Chapter 17: Kurokage Syaoran

121 8 0
                                    

Pemuda itu memeluk seseorang yang sangat ia cintai, orang yang begitu ia kagumi dan orang yang akan berpisah dengannya. Mereka tak akan bisa bersama....

"Maafkan aku Syaoran...," ucap gadis yang ia peluk itu sambil menangis sesenggukan.

"Tidak apa-apa... Kita mungkin memang tidak bisa bersama," kata sang pemuda, ia lalu melepaskan pelukannya.

"Sayonara, Irina Von Einzbern. It's been nice to love you...."
"Sayonara, Kurokage Syaoran. It's been nice to love you too...."

***

"

Kau sudah selesai, Katarina?" Tanya seorang pria yang berdiri di koridor rumah sakit itu.

Katarina tersenyum lembut. "Ya... Kau tak ingin menemui Ryouta?"

Pria itu terkekeh pelan, "Hei... Aku tak pernah bertemu dengan anak-anaknya sejak hari itu, kau lupa?"

Diam-diam Katarina tersenyum getir, ia mengerti benar yang pria itu maksud.

"Oh, ya, aku sudah tak bertemu keponakanku. Aku selalu mendengar keluhan Tsubasa tentang anaknya!" Ucap pria itu.

Lagi-lagi Katarina terkekeh. "Iya, Erika tumbuh menjadi seorang pemberontak, ya!"

"Ya udah, ayo!"

"Ayo, Syaoran."

***

Gil memuncratkan cola yang baru ia minum tepat di wajah Zeus. Bukan hanya dia tapi semua begitu terkejut dengan apa yang dikatakan oleh gadis manis yang ternyata adalah idolanya itu. Bahkan Zeus pun tak mengindahkan wajahnya yang barusan disemprot oleh Gil.

"Aku sudah tau tuh," celetuk Erika yang diangguki Serge.

"Eh, kenapa kamu tahu, Rika?" Tanya Raika kaget.

"Aku, kan, Hacker. Hanya seperti itu, mah, cetek!" $eringai bangga Erika.

"Kalau aku dari karakter suaranya Raika-chan." Kini Serge menjawab penuh semangat dengan aura bling-bling di sekitarnya.

'Mereka orang-orang yang sangat berbahaya,' pikir semua minus Raika, Erika, dan Serge.

"Kalo gitu minta tanda tangan, Princess!" Seru Zeus tiba-tiba.

"Hoi, akulah yang pertama harus mendapat tanda tangannya!" Bentak Gil tidak terima.

"Eh, siapa cepat dia dapat, bego!"

"Dasar bule gila! Aku selalu menjadi yang pertama!"

"Kau juga bule, sialan!"

"Kulitmu hitam kayak orang Afrika!"

Raika menjadi gelagapan begitu Gil dan Zeus saling melemparkan ejekan, tiba-tiba ia merasakan tepukan di bahunya.

"Biarkan King Kook dan Godzilla itu," kata orang itu yang ternyata adalah Hiro yang diikuti anggukan dari Lucious.

Meski begitu, Raika tetap khawatir pada kedua pemuda yang kini jambak-jambakan dan masih tetap adu bacot itu.

***

"Yo! Nii-san!"

"Syaoran! Katarina!"

Kedua pria kembar identik itu berpelukan, melepas rindu.

"Sudah, 24 tahun ya... Syaoran," ucap Syaoron begitu melepaskan pelukannya pada sang adik.

"Ya, Nii-san!"

Tsubasa dan Katarina hanya tersenyum lembut melihat kedua adik kakak yang melepas rindu sekian lama itu.

"Kau betah amat di Amerika. Apa ada wanita bule yang kau sukai, hah?" Canda Syaoron.

"Tidak, kok. Aku hanya fokus pada pekerjaanku. Oh, ya, kudengar Irina memiliki seorang putri ya? Aku jadi ingin bertemu Irina dan anak-anaknya."

Hening.... Ketiga orang lainnya tak bisa berkata-kata lagi. Mereka memang sepakat merahasiakan semuanya, tapi sampai kapan?

"Nee... Syaoran, sebenarnya Irina...."

Kata-kata selanjutnya yang keluar dari bibir Syaoron pun langsung meruntuhkan dunianya.

***

"Sayonara.... It's been nice to love you...."

***

Edward merasa dunianya berubah, sejak hari itu saat ia bertemu dengan keponakan bungsunya itu, entah kenapa ia mulai merasa ada yang aneh pada dirinya.

Seakan ia terjerat pada sosok gadis remaja itu.

Jujur, Edward belum pernah merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Dekat dengan wanita pun jarang, ia hanya akrab dengan sahabat sedari kecilnya, yaitu Tomoyo.

Namun Raika berbeda, ia merasa ingin terus berada di sampingnya... dan memilikinya....

***

"Minggu depan adalah pesta ulang tahun Tateishi Corporations, aku ingin kau mengenalkan Louise dan Kobato pada semua orang bahwa mereka adalah bagian dari Keluarga Tateishi." Suara tegas itu menggema di seluruh ruangan dengan gaya tradisional Jepang itu.

"Baik, Otou-sama."

"Tougo, resmikan hubunganmu dengan Louise. Dia lebih baik daripada si jalang Irina itu. Bisa-bisanya dia berpelukan dengan laki-laki lain di pesta pernikahan kalian." Suara wanita dengan nada sinis pun terdengar.

"Baiklah, Okaa-sama." Tougo kembali hormat pada kedua orang tuanya itu.
Jujur, ia merasa jijik dengan semua ini. Tapi sayangnya ia harus menunggu waktu yang tepat untuk membunuh kedua orang tua bangka itu.

***

"Papa, kapan kita bertemu Mama?" Tanya sosok kecil yang sedari tadi asyik menggambar sesuatu di buku gambarnya.

"Ah, sebentar lagi kok. Akira yang sabar ya," jawab Reiji dengan senyuman.

"Aku tak sabar bertemu Mama baru yang Papa sukai! Mama yang dulu tidak suka main sama Akira!"

BLARRRR!!!

Kilatan petir itu menampilkan jelas apa yang digambar bocah itu.

Tumpukan mayat dengan organ-organ yang berceceran kemana-mana....

Melihat gambar itu, Reiji menyeringai mengerikan.

"Tenang saja, Akira... Mama Raika pasti suka 'main' sama Akira...."

°°°

Is God Hate Me?Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα