Part 20

597 54 1
                                    

Sekembalinya sahabat Yeonsoo membuatnya kembali melakukan rutinitasnya seperti biasa.

Dan seperti biasa juga, dia akan pergi ke sekolah bersama Wonwoo. Begitupun dengan pulang. Akhir-akhir ini mereka memang terlihat seperti lem yang suka menempel satu sama lain. Bahkan banyak diantara teman sekelas mereka yang menyangka Yeonsoo dan Wonwoo itu berkencan.

Lalu bagaimana reaksi keduanya mendengar hal itu ?

Tentu saja mereka terkejut. Tapi bukan berarti mereka akan menanggapinya dengan serius, kan. Jika pertanyaan itu meluncur, mereka pasti akan menjawab pertanyaan itu jujur-sejujur-jujurnya.

"Won, ke perpustakaan, yuk!" Ajak Yeonsoo pada Wonwoo yang hendak tidur karena saat ini sedang tidak ada guru.

"Ayolah, Won! Nanti terusin tidurnya di perpus biar enak." Ajak Yeonsoo lagi yang membuat Wonwoo mau tak mau bangkit dan mengikutinya ke perustakaan.

Suasana tampak lengang di perpustakaan ini. Karena memang jarang sekali ada siswa yang pergi ke perpustakaan di jam ini. Suasananya juga sangat bagus untuk Wonwoo mengistirahatkan otaknya.

Tak ingin terganggu dengan siswa lain, Yeonsoo dan Wonwoo memilih tempat yang berada di pojok perpustakaan. Dimana jarang sekali ada yang datang karena disana tempatnya jajaran buku-buku ilmiah yang bahkan tidak ada sangkut pautnya dengan pelajaran di sekolah mereka.

Setelah memasangkan headset di kedua telinganya, Wonwoo menelusupkan kepalanya di lipatan tangan yang berada pada bangku perpustakaan, dan mengarahkan kepalanya menatap Yeonsoo.

"Kalo udah mau keluar, jangan lupa bangunin." Ucapnya pada Yeonsoo sebelum menutup matanya. Dan tanpa menatap Wonwoo, Yeonsoo hanya memberikan kode meng'iya'kan.

Halaman demi halaman telah Yeonsoo lewati seiring dengan perubahan langit di luar sana yang membuat suasana hatinya menjadi semakin cerah.

Membaca novel membuatnya berharap tinggi menjadi tokoh utama dalam novel itu. Dia juga ingin setidaknya memliki sesuatu yang special dalam hidupnya seperti yang dimiliki pemeran utama dalan novel itu.

Yeonsoo ingin merasakan bagaimana susah dan berharganya menjaga hal special itu. Tentu saja dia juga sudah memilikinya. Ya, kedua orang tuanya.

Tapi dalam konteks kali ini, entah kenapa dia ingin hal special lain dalam hidupnya yang ikut membawa kebahagiaan untuknya juga.

Sesekali Yeonsoo menatap wajah teduh yang terlihat polos itu. Ternyata Wonwoo memiliki wajah yang terbilang sangat menenangkan saat sedang tertidur.

Tangan Yeonsoo geram melihat ada beberapa helai rambut Wonwoo yang terlihat menutupi wajah polosnya itu. Dia bimbang antara harus atau tidak membenarkan helaian rambut itu.

Dan karena rasa geramnya itu semakin mengganggu pemandangannya juga, tangannya pun mulai terulur perlahan membenarkan rambut Wonwoo sehingga semakin tampaklah wajah Wonwoo yang sejuk itu.

Secarik senyuman pun hadir di bibir Yeonsoo melihat pemandangan itu. Dia menyukainya, sangat. Di saat dia hendak menarik kembali tangannya, ada tangan lain yang menahan gerakannya dan membuatnya tercekat dalam posisinya.

Wonwoo, dialah pelakunya. Mata yang tertutup itu perlahan mulai terbuka dengan sorot tajamnya. Yeonsoo hanya diam melihat hal itu dengan debaran jantungnya yang terasa sangat tidak normal.

Seakan tersadar dengan posisinya, Yeonsoo mulai menarik tangannya yang digenggam oleh Wonwoo. Baru sedikit saja genggaman itu mengendur, Wonwoo kembali menggenggamnya lebih kuat lagi diikuti dengan dirinya yang sudah tegak dalam duduknya.

Tanpa mampu berkata-kata, Yeonsoo hanya dapat menatap Wonwoo dengan tatapan abstrak.

"Yeonsoo-ya, nan ije halmari isseo." Ucap Wonwoo dengan tatapan yang tidak pernah berpaling sedikit pun dari Yeonsoo. (Ada yang ingin ku bicarakan sekarang)

"Apa?"

"Bagaimana jika…kita berhenti berteman." Jleb! Kata-kata itu langsung menghunus masuk ke dalam jantungnya tanpa ada filter terlebih dahulu.

"W-wae?" Tanya Yeonsoo nyaris tak bersuara dan mata yang tiba-tiba saja terasa panas hendak mengeluarkan air mata.

"Aku berniat menjadikan teman yang saat itu ku ceritakan padamu menjadi kekasihku." Ucap Wonwoo dengan tenangnya dengan sedikit senyum yang menyertainya.

Jika itu alasannya, Yeonsoo tak punya alasan untuk menyangkal. Dirinya bukanlah siapa-siapa Wonwoo yang dengan lancangnya melarang ini-itu mengenai hidup Wonwoo. Tapi, apakah harus dengan memutuskan pertemanan mereka ? Ingin sekali dia melawan ucapan Wonwoo itu yang terasa sangat menyakitkan.

Tapi Yeonsoo tak bisa berkata-kata. Tentu saja dia paham dan mengerti betul apa yang dikatakan Wonwoo. Dan rasa khawatirnya dulu memang benar adanya saat dia berpikir jika Wonwoo menyukai juga mencintai bahkan berniat berkencan dengan teman baik yang diceritakannya di taman kemarin.

"O-oh, itu bagus. Kalau itu yang kau inginkan, aku bisa apa. Semoga sukses. Aku duluan." Ucap Yeonsoo segera beranjak dari tempat duduknya dengan sebuah novel yang dipegangnya.

Lagi dan lagi, Wonwoo menahan pergerakan tangannya membuat langkah terhenti tanpa membalikkan badannya. Jantungnya lebih berdebar menggila karena ucapan-ucapan Wonwoo tadi. Hatinya terasa hilang dari tempatnya dan meninggalkan ruang kosong dalam dirinya yang entah kenapa rasanya menyesakkan.

"Kalau begitu, …apa kau mau jadi kekasihku ?"

Hah!?

__TBC__

[END] On Bus (SVT Wonwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang