Begitu banyak cerita masa lalu yang sulit ditinggalkan, sangat berat untuk dilupakan. Hingga membuatnya kehilangan keramah tamahannya dalam bergaul dan lebih menutup diri. Tidak ada lagi Al yang supel, periang dan bawel. Bibirnya tak lagi sering men...
Pagi yang masih sama seperti pagi sebelumnya. Pagi saat siswa dan siswi berseragam putih abu-abu mulai berdatangan memadati area SMA Tunas Bangsa. Begitu juga dengan gadis berkacamata dengan rambut hitam legamnya yang dibiarkan tergerai hingga bahu, gadis yang selalu diantar Ayahnya hingga pintu gerbang.
Gadis itu turun dari mobilnya dan memandang langit sambil berdecak.
"Agak gerimis!." Keluhnya sambil berjalan dengan sedikit tergesa karena takut seragamnya basah. Saat berjalan di koridor lantai 1, tiba-tiba ada tangan kekar yang bertengger di bahunya.Sudah pasti Re yang merangkulnya.
"Tumben jam segini lo dah dateng?" Tanya Nessa.
"Kan sekarang hari senin, upacara."
"Eh, bego' .Lo mau upacara basah-basahan ?"
"Oh iya! Berarti enggak upacara dong ya? Wah kalo gitu ngapain gue berangkat pagi-pagi."
"Yaudah, lo balik ke rumah lagi aja."
"Nah, sekarang siapa yang bego'. Itu buang-buang waktu Nyet." Re mengacak rambut Nessa.
"Lo ngatain gue monyet?"Nessa melotot ditambah ia kesal karna Re membuat rambutnya berantakan.
"Siapa bilang? Nyet itu bukan monyet, tapi ayam penyet." Jawab Re sambil terkekeh geli melihat wajah Nessa yang makin merah padam.
"Tau ah, bercandaan lo receh banget .Pagi-pagi gini udah ngomongin makanan."
"Soalnya gue laper banget Ness, tadi belum sempet sarapan gara-gara berangkat kepagian. Temenin ke kantin yuk!!"
"Males ah, masak gue cuma ngeliatin lo makan. Gue ke kelas aja.Bye!!." Nessa langsung berlari sambil melambaikan tangan , meninggalkan Re yang masih berdiri di tempatnya. Akibatnya Re ke kantin sendirian.
Re berjalan meghampiri Aldo, Rama dan Bagas yang berada di meja paling pojok.Meja itu seakan sudah dibooking oleh mereka berempat setiap harinya, dan kalaupun Brotherhood—itu sebutan untuk mereka—tidak ke katin, tak ada yang berani menempati meja itu.Meja yang sudah dua tahun lebih menjadi saksi persaudaraan mereka. Kenapa dikatakan persaudaraan?
Karena pertemanaan mereka yang begitu solid bahkan sudah begitu mengenal satu sama lain. Sahabat yang baik adalah mereka yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan kekosonganmu.
"Hai, Bro!" Aldo menepuk bahu Re yang hanya dibalas dengan anggukan.
"Gas, pesenin Pak Aceng dong!"Dagu Re menunjukkan warung bubur ayam Pak Aceng, kalo pagi-pagi begini bubur ayam Pak Acenglah yang paling ramai.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Serius nih, lo mesen Pak Aceng?"kekeh Bagas.
"Maksud gue buburnya Pak Aceng, begok!"
"Ya kali aja lo saudaranya Sumanto."
"Udah sono buruan, laper gue.!"
"Nyusahin aja lo hobinya." Gerutu Bagas sembari berjalan ke warung Pak Aceng.