16

6.5K 310 5
                                    

salendra familly pov

"gavin papa ingin tanya sama kamu kenapa kamu rahasiakan jika kamu sudah bertemu dengan jelita dan mama kamu " tanya tegas syam menatap gavin dengan tajam dan di balas tatapan gavin yang tak kalah tajam

" apa peduli papa sama mama dan jelita selama ini papa tidak ada usaha sama sekalikan minimal carilah jelita apa papa ngelakuin itu nggakan lantas hak apa papa tanyakan itu sekarang papa mikir nggak sih selama ini aku rindu akan jelita dan mama" bentak gavin berdiri dari duduknya karena tidak tahan dengan sikap papanya

plak

tamparan yang cukup sangat keras mengenai pipi gavin

"gavin jaga omongan kamu " bentak syam , nensi aletha sangat kaget dan nensi berdiri mengelus lengan syam untuk menenangkanya

"cih dari dulu sikap papa nggak pernah berubah pantes aja MAMA BISA KENA GANGGUAN JIWA KARENA SIKAP PAPA KAYA GINI YANG RELA NINGGALIN ISTRINYA DAN ANAKNYA DEMI WANITA LAIN aku tau pa aku bisa mengerti kesedihan ketakutan di dalam diri mama yang sangat terlihat dengan jelas " suara gavin meninggi yang menggema sampai seisi rumah nensi pun sudah menangis terduduk di lantai juga dengan aletha yang memeluk mamanya

bugh
satu bogeman mendarat lagi di pipi gavin

"cuku pa "teriak paruh nensi

"aku disini yang salah andai dulu aku tidak mencoba dan merusak hubungan kamu dan mbak rieke mungkin kamu masih bersama mbak rieke dan jelita bener kata gavin yang sebenarnya di salahkan disini aku " suara tangis nensi menunjuk dirinya

"ini sudah takdir sayang mungkin aku dan rieke memang tidak di takdirkan bersama " syam memegang pundak nensi

"apa mama di saat terpuruk papa juga berlaku seperti itu nyatanya nggakan papa malah melakukan kekerasan sama mama " gavin menuding perlakuan syam ke arah nensi

"gavin cukup " suara tegas syam menatap tajam gavin

"apanya yang cukup pa " gavin menatap remeh syam

"gavin sebaiknya kamu angkat kaki dari rumah ini " ucap syam membuat aletha dan nensi kaget

" pa...pa jangan keterlaluan dengan bang gavin gimanapun juga bang gavin itu anak kandung papa juga" akhirnya aletha yang sedari tadi diam angkat bicara

"kamu jangan ikut campur aletha" suara bentakan syam membuat aletha jadi menangis lagi

" ok kalau itu kemauan papa aku akan turutin aku akan angkat kaki dari rumah ini " gavin melangkahkan kakinya menuju kamar miliknya dan gavin kembali dengan membawa tas ranselnya di punggung

"abang mau kemana "aletha berdiri dan langsung berdiri di hadapan gavin

gavin hanya melewati aletha tak mengubris pertanyaanya apalagi pamitan dengan nensi dia enggan sekali

ting tung
bunyi bel rumah jelita berbunyi sementara jelita yang ada di dalam heran dan berfikir

"siapa yang datang malam malam gini"batin jelita yang saat ini makan malam dengan fasya bi yani dan rieke

"biar bibi jelita aja bi yang bukain pintunya bibi sama kaka lanjutin makannya aja dulu " ucap jelita berdiri dari duduknya

jelita kaget melihat orang yang datang  di luar gerbang rumahnya

"kak gavin " gumam jelita dan jelita langsung mengisyaratkan agar satpam membukakan pintu gerbangnya

"ngapain kaka malam malam kesini " tanya jelita heran sambil menaikan alisnya

"kaka di usir dari rumah " jawab lesu gavin dan jelita menghembuskan nafas pasrahnya

"masuk " titah jelita di dalam orang orang kaget yang tahu ternyata yang datang gavin

"lho aden gavin " tanya kaget bi yani di angguki gavin

"ngapain kaka di usir dari rumah " tanya datar jelita setelah mengajak gavin ke ruang tamu

"kaka bertengkar dengan papa " jawab sekenanya gavin dan jelita mulai tersadar ada lebam di pipi gavin

"kak fasya tolong obatin luka kak gavin " seru jelita menyuruh fasya di angguki olehnya

fasya duduk di sebelah gavin dan tak sengaja manik mata mereka bertemu tapi fasya langsung membuang kontak matanya dengan gavin

