#6: Sixth Sense of Jineun

2.6K 389 75
                                    

[SIDERS? AWAS BINTITAN :v]




































👀👀👀👀👀👀


"Appa."

Jineun sudah memanggil ayahnya lebih dari tiga kali, namun tak ada sahutan. Ia masih fokus menyetir, atau mungkin melamun.

Jineun berdecak kesal, ia terus memerhatikan ayahnya yang sedang menyetir, sesaat kemudian ia menghadap ke depan. Mata gadis itu membulat sempurna, ia yakin Seokjin benar-benar melamun saat ini sampai tak melihat jika ada yang menyeberang.

"APPA AWAS DI DEPAN!"

Seokjin menginjak rem secara mendadak namun menabrak seseorang, membuat tubuh Jineun terhantup ke depan dan kepalanya membentur dashboard.

"A-aw." Ia meringis sambil memegang dahinya.

Seokjin yang masih terkejut pun hanya bisa memandang ke depan sambil memegangi dadanya yang berdegup kencang, lantas menoleh ke kanan.

"Ya Tuhan, kau tidak apa-apa, Baby? Apa ini sakit?" Seokjin mengelus dahi anaknya yang memerah dengan lembut.

Jineun hanya menggeleng pelan. "Appa, bagaimana dengan orang yang kita tabrak?"

Tubuh Seokjin menegang, ia bergegas turun dari mobil untuk melihat keadaan orang yang ditabraknya.

Dahi Seokjin mengernyit, tidak ada siapa pun di sini. Ia sudah memeriksa kolong mobil pun tetap tidak ada orang. Padahal Seokjin lihat sendiri mobilnya menghantam sesuatu, seperti tubuh manusia.

"Ya Tuhan, apa yang sedang kupikirkan?" lirihnya.

Ia memasuki mobil dan menyalakan mesin, kemudian menginjak pedal gas.

"Kenapa kita tidak membawa orang itu ke rumah sakit, Appa?"

"Kita tidak menabrak apa pun, Baby."

"Benarkah? Tapi wanita hamil tadi benar-benar menyeberang dan mobil kita menabraknya."

Seokjin membuang napas panjang, sebelah tangannya digunakan untuk menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Lupakan saja, Sayang. Kejadian tadi tidak penting, itu hanya halusinasi kita saja."

"Tapi..."

"Oh iya, bagaimana kedekatanmu dengan Yoonji? Dia anak yang baik, kan?"

Air muka Jineun berubah drastis, yang mulanya panik kini menjadi malas menatap sang ayah. "Tidak. Dia menyebalkan," gerutu Jineun.

Seokjin terkekeh pelan. "Benarkah? Tapi dia benar-benar anak yang baik, Baby. Kalian pasti akan menjadi teman dekat."

"Appa jangan sok tahu!"

Ya Tuhan.

Seokjin tersenyum gemas, anaknya lupa dengan kemampuan ayahnya atau bagaimana? Perlu diingatkan lagi kah?

"Baby, coba kau berteman dengannya. Menurut Appa, dia lelaki yang baik."

"Tidak, temanku hanya Seohwa. Tidak ada yang lain."

Seokjin mengembuskan napasnya pasrah. "Sayang, apa kau masih belum tahu siapa yang kau sebut teman itu, hm?"

"Dia temanku, Appa. Dia baik sekali padaku."

Seokjin berujar dalam hati, bagaimana jika anaknya tahu kalau selama ini ia bersahabat dengan sesosok hantu?

Akankah ia akan takut? Atau sebaliknya?

INDIGO 2 : I Can See "You"•KsjWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu