Part 4

1.2K 120 0
                                    

"Jeogi! Apa kau tak ingin bicara barang sekata saja?" Tanyaku pada teman sekelompokku ini.

Entah kelompok ini sebuah takdir atau kesengajaan, entah keberuntungan atau malah kerugian, aku bisa satu kelompok dengan Wonwoo. Tidak ada yang tahu bagaimana konsep pemilihan kelompok tugas berpasangan ini.

Dan memang sungguh keberuntungan aku bisa satu kelompok dengan orang yang pintar seperti ini. Tapi juga sungguh sebuah kerugian karena sudah hampir dari 20 menit ini dia tak membuka suara.

Dan dalam 20 menit terakhir berada di perpustakaan ini, Wonwoo hanya menanggapi ucapanku dengan anggukan atau gelengan kepalanya.

Ku pikir setelah obrolan singkat yang terjadi di bus beberapa hari yang lalu membuatku sedikit lebih dekat dengannya. Tarnyata semuanya sama saja.

Dan kini ku lihat waktu telah menunjukkan jam 8 malam dan itu berarti aku harus segera pulang. "Aku sudah menyelesaikan tugasku, kalau kau belum selesai aku per..." Ucapanku terhenti bersamaan dengan sebuah telunjuk yang menutup akses bicaraku.

Ku tatap sang empunya tangan dengan bingung, nyatanya sejak tadi dia mengacuhkanku. Lalu apa ini?

"Tak bisakah kau diam sebentar saja?" Itu pertanyaan atau perintah? Pikirku sedikit bingung. Dan karena otakku yang kurang menangkap maksud dari Wonwoo, aku hanya bisa menganggukan kepalaku patuh.

"Tunggu sebentar lagi! Kita pulang bersama! Aku hampir selesai." Ucapan-ucapan itu entah kenapa membuat seluruh badanku terasa ringan. Terdengar dingin namun juga sangat tulus.

TUNGGU!!!

Apa yang ku pikirkan? Apa kau gila! Sadarlah Eun Yeon Soo! Jangan terbawa suasana! Dan hilangkan pikiran itu, sekarang juga!

10 menit kemudian, Wonwoo telah menyelesaikan bagiannya dan mulai memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Aku yang memang sudah siap pulang hanya diam di tempatku melihat Wonwoo memasukkan barangnya.

"Jibe kajja!" Serunya dengan tangannya yang terjulur di depan ku. (Ayo pulang!)

"Mwoya ige?" Tanyaku bingung menatap tangan Wonwoo yang terjulur. (Apa ini?)

Wonwoo hanya menghela nafas sekencang-kencangnya sebelum tangan yang tadi terjulur itu mulai menggapai tanganku dan membuatku segera berdiri dari tempat duduk ku karena terseret oleh langkahnya.

Diperjalanan aku hanya bisa menatap tanganku yang masih ditarik oleh Wonwoo seraya menerka-nerka kemana dia akan membawaku sedangkan halte bus yang harusnya menjadi tujuan kami telah terlewati sekitar 1 menit yang lalu.

"Wonwoo-ssi, kemana kita akan..." Lagi-lagi ucapku terhenti karena seketika itu Wonwoo menatapku nyalang. Whats wrong?

"Tak bisakah kau menghilangkan embel-embel di belakang namaku! Namaku itu Jeon Wonwoo tanpa ssi." Dingin. Jelas. Dan padat.

"B-baiklah. Akan kucoba."

"Geundae, kau belum menjawab..." Lagi dan lagi dia memotong ucapanku. Tak bisakah dia mebiarkanku menyelesaikan ucapanku baru setelahnya dia berbicara semaunya.

"Geunyang tarawa!" (Cukup ikuti aku)

Setelah ucapannya itu tak ada lagi kata yang keluar dari mulutku. Aku cukup mengikuti langkahnya tanpa bertanya lagi seperti yang diperintahkan.

10 menit sudah kami berjalan. Dan akhirnya Wonwoo menghentikan langkahnya di depan sebuah kios ddeokbokki ?

"Apa sudah sampai?" Tanyaku pada Wonwoo.

"Emm." Gumamnya yang dapat ku dengar dengan jelas.

"Kenapa kau mengajakku kesini? Bukankah di sepanjang jalan tadi juga banyak yang menjual ddeokbokki ?" Tanyaku heran karena memang seperti yang ku katakan di sepangjang jalan kami banyak melewati banyak kafe atau kios makanan yang menyediakan ddeokbokki.

Wonwoo menatapku sebentar sebelum akhirnya berbicara mengeluarkan alasannya yang sungguh aneh menurutku. "Mollayo." Cukup satu kata itu yang mewakili alasan Wonwoo. (Aku tidak tahu.)

"Kalau begitu, apa sekarang kau bisa melepaskan tanganmu. Tenang saja aku tidak akan kabur." Candaku yang nyatanya tak lucu sama sekali.

"Mian."

Setelah berada di dalam kafe, Wonwoo memesan satu paket ddeokbokki dengan level pedas. Sebenarnya aku tidak tahu untuk siapa dia memesan deokbokki itu. Dia bahkan tak menawari apa yang ingin ku pesan.

"Kau boleh ikut memakannya." Serunya ketika melihat raut wajahku seakan mengerti apa yang ku pikirkan. Dan aku hanya tersenyum kaku menanggapi ucapannya.

"Tapi, Wonwoo-ssi...maksudku Wonwoo-ya, sebenarnya aku sedikit tak bisa memakan makanan pedas. Bukannya tidak suka. Tapi keadaan perutku yang tidak terlalu memungkinkan membuatku rentan sakit perut ketika makan makanan pedas." Jelasku begitu aku mengingat betapa rapuhnya perutku setelah memakan makanan pedas.

"Kalau begitu kita bungkus saja ddeokbokki-nya, ayo cari makanan lain." Ajaknya sambil berjalan menuju meja kasir.

Bingung ?
Itulah satu kata yang mendeskripsikan pikiranku sekarang. Bukankah Wonwoo yang berniat untuk makan disini, tapi kenapa rasanya seakan-akan aku sendirilah yang mengajaknya ke tempat ini.

Sebenarnya apa yang ada di pikirannya saat ini?

_TBC_

[END] On Bus (SVT Wonwoo)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora