Aku menenggelamkan wajah di bantal. Masa depanku hancur. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi menjalani hidup setelah ini. Bukankah lebih baik jika aku mati?

❤❤❤

Aku tertidur karena lelah menangis. Terbangun saat merasakan usapan lembut di kepala. Aku bangkit dan langsung beringsut ke ujung tempat tidur.

"Jangan sentuh aku!" teriakku tanpa sadar. Jantung berdetak kencang, tubuh pun bergetar hebat karena ketakutan.

Sehun terkejut melihat perubahan sikapku. Aku tidak tahu kenapa bisa setakut ini saat ada orang yang menyentuhku.

"Ke-kenapa Aeris?" tanyanya tidak mengerti. Wajahnya terlihat lelah. Sepertinya Sehun baru saja kembali dari Surabaya.

"Jangan mendekat!" teriakku saat Sehun ingin mendekat. Aku menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhku. Air mata itu lolos begitu saja membasahi pipi.

"Apa yang terjadi Aeris? Kenapa kamu bersikap seperti itu?"

Aku menunduk dalam-dalam, menyembunyikan air mata. Aku tidak tahu kenapa bisa menjadi setakut ini. Apa yang terjadi denganku, Tuhan?

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu." Sehun mendekat, perlahan dia menarik tubuhku dalam dekapannya.

"A-aku ta-takut...." racauku tidak jelas. Tangan mencengkeram baju Sehun erat hingga meninggalkan kerutan di sana.

"Tenanglah, Aeris. Semua akan baik-baik saja," katanya menenangkan. Aku semakin terisak di dalam dekapannya. Semua tidak lagi baik-baik saja. Aku hancur. Aku tidak punya cukup keberanian untuk memberitahu yang sebenarnya terjadi pada Sehun. Andai dia tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Jangan nangis lagi, ya?" Sehun melepas tubuhku dari dekapannya, menghapus air mataku dengan kedua ibu jarinya.

Sehun menarik napas panjang lantas memerhatikanku lekat. "Kamu aneh banget. Gak biasanya kamu ketakutan kayak gini. Kamu habis liat hantu?"

Aku memilih diam. Sehun malah memerhatikanku semakin lekat.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Aku menggeleng cepat. "Tidak ada."

Sehun mendesah panjang.
"Ya sudah kalau kamu belum ingin cerita." Sehun berdiri. Dia sangat paham dengan sifatku. Aku akan bercerita sendiri jika sudah siap. Atau mungkin tidak sama sekali. Biarkan waktu yang akan menjawab semuanya.

"Lo mau ke mana?" Aku melihat kanan kiri, takut jika dia tiba-tiba muncul dan mengulangi perbuatannya lagi.

"Badanku gerah, aku pengin mandi."

Aku menggigit ujung jari cemas. "Jangan pergi, a-aku ta-takut."

Sehun menaruh kedua tangannya di bahuku. "Aku tidak akan pergi ke mana pun Aeris. Aku cuma ingin mandi."

Aku menarik ujung baju Sehun saat dia ingin masuk ke kamar mandi. "Jangan lama-lama."

Sehun tersenyum. "Iya."

❤❤❤

Sudah seminggu sejak kejadian itu berlalu. Aku sering terbangun pada malam hari dan menangis histeris. Tidurku menjadi tidak tenang. Aku selalu ketakutan tanpa sebab. Beruntung ada Sehun yang selalu menemani.

My Lovely TeacherWhere stories live. Discover now