Part 2 (H-13)

2.8K 172 22
                                    

#Demi_Cinta H-13

Andin menatap nanar pada keluarga yang berjalan menuju kelasnya, dia langsung masuk kembali ke kamar mandi. Dilihatnya ponsel sekali lagi, apa Bagyo menghubunginya? Ternyata tidak. Sejak tadi malam, lelaki itu sama sekali tak menghubunginya. WhatsApp pun tak ada pesan. Hatinya teriris, perih. Walau dia sudah berusaha merelakan, tetap ada bagian hatinya yang tak rela, masih berharap pada lelaki yang berjanji akan menjadi suaminya.

Setelah dirasa Laura sudah masuk kelas dan mereka berdua pergi, Andin keluar dari kamar mandi. Matanya melihat ke halaman sekolah, dilihatnya Bagyo menggendong Cinta, entah karena apa, hal yang tak pernah lelaki itu lakukan padanya. Dia kalah, telak. Matanya berkaca-kaca, tapi tak ada setetes air pun yang turun dari sana untuk membasahi pipinya.

'Dasar Mak Lampir, kalo tidur kayak kebo! Bangun woi!😏' Sebuah pesan WhatsApp masuk ke dalam ponselnya.

Andin memutar bola mata jengah. Entah kenapa lelaki itu bahkan selalu saja hadir dengan panggilan Mak Lampir. Selalu membuatnya ingin marah.

'Aku udah di sekolah, siap ngajar. Jangan-jangan malah kamu yang masih ileran 🤭' Andin langsung membalas pesan itu.

Aditya langsung bangun dari tidurnya, lalu melihat ke arah kaca yang tertempel di tembok. Ada sedikit noda berwarna putih di bawah bibirnya. "Sialan!"

Andin memasukkan ponselnya ke tas, lalu masuk ke kelas. Sudah jam delapan pagi, sudah waktunya mengajar. Sementara Adit masih di kamar mandi karena baru bangun tidur.

'Cinta ....' Sebuah pesan dikirim oleh Adit pada pujaan hati setelah dia ganti baju.

Lama tak ada jawaban. Adit pun menelepon nomor Cinta, sayang tidak aktif. Sebelah alis Adit terangkat, tak percaya bahwa wanita itu menonaktifkan nomor teleponnya. Apalagi pada jam kerja seperti ini. Merasa ada yang tak beres, dia pun bergegas ke garasi, mengambil mobil, ingin menemui Cinta.

======

Matahari belum berada di puncak kepala saat Andin menyelesaikan surat pengunduran dirinya di warnet pinggir jalan. Dia juga membuat surat lamaran kerja untuk mencari pekerjaan baru. Hatinya belum siap menerima kekalahan, apalagi jika harus melihat Gyo dan Cinta berduaan di sekolah, seperti tadi pagi. Mungkin saja tempat dan suasana yang baru bisa membuatnya melupakan semua yang telah terjadi.

Dibayarnya biaya warnet dan print kertas, lalu memotokopi surat lamaran kerja dan berkas lainnya menjadi lebih banyak. Dia berencana untuk langsung mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan ijazah. Menjauh dari keluarganya adalah rencana kedua yang sangat tepat, walau dia yakin jika sang ibu pasti akan menolaknya.

Wanita berambut sebahu itu berjalan ke arah Kantor POS, ada beberapa ruko yang disewakan di sana. Berbagai penjual memadati tiap ruko, di sana ada m penjual kue, mie pedas, ayam goreng, sampai dengan apotek. Andin merasakan perutnya keroncongan, baru disadari kalau belum terisi sejak pagi.

Langkahnya berhenti pada sebuah ruko yang menyediakan ayam goreng cepat saji. Selain harga yang relatif murah, rasanya juga tak kalah enak dengan restoran yang sudah terkenal. Tak heran jika kursi yang tersedia di ruko yang didominasi oleh warna kuning itu sudah dipenuhi dengan pelanggan. Hanya ada satu meja di sebelah kasir yang masih tersedia.

"Paket B, Mbak," kata Andin sambil memberikan uang dua puluh lima ribu pada kasir. Tak lama, dia sudah membawa nampan berisi pesanannya ke arah meja di pojok.

"Saya mau beli ayamnya saja, bisa?" Sebuah suara kecil menghentikan langkah Andin.

Kepalanya menoleh ke arah kasir. Ada seorang anak lelaki berumur sekitar tujuh tahun dengan pakaian lusuh dan tanpa alas kaki. Kulitnya berwarna cokelat kehitaman karena terbakar kulit matahari. Wanita yang berada di belakang meja kasir menggeleng dengan wajah tidak suka, matanya melirik ke arah karyawan lelaki, memberi tanda tentang kedatangan anak tersebut. Karyawan yang diberi tanda itu langsung meminta sang anak keluar sambil memberikan beberapa uang receh. Mata sang anak menyiratkan kekecewaan yang dalam, lalu pergi dari sana.

Demi Cinta (Repost Ulang)Where stories live. Discover now