"kenapa kaka bisa sampai bertengkar hingga sampai di usir dan pergi kesini" tanya frustasi jelita sebenarnya ada rasa khawatir juga

"papa tanya tentang kenapa kaka rahasiain sudah bertemu kamu dan kaka jawab yang seadanya jadilah kaka kek gini " cengir cerita gavin tanpa rasa bersalah

" lalu kaka sekarang mau tinggal dimana " jelita sebenarnya tau jika gavin ingin tinggal disini tapi dia ingin sekali gavin menjawab pertanyaan ini walau pertanyaan konyol yang jelita sudah tau jawabanya

"apa kamu ngusir kaka dan gak ngizinin kaka tinggal disini jel " jawab lesu gavin di balas hembusan nafas pasrah jelita

"ok kaka boleh tinggal disini , bi siapin kamar atas samping kamarku itu aja nanti bersihin kalau bibi capek bisa minta bantuan aku kok biar kak gavin sendiri yang menata barangnya " suruh jelita menjelaskan semuanya

"baik non "bi yani langsung pergi ke atas

"yaudah aku ke kamar dulu , eh kak fasya tadi mama udah selesai makanya belum " tanya jelita yang imgat jika tadi dia makan bersama mamanya

"udah kok jel "jawab santai fasya di angguki jelita lalu menaiki anak tangga menuju kamarnya

tok...tok
bunyi ketukan kamar pintu jelita menyadarkan lamunanya saat duduk di balkom kamarnya

"masuk " ucap  jelita dari dalam tersadar dari lamunanya

"apa kaka menggangu mu jel " seru orang itu adalah gavin cuma di jawab gelengan jelita

"jel maafin kaka yang bertahun tahun ngelupain kamu dan mungkin kaka nggak pantas dapat maaf kamu sekarang " ucap gavin tertunduk

"bener kaka seharusnya gak mungkin dapat maafku tapi aku berusaha mengikhlaskan semua toh semua udah terjadi walau jika aku melihat kaka juga sama rasanya ingin gila sama seperti mama jika aku mengingat semua yang terjadi rasanya ingin mati aja aku dari hidup ini tapi selama ini aku masih bersyukur ada bi yani yang setia nemenin aku " curahan hati jelita ingin menangis jika mengingat saat susahnnya dulu

"maaf "gumam gavin lagi yang semakin merasa bersalah

"kaka tau ada di saat waktu itu di saat aku di posisi paling rendahku terjatuh yang rasanya tak mungkin bisa bangkit lagi adalah di saat kondisi mama sangat kacau semua yang ada di dekatnya akan celaka juga disaat itu kondisi ekonomi kita sangat tidak memungkinkan minta nenek kakek itu juga tidak mungkin aku nggak tau harus apa saat itu sekolahku sempet terbengkalai , lalu bi yani berusaha membangunkan semangatku lagi "

"di saat itu juga semangatku kembali aku mulai membuka usaha cafe kios kecil kecilan bermodal dari tabunganku juga di bantu dengan dokter dewi yang menangani mama di rumah sakit yang membantu ikut mempromosikan cafeku di medsos dan sampai tersebar luaslah juga aku berani usaha bisnis di bidang property , dan lagi lagi dokter dewi menyarankan mama untuk dirawat di rumah sakit aku menyetujuinya hingga kondisi mama lebih mendingan di bandingkan saat saat dulu mama lebih parah " jelas jelita menatap langit mengingat masa masa sulitnya

"maafkan kaka jel " air mata yang di bendung gavin akhirnya luruh

"udah kak toh udah terlanjur terjadi mau giman lagi " jelita menghadap gavin seraya tersenyum tulus

"boleh kaka memelukmu " ragu gavin jika jelita akan menolak tapi malah di angguki jelita

"adik kaka emang udah besar sekarang udah dewasa , juga udah kenal cinta cintaan lagi " goda gavin di akhir kalimat

awh...ringis gavin saat jelita mencubit pinggangya

"apaan sih kak udahlah kaka masuk ke kamar kaka aku mau tidur " jelita masuk ke dalamnya menutup pintu balkon di ikuti gavin

"kaka tidur sama kamu boleh nggak " tanya gavin di angguki jelita

jelita beranjak ke kasur di ikuti gavin dan jelita terlelap lebih dulu di susul gavin

VOTE & COMEENT

Misterius girlWhere stories live. Discover now