#17: The First Meeting

1.4K 224 17
                                    

Pesta berlangsung dengan sangat meriah di perusahaan milik Kim Seokjin, tepatnya di lantai satu. Para tamu undangan yang juga rekan bisnis Seokjin sudah berada di sana, mengobrol dengan pemilik perusahaan lainnya.

"Mr. Kim, nice to meet you. Is she your daughter?"

"Nice to meet you too. Yes, she is my daughter."

"Woaw! Your daughter is very-very beautiful like a princess."

Seokjin tersenyum mendengarnya. "Thank you, Mr. James." Seokjin menoleh, menatap anaknya yang sedari tadi hanya diam di sampingnya. "Sayang, perkenalkan dirimu."

"Appa."

"Cepat."

Jineun mengembuskan napas berat, kemudian tersenyum paksa ke Mr. James yang tengah menatapnya. "Good Night. My name is Kim Jineun, nice to meet you."

Perkenalan singkat, karena Jineun tidak suka basa-basi. Intinya dia sudah memperkenalkan diri.

"I have a son, he is handsome. Will you be engaged to him?"

Jineun tersenyum kecil. "No, thanks."

Jineun mulai jengah. Apa-apaan teman ayahnya ini? Kenal saja tidak sudah ingin menjodohkan dengan anaknya.

"Appa, aku mau pulang," kata Jineun dingin.

"Acaranya belum selesai, Sayang."

"Tapi aku bosan. Semua teman-teman Appa selalu saja ingin menjodohkanku dengan anaknya. Dia pikir ini zaman apa?"

Seokjin terkekeh pelan, ia mengusak surai Jineun yang terpasang bandana biru. "Mereka hanya bercanda, Sayang."

"Bercanda bagaimana? Buktinya anak dari rekan Appa yang itu daritadi memperhatikanku terus! Ish, dasar laki-laki centil."

"Ssstt!" Seokjin membekap mulut sang anak yang sembarangan kalau bicara. Beberapa tamu di sana memandang ke arahnya.

"Jangan bicara sembarangan, Sayang. Lihat, mereka semua memperhatikan kita," bisik Seokjin.

Bibir anaknya mengerucut, ia mendelik kesal. "Aku tidak jadi minta ponsel pada Appa. Lebih baik aku minta kepada Haraboji. Aku pulang!"

Jineun berjalan menjauhi Seokjin dengan menghentakkan kakinya kesal. Di pertengahan, laki-laki yang barusan dibahas menegur Jineun sampai menepuk bahunya pelan, karena mood Jineun sedang jelek, ia menghempaskan tangan laki-laki itu sambil melotot tajam.

Di posisinya berdiri, Seokjin mengembuskan napas. Anaknya ngambek lagi, bisa-bisa besok Seokjin akan diabaikan.

🖤

Jineun pulang menggunakan taksi. Rasa marahnya pada sang ayah terbilang cukup besar. Sudah tahu dia paling tidak suka acara pesta, sangat membosankan katanya.

Entah karena mood-nya yang buruk atau bagaimana, Jineun mengabaikan para hantu yang mengganggunya di taksi, tidak ada rasa takut sedikitpun.

Ketika sudah sampai dan memasuki pekarangan rumah pun sama. Ada saja hantu iseng yang hendak menakut-nakutinya.

'Aku tahu kau bisa melihatku. Hah...'

Jineun berhenti melangkah, ia menoleh dengan gerakan pelan. Ketika matanya dan mata si hantu bertemu, Jineun memejamkan mata, menarik napas panjang dan...

"JANGAN GANGGU AKU, HANTU BAU! PERGI SEKARANG ATAU KUBUAT KAU MATI DUA KALI!"

Berteriak kencang.

Hantu laki-laki itu melangkah mundur dengan wajah terkejut. Begitu sudah lima langkah ke belakang, ia membungkukkan badan. 'Saya pamit pergi dulu, Nona.' Selanjutnya ia menghilang entah ke mana.

INDIGO 2 : I Can See "You"•KsjWhere stories live. Discover now