◇3- Hate U, Pak Dadang!◇

300 34 26
                                        

- - -
Sekuat apapun diri kamu saat ini
Kamu tetap butuh teman.
Entah untuk bercerita, atau
sekadar berbagi luka.
- - -

06:30 WIB.

KRINGGGGGGGGG!!!!

Suara alarm memutuskan mimpi buruk Abigail. Dan saat ini kenyataan buruk datang!

Abigail menyibakkan selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya. Mengambil alarm yang ada diatas nakas, "Anjir!?! Gue telat!" Tanpa babibu, ia langsung lari menuju kamar mandi.

Mandi bebek lagi. Begitu pikir Abigail.

Butuh 7 menit untuk mandi bebeknya. Itu sudah lebih dari cukup, biasanya hanya 5 menit. Gosok gigi, cuci muka, gebyur tiga kali. Seenggaknya udah wangi lah!

Abigail mengambil seragamnya di keranjang. Lalu memakainya. Tak lupa, ia memakai jedai, mengubah lagi tatanan rambutnya. Lebih berantakan.

Karena tidak mau berpeluang besar untuk telat, dengan langkah cepat Abigail menuruni anak tangga.

Dilihatnya, Gabriella. Adik tirinya itu sedang bermain ponsel di dapur. Mungkin bocah ingusan ini bolos sekolah.

Gabriella menoleh kearah Abigail, "Gue nggak sekolah, disuruh jaga rumah,"

Yang diajak bicara mengernyitkan dahi, "Terus? Gue peduli?" lalu mengambil tempat duduk di sebelah adik tirinya. Mulai mengoleskan selai blueberry ke atas rotinya.

Gabriella berdehem.

"Gue berangkat," Abigail menyambar tas nya, tidak peduli dengan jawaban Gabriella.

Masih dengan mempercepat langkah, Abigail mencari angkutan umum yang saat ini masih bertengger.

Ia mengintip jam yang menempel di tangannya.

07:20 dan artinya 10 menit lagi dia bakal telat!

Akhirnya! Setelah mencari nomor angkutan yang sesuai tujuan. Abigail langsung masuk ke dalamnya. Tidak hanya gadis ini, angkutan sudah dipenuhi oleh ibu-ibu penjual sayur yang ingin kulakan ke pasar.

Abigail mengibaskan tangannya, "Buruan, Pak. Gue udah telat,"

Sopir itu menoleh, "Kalau gamau telat naik pesawat atuh,"

Abigail memilih diam. Rasanya bakal panjang kalau dijawab. Nanti kisah ini bukan tentang Abigail melainkan sopir angkutan!

Sopir itu melihat kearah belakang, kursi penumpang sudah berdesak-desakan, "Berdoa semua ya, kita mau berangkat!" serunya.

07:25

Jam di tangan Abigail menunjukkan bahwa 5 menit lagi. Nyawanya dipertaruhkan.

Toh, telat mungkin bukan hal baru bagi Abigail. Tapi, apa salahnya menjadi murid teladan satu kali?

8 menit. Waktu yang ditempuh sopir menuju Sma Pancasila. Dan kini, gerbang Sma sudah tertutup rapat.

EXITIUMWhere stories live. Discover now