Part 4

2.8K 243 41
                                    

Andin sudah duduk di boncengan motor, Adit pun mengemudi dengan kecepatan standar meninggalkan Jalibar.

"Kita mau ke mana?"

"Ke villa juga. Aku tau villa milik keluarganya Cinta yang di Batu. Kita nanti nginep di villa keluargaku."

"Tapi ... aku belum bawa baju."

"Malah khawatir gak bawa baju. Emang kamu gak khawatir kalo bakal aku grepe-grepe?" Adit tertawa.

"Emang berani? Gyo aja gak pernah ngelakuin gituan ma aku!"

Adit mengernyitkan kening. Bukan hal aneh lagi kalau berpacaran melakukan hal itu, apalagi jika sudah berumah tangga, pasti ujungnya ke sana. Tak habis pikir dengan Bagyo, melakukan dengan istrinya tidak pernah, dengan Andin pun tidak.

Andin pikir, tak apa memakai baju yang sama beberapa hari. Nanti dia bisa ke pasar tradisional atau toko untuk membeli dalaman dan kaus. Kalau celana, kemungkinan kotornya sedikit, pun dia bisa membeli yang lima belas ribuan.

Mendekati Kota Batu, rintik hujan mulai menetes. Andin memindahkan tas ransel yang berada dipunggungnya itu ke tengah, antara punggung Adit dan dada Andin. Memang musim pancaroba ini sangat tidak pas untuk liburan, sebentar panas, sebentar hujan. Tak bisa diprediksi.

Adit membelokkan motor ke BATOS, menuju tempat parkir. Lalu dia naik ke lantai atas bagian penjualan baju. Andin tak peduli, hanya ikut mengekor di belakang Adit. Bagai pangeran yang berjalan bersama asistennya.

"Oppa, bisa foto bareng?" Tiba-tiba mereka dicegat oleh empat gadis muda yang masih menggunakan seragam.

"Oke, tidak masalah," jawab Adit langsung yang membuat para gadis itu berteriak histeris.

"Terima kasih, Oppa." Tiga gadis itu langsung berjejer di sebelah kiri kanan Adit. Sementara salah satunya menghampiri Andin, memberikan ponselnya, meminta untuk diambilkan foto.

Andin hanya tersenyum masam, memangnya Adit itu orang Korea? Bule nyasar yang iya.

Andin pun mulai menjauh dari mereka, mencari posisi yang tepat agar hasil jepretannya bagus. Terlihat Aditya memang tampan, lebih tampan dari Bagyo. Bahkan terlihat lebih muda, Andin tak tahu umurnya. Namun bisa dilihat, pasti tidak jauh berbeda dengan Cinta.

Anak-anak SMA itu pergi dengan senyum bahagia, Adit pun sok ramah dengan memberikan lambaian tangan pada mereka. Andin membuang muka, tak peduli dengan temannya yang mulai sok ngartis.

"Napa wajah kusut gitu?" Adit menghampiri Andin.

"Mau ngapain ke sini? Buruan! Males gue diliatin sama cewek-cewek gatel di sini."

"Jelas males. Mak Lampir berasa jadi asistennya sang Oppa."

Tanpa kata, Andin menunjukkan ekspresi mual dan pingin muntah. Adit yang melihatnya hanya mengangkat bahu, lalu pergi ke arah penjual pakaian.

Penjaga toko pakaian yang didominasi oleh wanita itu terlihat mulai mencuri pandang pada Adit, seperti tak pernah melihat lelaki tampan. Dasar Adit, dia malah tebar pesona pada mereka dan tak mempedulikan Andin yang mulai bosan.

Seorang pegawai menghampiri Adit; dengan tersenyum manis, "Mau cari apa, Mas?"

"Kaos dan kemeja buat aku, yang santai aja. Sama gaun buat dia." Adit menunjuk Andin.

"Ogah ih. Gue gak mau pake gaun."

"Bawel banget sih Mak Lampir satu ini. Sekali-kali feminim napa? Lu mau dipikir pembantu terus saat jalan ma gue?"

"Bodo."

Melihat Andin yang keras kepala, Adit langsung menarik Andin ke salah satu butik yang membuka cabang di sana. Meninggalkan pegawai cantik yang sudah siap melayani mereka. Andin pun akhirnya mengekor.

Demi Cinta (Repost Ulang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang