01: Sebuah Kisah Klasik

2.4K 166 87
                                    

Bandung, 1987

Matahari bersinar pagi itu, menemani seorang gadis yang sedang mengayuh sepedanya ke sekolah. Ia menggendong tas ransel berwarna merah marun dan memakai sweater berwarna biru muda. Angin sejuk menerpa wajah kala gadis itu mempercepat lajunya, sungguh suasana yang layak dinikmati.

Setelah kurang lebih sepuluh menit mengayuh sepedanya, gerbang sekolah berwarna putih itu pun terlihat di depan mata. SMA Mentari Pagi, tempatnya menuntut ilmu selama satu setengah tahun belakangan ini. Ia arahkan sepedanya ke tempat itu, kemudian segera menuju ke tempat parkir di sebelah lapangan basket.

"Hei!" panggil seseorang saat melihatnya memarkirkan sepeda.

Gadis itu menoleh, mencari keberadaan orang yang memanggilnya. "Arsel?" ucapnya tak percaya.

Sudah sekitar tiga bulan gadis bernama Arsel itu tak terlihat di sekolah. Kata beberapa orang, ia pergi ke luar kota untuk beberapa waktu, namun tanpa diduga-duga ternyata hari ini ia telah kembali.

"Kamu kemana aja akhir-akhir ini?" tanya gadis itu. Oh iya, namanya Joice Angelia-panggil saja Joice, Arsel adalah sahabatnya sejak SMP.

"Aku ke Surabaya, ikut orang tua ngurusin kerjaan mereka," jelas Arsel.

"Oh gitu," jawab Joice sambil mengangguk.

"Masuk, yuk?" ajak Arsel.

"Ayo!" jawab Joice.

Kemudian dua gadis itu berjalan masuk menuju kelas mereka. Kondisi sekolah pagi itu masih sepi, hanya ada mereka berdua dan beberapa petugas kebersihan. Belum ada guru yang datang, dan beberapa kelas masih terkunci.

"Kamu dateng jam berapa, Sel?" tanya Joice.

"Sekitar jam 6 kurang, mungkin?" jawabnya tak yakin.

"Sumpah?" Joice membulatkan mata. "Yakin?"

Arsel memutar bola matanya. "Sekarang aja masih jam 6 lebih dikit, Joice!"

Joice pun menoleh, melihat ke arah jam dinding di koridor yang mereka lewati. "Eh, bener juga," ucapnya sambil menggaruk tenguknya.

"Loh?" Arsel terkejut saat tiba di depan pintu kelas mereka.

"Kita kayaknya kepagian deh," ucap Joice.

Keduanya menghela napas, lalu duduk bersandar di tembok. Sunyi. Keadaan pagi itu berubah, yang awalnya cerah kini menjadi suram. Hanya sedikit cahaya matahari yang bisa menembus koridor tersebut, membuat dua gadis itu larut dalam suasana.

"Omong-omong, kamu kok datengnya pagi banget?" tanya Joice memecah kesunyian.

"Di Surabaya kebiasaan dateng jam segini." Arsel membenarkan posisi rambutnya. "Biasanya jam segini udah banyak yang dateng."

"Oh, gitu..." balas Joice.

"Kalo kamu?" tanya Arsel balik. "Kenapa dateng pagi-pagi? Biasanya juga nggak sepagi ini, kan?"

"Kemarin aku tidur awal, jadi bangunnya kepagian," jawabnya. Kemudian ia mengambil dua bungkus permen dari tasnya. "Mau?" tanyanya pada Arsel.

"Mau!" jawab gadis itu sambil mengambil satu. "Thanks."

Tak lama setelah itu seorang petugas kebersihan berjalan ke arah mereka, kemudian membukakan pintu kelas yang terkunci itu. Dengan segera mereka berdua memasuki ruangan yang penuh dengan bangku dan meja itu, lalu mereka menunggu waktu hingga bel tanda masuk berdering.

Melodi KelabuWhere stories live. Discover now