~FIRMAN [Dua]

122 9 0
                                    

BAGIAN II
Ada Yang Berbeda

Pagi hari di kantor, saat aku duduk menatap layar Laptop entah apa yang menggerakkan tangan ini untuk membuka folder album foto kita di masa lalu. Aku melihat beberapa foto kita sambil ku ingat kembali saat di dalam foto itu. Ada satu foto yang mengingatkanku saat kita berdua berada di dalam kamar. Saat itu kita baru beberapa Minggu menjadi pasangan suami istri bisa dibilang kita masih pengantin baru. Saat itu perasaanku seperti terlahir kembali dikala bisa begitu dekat denganmu. Walaupun kita menjalin hubungan sebagai pacar bertahun-tahun lamanya namun untuk bisa sekamar dan sedekat ini denganmu belum pernah aku rasakan.

Sambil menatap foto-foto ini dalam hati aku berkata, "Kita pernah merangkai mimpi bersama, saling menyombongkan diri kepada masa depan dan menanti harapan yang seolah pasti. Namun kenyataannya kamu pergi meninggalkanku, kamu curang Hanif katanya mau bersama hingga rambut memutih dan tubuh tak mampu banyak bergerak lagi. Tapi bagiku sempat memilikimu sudah lebih dari cukup bagiku. Aku berjanji takkan bersedih lagi karena aku tahu kamu disana pasti melihatku dikala aku bersedih karena mu. Tenanglah disana sampai kita akan bertemu lagi dan tersenyum bahagia bersama. Love you"

Tanpa ku sadari beberapa teman melihatku tersenyum menatap laptop sambil memberi ciuman jauh kepada foto Hanifa. Ketika aku tersadar semua masih menatapku. Mungkin mereka ikut merasa sedih tapi mungkin juga ingin tertawa. Aku yakin salah satu dari mereka berkata "Ingin ngakak tapi takut dosaa"

Salah satu dari teman ada yang menghampiriku dengan memberi semangat serta kata bijak. Katanya kenangan itu memang tak terlupakan namun bukan berarti kita harus terpuruk dalam kesedihan, baiknya doakan dia sebagai rasa cinta tulus kepadanya. Ingin rasanya ku memeluk teman pria berbadan besar ini. Aku senang karena di tempat kerja bisa mempunyai banyak teman yang baik. Bahkan atasanku mengizinkan Nana datang kesini kapanpun katanya. Mereka semua suka sama Nana, dari kecil Nana sering aku bawa ke kantor dan semua teman disini mau dan siap menjaga serta bermain dengan Nana.

Tak lama setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan di kantor aku melihat jam dan sepertinya sudah saatnya aku menjemput Nana di sekolah. Aku pun menuju ke sekolah Nana namun di tengah perjalanan terjadi kemacetan yang lumayan panjang hal itu membuatku terlambat sampai ke sekolah. Semoga saja Nana tidak kemana-mana tapi aku yakin Nana anak yang pintar pasti dia sedang menungguku di sana.

Pukul 11:00 aku tiba di sekolah Nana. Tampaknya di dalam sangat ramai karena ini adalah jam pulang anak sekolah belum lagi para orang tua yang menjemput anaknya ikut masuk ke dalam sekolah. Aku mulai sedikit panik karena sejauh mata memandang aku tak menemukan Nana. Setiap anak yang ku lihat semuanya hampir mirip dengan ukuran tubuh yang mungil. Telah ku cari ke kiri dan ke kanan namun tak juga ku temukan putriku. Tak lama kemudian ketika aku ingin melangkah lebih jauh tiba-tiba aku melihat Nana dari arah samping berlari menghampiriku. Aku pun juga melangkahkan kaki menghamiprinya  memeluk dan menggendongnya. Setelah itu kami menuju ke mobil kemudian menuju ke rumah.

Dalam perjalanan pulang aku dan Nana merasa lapar kami pun berencana untuk singgah makan di sebuah warung yang tak jauh dari rumah. Kami memang sering makan di luar jika mertua atau orang tua ku tidak berada di rumah karena biasanya mereka yang membawa atau membuat makanan di rumah. Terkadang aku kasihan dengan Nana yang tak pernah bisa merasakan masakan Ibu nya padahal masakan Hanifa sangat lezat tiada tandingan.

