Part 14

731 70 0
                                    

Di pagi yang sejuk nan mendung ini, Wonwoo telah siap sedia dengan setelan tuxedo hitam yang dikenakannya.

Hari ini adalah hari peringatan kematian kakaknya Jeon Haesoo yang ketiga. Haesoo meninggal sebab penyakit mematikan yang memang sudah dimilikinya sejak belia dulu.

Kakak Wonwoo meninggal di usianya yang ke-17. Di usianya yang sudah dapat dikatakan dewasa itu, tentu saja sempat membuat keluarga Wonwoo terpukul. Terutama Wonwoo sendiri, bisa dikatakan dia adalah orang yang paling mengenal kakaknya itu karena mereka memang sangat dekat.

Wonwoo mengetahui semua keluh kesah kakaknya sampai urusan asmaranya sendiri dia mengetahuinya. Yang Wonwoo tahu pasti kakaknya itu adalah orang yang paling mengenal semua hal yang dirasakannya.

Apa yang ada di benaknya saat ini hanyalah keadaan kakaknya saat dia mulai sering berada di rumah sakit dulu.

Orang yang selalu memberinya motivasi, orang yang selalu tersenyum saat dilanda masalah, orang yang selalu mengomeli kemalasannya, orang yang selalu menjadi teman curhatnya, dan orang yang selalu ada disampingnya.

Berubah seketika.

Kakak tersayangnya telah berubah karena penyakit itu. Dia jadi pendiam, suka melamun, jarang makan, bahkan cuek pada keadaan sekitarnya.

Wonwoo tak pernah melihat senyum Haesoo lagi setelah dia mulai dirawat di rumah sakit karena penyakitnya yang mulai memakan semua organ tubuhnya.

Wonwoo ingat, hanya satu kali dia melihat Haesoo tersenyum dengan manisnya saat di rumah sakitnya itu. Yaitu saat Wonwoo bercerita pada kakaknya untuk yang terakhir kalinya.

Dia sangat ingat jelas momen-momen saat itu. Setelah sekian lama Wonwoo melihat senyum Haesoo lagi bahkan saat itu juga Haesoo terlihat sangat bersemangat mendengarkannya bercerita.

Namun, di sisi lain Wonwoo tidak menyadari jika kakaknya itu tengah menahan sakit yang amat di kepalanya demi melihat dan mendengarkan cerita Wonwoo. Dia ingin setidaknya adiknya itu mengingatnya sebagai orang yang bahagia dalam keadaannya yang tidak baik itu.

Lalu tiga hari setelah Wonwoo bercerita, saat dia ingin menunjukkan sertifikat juara yang didapatnya dari olimpiade matematika...semuanya sudah terlambat.

Bangker tempat kakaknya berbaring telah bersih tanpa penghuni bahkan debu sedikit pun. Yang ditemukannya malah ayahnya yang dengan ketegaran palsu memanggil namanya.

"Wooya..."

Dan bagitulah semua terjadi, Haesoo meninggal tanpa ada dirinya yang menemani di saat-saat terakhirnya. Dia meninggal dengan tenang bahkan orang tuanya bilang dia meninggal dengan senyum di bibirnya.

Marah ? Tentu saja Wonwok marah. Tidak ada satu pun orang yang memberitahu kematian kakaknya itu bahkan orang tuanya sendiri. Itu semua karena pesan terakhir dari Haesoo yang tak ingin Wonwoo berada di saat terakhir nafasnya. Dia ingin pergi tanpa melihat Wonwoo yang harus menangis di sampingnya dengan alasan itu akan terlihat memalukan untuknya. Coba pikirkan siapa orang yang berpikiran seperti itu di saat terakhirnya.

Wonwoo saat itu merutuki segala hal. Dia merutuki kebodohannya yang lebih mementingkan olimpiade daripada kakaknya sendiri. Dia merutuki orang tuanya yang bahkan masih mengikuti keinginan Haesoo di saat semuanya terjadi. Dan tentu saja dia merutuki kakaknya itu, walau tanpa melihat saat terakhirnya juga Wonwoo pasti akan menangis melihat Haesoo yang tak bernyawa lagi di depan matanya.

Jadi, seperti itulah masa lalu kelam yang tak ingin Wonwoo rasakan lagi. Walaupun dia sadar dengan penuh kehilangan itu pasti akan terjadi lagi. Dia hanya berharap perasaan itu tak akan dirasakannya dalam waktu dekat ini.

Wonwoo berjalan menuju halte bus dengan sebuket bunga besar di tangannya. Dilihat dari keadaan sekitarnya, sepertinya Wonwoo harus menunggu sekitar 10 menit lagi di halte bus itu karena bus yang hendak dinaiki baru akan datang pukul 8 nanti.

Tiba-tiba saja seorang laki-laki berperawakan tinggi nan putih ikut duduk disampingnya. Wonwoo tidak menyadari sedikit pun tentang keberadaan laki-laki itu. Dia hanya terfokus pada jam di tangannya berharap 10 menit segera berlalu.

Sedangkan sang lelaki asing itu terlihat jelas dia mengenal Wonwoo. Jika tidak kenapa lelaki itu terus saja memandang wajahnya.

Sampai bus tiba, Wonwoo segera berdiri dan berjalan menuju pintu bus. Namun langkahnya terhenti ketika seorang gadis memanggilnya dari kejauhan.

"Jeon Wonwoo!" Teriak Yeonsoo dari jauh yang membuat Wonwoo mengurungkan niatnya untuk masuk ke bus dan membiarkan orang lain masuk terlebih dahulu.

"Ada apa ?" Tanya Wonwoo ketika Yeonsoo sudah berada di depannya.

"Kau mau pergi kemana dengan Jisoo oppa ?" Pertanyaan Yeonsoo itu membuat Wonwoo bingung sekaligus terkejut.

"Jisoo op...maksudmu Joshua hyung?" Tanya Wonwoo memastikan dan Yeonsoo hanya menganggukan kepalanya sedikit bingung 'kenapa Wonwoo kembali bertanya ? Bukannya mereka tadi bersama ?' pikirnya.

"Dimana dia ?" Yeonsoo tersentak saat Wonwoo memegang kedua bahu Yeonsoo dengan tiba-tiba. Karena tidak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi, Yeonsoo hanya menunjuk bus di belakang Wonwoo.

"Dia masuk ke dalam." Ucapnya.

Tanpa berkata apa-apa Wonwoo segera masuk ke dalam bus dan meninggalkan Yeonsoo dalam kebingungannya.

"Ada apa dengannya ?" Yeonsoo menatap kosong bus yang sudah berjalan itu sampai dia mengingat satu hal. "Tunggu dulu ! Apa aku ditinggalkan ? Yak...Aishh !"

Yeonsoo segera pergi menuju minimarket yang hendak ditujunya dengan perasaan dongkol.

__TBC__

[END] On Bus (SVT Wonwoo)Where stories live. Discover now