Dengan berat hati Nessa berjalan ke arah lapangan, sebentar lagi pertandingan basket akan dimulai. Kemarin sore Nessa kalah saat bermain PS dengan Re, hukumannya ia harus mau menonton Re saat bertanding siang ini. Oleh karena itu kini Nessa terjebak di sini. Sang Raja langit menampakkan keangkuhannya, begitu terik.
Namun, bukan Nessa jika ia rela membuang waktunya hanya untuk melihat cowok-cowok yang pamer kehebatannya dalam permainan bola basket, bahkan meski satu diantara cowok-cowok itu ada Re, sahabatnya.
Nessa mengeluarkan earphone dari sakunya dan menyumpali telinganya dengan beda bulat kecil itu. Setidaknya ia bisa terhindar dari teriakan siswi-siswi yang begitu heboh di sekelilingnya, bahkan panasnya sinar matahari tak menurunkan semangat mereka.Tak lupa Nessa membuka novel yang baru didapatnya.
Nessa benar-benar larut dalam bacaannya, tak terusik sedikitpun dengan keadaan di sekitarnya. Bahkan ia tidak sadar jika sedari tadi Re menatap ke arahnya dengan pandangan kesal. Re meminta Nessa untuk melihatnya bertanding, Nessa
memang duduk di salah satu bangku penonton. Namun, matanya hanya fokus ke arah buku yg ia bawa. Nessa juga tidak menyadari ada sepasang mata yang sejak tadi mengamati gerak-geriknya dari jauh.
Meski Nessa sedang membaca, ia tidak dapat mencegah ide yang terlintas di kepalanya atau hanya kata-kata sarat makna .Tujuan Nessa menjadi seorang penulis adalah berbagi. Sudah banyak karya-karyanya yang diterbitkan. Dulunya Nessa adalah gadis yang periang, namun karena suatu hal Nessa menjadi lebih tertutup, dan dengan cara menulislah Nessa menceritakan segala apa yang ingin ia bagikan. Kini Nessa tak mempunyai banyak teman, karna Nessa yang lebih menutup diri.Hanya Re yang berada didekatnya, menjaganya, dan selalu membelanya.
Ia mengeluarkan note kecil yang selalu ia bawa kemanapun. Goresan tinta melengkapi makna dari kata-kata tersebut. Entahlah, mungkin ini hanya sedikit curahan hatinya tentang masalalu, masalalu yang mengubahnya menjadi gadis yang tertutup.
"Aksara-aksara sarat makna"
Kujelajahi sejarah kenanganku
Ku putar rekaman masa laluku
Menghadirkan kembali masa itu
Masa-masa di putih biru
Tak terhapus walau terombak waktu
Potret wajahmu melintas
Indah dalam lamaku
AL
Dirasa sudah cukup mencurahkan beberapa untaian kata bermakna tadi, Nessa segera memasukka note tersebut. Ia melanjutkan membaca novel. Panas Matahari tampaknya masih setia menyelimti bumi tempat berpijak. Para pemain basket tidak lepas dari keringat yang bercucuran.
Pertandingan selesai, Re berjalan menghampiri Nessa yang masih sibuk membaca novel. Bahkan ia yakin jika gadis itu tak menyadari pertadingan telah usai. Saat Nessa tersadar ia langsung melemparkan sebotol air mineral yang ia siapkan untuk Re.
"Nih, minum!!"Dengan tangkas Re menerimanya. Keringat menetes membasahi wajahnya. Terlintas ide untuk mengerjai sahabatnya itu.
"Nih, lapin keringet gue!!" Ucap Re sembari melemparkan handuk kecilnya ke wajah Nessa.
"Idih, ogah!! Ngelap sendiri emang nggak bisa? Bau keringet lo lagi nihh handuk."
"Itu hukuman buat lo, karena tadi lo enggak liat gue tanding ." Ucap Re sambil mencubit pipi Nessa dengan gemas.
"Ih, sakit bego'. Loh kan gue udah nonton lo tanding, gimana sih? Orang jelas-jelas dari awal pertandingan mulai gue juga udah di sini."
"Iya, gue emang lihat lo dari tadi di sini, tapi pandangan lo nggak ke arah lapangan . Lo malah sibuk sendiri baca novel. Coba, emang lo tau tadi skornya terakhir berapa? Yang menang siapa?" Tantang Re
"Hehe, maaf Re. Yang penting kan gue udah dateng. Jangan marah ya? Re kan pemaaf orangnya."
"kali ini gue maafin. Awas ya kalo bes-." Belum sempat Re menyelesaikan kalimatnya Nessa sudah memotongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not a nerd
Fiksi RemajaBegitu banyak cerita masa lalu yang sulit ditinggalkan, sangat berat untuk dilupakan. Hingga membuatnya kehilangan keramah tamahannya dalam bergaul dan lebih menutup diri. Tidak ada lagi Al yang supel, periang dan bawel. Bibirnya tak lagi sering men...