Siang ini aku memilih makan di warung tempatku dulu sering makan bersama Hanifa. Entah mengapa akhir-akhir ini aku selalu ingin membawa Nana ke tempat di mana dulunya aku dan Hanifa sering kunjungi.

Kami tiba di warung. Sementara aku memesan makanan Nana sudah berlari menuju sebuah meja untuk mengambil tempat. Sambil memilih makanan sesekali pandanganku mengawasi Nana. Aku melihat dia sedang berbicara dengan seorang wanita yang lagi sendiri di sebuah meja. Seperti biasa Nana sangat cepat akrab dengan seseorang yang dia senangi dan tak henti-hentinya dia selalu bertanya untuk mencari tahu tentang orang yang ada di hadapannya. Sangat mirip dengan Ibunya yang selalu ingin tahu.

Setelah makanan siap aku membawa ke meja tersebut.

"Kok kamu cantik banget sih dek.. Ibu kamu pasti juga cantik?" Kata wanita itu kepada Nana.

Aku yang mendengar membalas kata si wanita itu.

"Iyaa Ibunya cantik namun juga cerewet penuh tanya sangat mirip dengannya" Jawabku.

Sambil memperkenalkan dirinya ternyata wanita yang bernama Fina ini juga sama cerewetnya dan juga penuh tanya. Untung saja aku sudah terbiasa dengan wanita yang banyak tanya.

Fina bertanya tentang Ibunya Nana maka aku menjawab dan menceritakan padanya. Ketika aku berbicara dengan Fina aku merasa seperti merasakan sedang berbicara dengan Hanifa mungkin karena karakter dan gaya mereka hampir mirip. Aku sedikit membatasi diri saat bercerita dengan Fina, aku hanya tersenyum sedikit bercanda saat itu.

Tak lama setelah kami selesai makan kami pun melanjutkan perjalanan. Entah mengapa aku senang dengan anak yang bernama Fina ini. Sambil membayar makanan aku juga membayarkan makanannya Fina. Aku tahu rasanya jadi mahasiswa apalagi kalau di traktir pasti kita sangat senang. Aku mentraktir Fina bukan berarti ada maksud apa-apa anggap saja ini hanya perkenalan awal siapa tahu besok-besok aku ada butuh dengannya atau mungkin saja kita keluarga, yah mungkin saja.

Aku dan Nana berjalan menuju parkiran mobil dan kami pun kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Di tengah perjalanan dari arah seberang jalan aku melihat seorang wanita yang sedang berjalan dan benar itu adalah gadis yang tadi itu adalah Fina.

"Ayah itu kan kakak yang tadi? Kita antar saja dia" Tanya Nana sambil menunjuk Fina.

Tanpa ragu aku setuju-setuju saja untuk mengantarnya. Lagian dia juga anaknya baik dan akrab dengan Nana.
Ku hentikan laju mobil dan mencoba menunggunya.

"Nana panggil kakaknya nak" Kataku ke Nana.

Sambil membuka kaca mobil Nana mengeluarkan kepalanya dan melambaikan tangan ke arah Fina. Tampaknya Fina mengerti dan melihat Nana hingga dia berlari menghampiri dan memegang tangan Nana. Tanpa banyak kata aku mengajaknya untuk ikut bersama kami. Awalnya Fina menolak karena merasa tidak enak dan dia pikir kita berbeda arah namun pada kenyataannya tujuan kita sama bahkan jarak tempat tinggal kami dan tempat tujuan Fina hanya berjarak beberapa bangunan saja.

Pada pukul 12:37 tepatnya di rumah. Seharian ini aku merasakan suasana yang beda dari biasanya. Aku merasa rindu namun juga merasa senang entah rasa senang ini karena apa. Perasaan seolah lepas dari kesedihan mendalam namun tetap merindukan seseorang yang takkan pernah lagi bisa ku temui.

Hari ini membuatku sedikit lelah. Untung saja hari ini aku diberi izin masuk kantor hanya setengah hari sungguh hidupku sempurna untuk hari ini. Kucoba rebahkan tubuhku di atas kasur yang terletak di depan tv. Ku tatap ke arah kamar Nana sepertinya dia juga sedang berbaring dan tak lama lagi pasti dia tertidur. Sore ini aku akan ke rumah Ibunya Hanifa bersama Nana untuk itu aku harus memanfaatkan waktuku karena sungguh aku merasa sangat mengantuk. Tak lama kemudian akhirnya aku tertidur.

1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang