Bag. 12

137 12 3
                                        

Re sudah berada di lapangan ini sejak jam pelajaran terakhir, ia sempat mengikuti pelajaran sebentar hingga kemudian ia pamit untuk ke toilet dan tak berniat untuk kembali ke kelasnya lagi. Sedari tadi Re melemparkan bola basketnya ke ring. Sudah berulang kali dan lemparannya selalu meleset. Jika pikirannya sedang kacau, permainan basketnya pun ikut kacau, seperti seorang amatir.

Aldo yang mendengar suara bola dipantulkan langsung menatap ke luar jendela. Kelas Aldo memang berada di lantai satu sehingga ia dapat melihat dengan jelas siapakah orang yang bermain basket saat jam pelajaran berlangsung. Ia tak lagi mendengarkan penjelasan dari Bu.Widya, pandangannya malah fokus ke arah lapangan.

Bu. Widya yang menyadari hal itu langsung menegurnya, "Aldo! Sedang apa kamu? Kalau memang ingin ke luar, keluar saja!"

"E-enggak kok, Bu." Ujarnya membela diri.

"Sial, gara-gara Re nih." Batin Aldo.

"Sekarang keluar kamu dari kelas saya. Berjemur sana di lapangan!" perintah Bu.Widya

"Yah Bu, jam segini kan panas banget Bu. Nanti kalo saya keringetan gimana?"

"Itu bukan urusan saya, cepat keluar." Mendengar ucapan Bu Widya, Aldo langsung ke luar dari kelasnya dan berjalan ke lapangan. Menyadari kehadiran Aldo, Re hanya mendongak sebentar. Lantas ia melanjutkan aktifitasnya.

Aldo berjalan ke arah lapangan, kemudian duduk di bagian tepi. Bukannya berjemur di tengah lapangan, ia hanya geleng-geleng kepala memperhatikan kekacauan sahabatnya itu.

Jam pelajaran terakhir sudah hampir Selesai, Pak Handoko—Guru Bahasa Indonesia—yang saat itu tengah mengajar di kelas Nessa memerintahkan muridnya untuk mengumpulkan buku paket yang dipinjam dari perpustakaan. Saat Bel pulang sekolah berbunyi, Beliau segera menutup KBM hari itu. Murid-murid segera meninggalkan kelas. Nessa menawarkan diri untuk mengembalikan buku-buku itu ke perpustakaan, "Pak, biar saya saja yang mengembalikan bukunya."

"Ya sudah kalau begitu, Terima kasih ya. Kamu minta bantuan temen kamu yang lain ya." Ujar Pak Handoko sembari berjalan meninggalkan kelas Nessa. Karena buku-buku itu lumayan banyak dan tentunya Nessa tak dapat membawanya seorang diri. Mario yang hendak keluar kelas berinisiatif membantunya.

Mario berjalan mendahului Nessa. Hingga saat Nessa baru saja menginjakkan kakinya di lantai satu, Bella menghalangi jalannya.

" Eits..buru-buru amat. Mau ke mana sih?"

"Sorry Kak, perpustakaannya keburu tutup." Ujar Nessa berusaha menghindari Bella dan dua dayang-dayangnya.

"Mau-maunya lo dijadiin kacung." Celetuk Nadira. Mendengar ucapan seniornya, Nessa berusaha meredam amarahnya. Siapa bilang Nessa tak marah, tentu saja ia tidak terima. Namun, ia lebih memilih diam daripada harus bertengkar dengan seniornya itu.

Mario menghentikan langkahnya, lantas berbalik menghampiri Nessa. Menggenggam tangan Nessa kemudian ia mengatakan, "Lo nggak nyadar kalo lo berdua itu kacungnya dia?" sambil menunjuk wajah Bella. Ketiga senior itu langsung tercengang mendengar ucapan Mario. Mario lantas menyeret Nessa dan bergegas menuju perpustakaan.

Semua kejadian itu tidak luput dari pandangan Re dan Aldo. Mata Re masih menatap Nessa hingga gadis itu menghilang di antara kerumunan siswa yang lain, rahangnya mengeras saat menyadari Mario yang menggenggam tangan Nessa. Ia kembali melempar bolanya ke ring. Dan lagi-lagi lemparannya meleset.

Tak lama kemudian Rama datang, menepuk pundak Aldo seraya berkata," Tu anak kenapa?" Aldo hanya menagangkat bahunya tanda ia tak tahu.

Re mendongak, menatap kedua sahabatnya dan melempar bola basketnya ke sembarang arah. Menghampiri Aldo dan Rama kemudian menjatuhkan diri ke lantai Lapangan. Terlentang di bawah teriknya sinar mentari. Matanya terpejam.

"Kenapa lo?" Tanya Rama. Bukannya menjawab pertanyaan Rama, ia malah menghela nafas panjang.

"Semalem gue ketemu Nessa." Ujar Re singkat.

"Di mana?" Tanya Aldo antusias.

"Di Mall, dia sama bokapnya."

"Terus-terus?" cerca Aldo.

"Udah kayak tukang parkir aja lo." Kata Bagas yang baru saja datang sembari melemparkan tas ke wajah Aldo.

"Akhirnya gue nganterin dia pulang."

"Dia mau aja gitu dianterin sama lo?"Tanya Aldo.

"Awalnya sih dia nolak, tapi akhirnya mau sih. Ya meskipun sepanjang jalan gue dikacangin mulu." Mendengar ucapan Re, sontak membuat ketiga sahabatnya tertawa.

"Kirain gue doang yang dikacangin tuh cewek." Ujar Rama.

"Lo juga?" Tanya Bagas.

"Iya, gue sempet berusaha jelasin ke dia sekalian minta maaf juga." Tutur Rama

"Terus dimaafin?" Tanya Aldo.

"Boro-boro dimaafin, gue aja nggak yakin dia nyimak omongan gue."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm not a nerdWhere stories live. Discover now