Bag. 7

77 9 0
                                        



Alnessa Prayudha, gadis ini masih saja menjadi pusat perhatian lantara rumor yang beredar mengenai dirinya. Nessa bukan gadis lemah. Meski begitu, seseorang yang bersangkutan malah menghilang entah kemana. Sudah dua hari Nessa tidak bertemu Re. Nessa dan Re termasuk jarang berkomunikasi melalui ponsel, jika ada sesuatu pasti mereka akan selalu bertemu. Tanpa menghubungi terlebih dahulu, karna mereka selalu tahu di mana keberadaan sahabatnya.

Namun, hingga saat ini Re belum juga menemui Nessa. Nessa pun enggan untuk mencarinya. Ego mereka yang terlalu tinggi. Atau Re yang memang belum bisa menjelaskan kebenaran mengenai perasaannya terhadap Nessa. Re sangat khawatir jika setelah ini, Nessa akan menjauhinya. Namun, apa yang dilakukannya otomatis membuatnya semakin jauh dari Nessa.

"Nessa!." Ujar seseorang yang berada tepat di belakang Nessa. Tanpa menoleh ke belakang, Nessa mengetahui siapa orang yang baru saja memanggilnya. Ini bukan saat yang tepat, pikir Nessa. Yang saat ini ia butuhkan hanya penjelasan dari Re, bukan orang lain. Termasuk Rama, meski ia juga terlibat.

Nessa enggan menjawab, bahkan ia tetap melanjutkan langkah kakinya. Namun, Rama menghentikannya.

"Nessa, kita perlu bicara."

"Gue rasa nggak ada yang perlu dibicarain, Kak. Maaf, gue lagi buru-buru Kak." Nessa berusaha menghindar.

Rama menahan lengan Nessa, memaksa Nessa untuk mendengarkannya, "Maaf, kalau bukan karna keegoisan gue semua ini nggak bakal terjadi." Nessa masih bungkam,"Nggak seharusnya gue ngebiarin perasaan ini tumbuh."

"Gue nggak butuh pegakuan tentang perasaan Kakak ke gue."

"Lo bener, gue nggak seharusnya berusaha buat ngerebut apa yang bukan punya gue. Sejak awal hati lo udah buat Re."

"Lo salah,Kak. hati gue  memang bukan buat kakak begitu juga dengan Re. Gue dan Re cuma sahabatan. Dan kita sama sekali nggak keberatan dengan status itu, Gue mohon lo mengerti."

"Jangan bohongi diri lo sendiri."

"Gue sama sekali nggak ngebohongi diri sendiri. Maaf, kayaknya udah nggak ada yang perlu kita bicarain. Gue duluam, Kak." Nessa bergegas meninggalkan Rama.

################################################################################

Waktu itu sangat lambat bagi yang menunggu, berlalu terlalu cepat bagi yang dalam kecemasan.Terlalu singkat bagi yang dalam kesenangan. Sangat panjang bagi yang sedang dalam kesedihan.

"Ness, Kak Re masih belum nemuin lo?"tanya Gita.

"Boro-boro nyamperin gue, sejak hari itu aja dia nggak pernah nunjukin batang hidungnya."

"whatsapp?Line? apa dia juga belum ngehubungin lo?"

"Nggak sama sekali. Mungkin dia sengaja jauhin gue. Bukannya malah bagus ya, Git? Dengan begini gue juga bakal terhindar dari ancaman si nenek lampir."

"Nenek lampir?" dahi Gita mengkerut.

"Kak Bella maksud gue."jelas Nessa.

"Oalah, iya juga sih. Tapi lo yakin? Emang hati lo nggak kenapa-kenapa?"

"Gue nggak masalah kalaupun Re nggak akan ngejelasin apapun ke gue."

"Tapi, ini semua nggak adil buat lo, Ness. Lo yang nanggung semua cacian dari orang-orang. Sedangkan Kak Re bahkan nggak tau sekarag ada di mana. Dan gimana perasaan lo?"

"Gitaa!! Lo apaan sih? Udah berapa kali gue jelasin, kalo gue sama Re itu cuma sebatas sahabat. Nggak lebih, ok?"

"Oke, terserah kalian mau anggep status kalian berdua itu apa. Tapi yang gue lihat kalian itu bukan hanya sebatas sahabat."

"Udahlah ga usah bahas ginian."

"Iya deh, iya. Oh iya, bukannya lo ada janji nemuin Kak Tama di ruang OSIS?"Ujar Gita mengingatkan.

"Astaga!!gue hampir lupa, jam berapa sekarang?"Nessa langsung panik.

"Tenang aja, istirahatnya masih lama. Ya semoga aja Kak Tama nggak marah karna nunggu lo kelamaan."

"Ya udah kalo gitu gue cabut sekarang."

"Awas ketemu Mak lampir, lo harus ngelewatin kelasnya buat sampe ke ruang OSIS!!" Gita meneriaki Nessa yang berlalu meninggalkannya.

"Duhh, bener juga apa kata Gita. Mau nggak mau gue harus ngelewatin kelasnya Kak Bella. Sial banget sih gue, belum lagi kalo Kak Tama juga marahin gue gara-gara gue telat dateng. Lengkap sudah penderitaan gue kali ini." Batin Nessa

Kali ini Nessa berhasil melewati depan kelas si Mak lampir tanpa hambatan. Namun, kini Nessa harus berhadapan dengan Kak Tama yang memasang tampang tak bersahabat. Sepertinya Nessa telah membuatnya menunggu terlalu lama.

"Jadi, apa alasan kamu terlambat menemui saya?"

"Maaf, Kak. Tadi aku ada urusan sebentar." Nessa berbohong. Urusan? Memang sepenting apa urusannya? Sejak bel istirahat berbunyi, Nessa hanya keasyikan ngobrol dengan Gita.

"Saya berencana menawarkan kamu untuk bergabung menjadi pengurus OSIS. Namun, belum apa-apa kamu bikin saya ragu. Apa kedepannya kamu akan lebih disiplin atau akan tetap ceroboh seperti sekarang."

"Sekali lagi maaf, Kak."

"Oke, kali ini saya maafin. Jadi, tolong petimbangkan tawaran tadi."

"Baik, Kak. Akan aku pikir-pikir dulu."

"Sekarang kamu boleh kembali ke kelas."

"Permisi, Kak."

I'm not a nerdWhere stories live. Discover now