kau bicara apa?"

Justin mengangkat tangan kanannya, meminta perhatian. "Lisa, kalau tidak ada laki-laki diluar sana yang mau dengan Nicole, aku rasa aku bersedia."

Nicole memutar kepalanya dengan cepat ke arah Justin. Dia melotot pada laki-laki itu. "Bisa tidak kau tutup mulut besarmu itu sedetik saja?!"

Lisa meletakkan nampan yang di bawanya ke atas meja, dan melayangkan sebuah pukulan tepat di puncak kepalanya putrinya itu. "Jaga ucapanmu, Nicole Athena Chance!" lalu dia beralih pada Justin, "Justin, dengar. Jangan terlalu lemah dengan Nicole. Kalau dia mengatakan hal-hal kasar padamu, kau bisa memukul kepalanya atau melakukan apapun asal dia menutup mulutnya itu! Mengerti?"

Justin tertawa kecil karena Lisa berpihak padanya. "Tentu saja, Lisa. Aku akan melakukan 'apapun' untuk menutup mulutnya. Kau tidak perlu cemas."

"Bagus." Lisa menepuk pundak Justin penuh sayang.

"Astaga, Mom! Kenapa kau berpihak padanya, hah? Kau lupa, aku ini putrimu!" seru Nicole dramatis.

Lisa berdecak dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Nicole. "Kau bahkan akan 24 tahun musim gugur nanti, tapi kau masih kekanakan."

"Aku tidak kekanakan," bantah Nicole.

"ya, kau gadis yang kekanakan dan bermulut kasar!" Lisa segera meninggalkan kamar Nicole sebelum semuanya bertambah kacau. Nicole benar-benar bisa menyulitkan semua orang kalau dia mau.

Nicole mendengus keras-keras. Dia mengipasi wajahnya sendiri dengan telapak tangannya. Seolah-olah keringat sedang menumpuk di wajahnya karena percakapannya dan Lisa barusan.

"Ah, ini benar-benar nikmat," decak Justin. "Nic, kau harus mencobanya."

Nicole menatap Justin sejenak, lalu berteriak keras. "Aaaaaakh!!!!!"

Justin terlonjak mendengar teriakan Nicole. Dia mengambil bantal sofa di dekatnya dan melemparnya tepat mengenai kepala Nicole, membuat gadis itu terdiam. "Kau mau membuatku tuli?"

Nicole mendengus keras, lalu menatap Justin dengan tatapan membunuh. "Kau mau mati?!" bentaknya sambil balik melempar bantal sofa pada Justin.

Justin terkekeh. "Lisa bilang, aku bisa melakukan apapun untuk menutup mulutmu itu. Apapun."

Mata nicole menyipit. "Simpan seringaimu, Sialan! Aku tahu kau sedang memikirkan hal kotor dengan otak mesummu itu!"

Justin semakin tertawa. "Kau mengerti diriku dengan baik, Nic. Kau pasti tahu kan, dengan apa aku akan menutup mulutmu? Jadi berhenti mengatakan kata-kata kasar."

"Cih!" Nicole mencibir dan kembali menuju tempat tidurnya. Dia meletakkan novel yang sempat di bacanya di atas nakas, lalu mengubur seluruh tubuhnya di balik selimut.

Justin menatap gundukan di tempat tidur. "Hei, Nic! Kau benar-benar akan tidur? Sekarang bahkan masih jam 11 pagi."

"Silahkan bicara sendiri, Tuan Bieber."

Justin tertawa, dan menghampiri tempat tidur. Dia duduk di sisi kosong yang tidak di tiduri Nicole. "Hei, aku serius. Aku penasaran kenapa kau tidak membalas pesan atau mengangkat teleponku sejak kemarin sore."

"Kau pikir saja sendiri," cetus Nicole dari balik selimut.

Justin mengulum senyum. "Aku sudah memikirkannya, dan kurasa tidak ada yang salah dengan ucapanku."

Nicole menurunkan selimutnya hingga sebatas leher. "Tidak ada yang salah katamu?!"

Justin mengangguk dengan polos.

Our Apartmentजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें