Bag. 16 - Jika Istriku Mangizinkan

4.3K 102 0
                                    

PLEASE TINGGALKAN JEJAK VOTE & KOMEN YA

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

PLEASE TINGGALKAN JEJAK VOTE & KOMEN YA. TQ
*
SELAMAT MEMBACA
👇

Malamnya, sebelum tidur Dhia menanyakan apa yang menjadi ganjalan dihatinya. Ardi kemudian meneceritakan bagaimana kehidupan pernikahan yang dijalani Fadil. Ardi juga sudah tahu sejak lama kalau Resti menyukai Fadil. Tapi sebagai orang yang begitu penurut, Resti mampu menyembunyikan perasaannya dengan baik. Karena Resti tak mau merusak persahabatannya dengan Fadil. Dhia mengangguk paham. Kini semuanya jelas. Ia mengerti bagaimana perasaan Resti hingga sanggup memutuskan ingin menjadi yang kedua.

***

Dua bulan sejak Resti mengungkapkan keinginannya pada Ardi. Namun tak ada kemajuan, keputusan apa yang diambil oleh Ardi. Resti belum sanggup bertanya lagi pada Masnya. Dia tahu, Masnya akan membicarakan hal itu ketika sudah ada keputusan darinya.

Sementara itu, Fadil masih tinggal di rumah Ardi. Sebenarnya ia merasa tak enak juga menumpang berbulan-bulan begitu. Berkali-kali Fadil izin untuk pindah, karena ada rumah yang siap dihuni untuk beberapa pekerja proyeknya, yang juga bisa ia tempati. Namun berkali-kali juga Ardi menolaknya. Berkali-kali Ardi memohon agar Fadil tetap tinggal bersama mereka. Dan selama itu juga, Fadil tak pernah pulang ke Palembang. Ia benar-benar menenggelamkan diri pada kesibukkannya. Begitupun Ara, ia merasa biasa saja tanpa kehadiran Fadil disisinya. Hanya Resti yang begitu keras menahan perasaannya terhadap Fadil. Meski serumah, mereka jarang sekali bertemu. Paling-paling saat makan pagi dan malam. Karena siangnya Fadil jarang dirumah.

***

"Gimana kabar hubunganmu dengan istrimu Dil?" Ardi memulai percakapan dengan Fadil. Mereka baru saja usai sholat berjamaah di mushola. Fadil menerawang. Wajah Ara terbayang dimatanya.

"Tak ada kemajuan Di. Mungkin aku harus bersabar lebih lama lagi." Jawab Fadil sedih.

"Dil, kita duduk disana dulu ya," Ardi menunjuk ke pondok kecil ditepi jalan. Pondok itu menghadap ke hamparan sawah, "Ada yang ingin kubicarakan. Tapi tak enak kalau dirumah." Fadil mengerutkan dahi, ia penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan Ardi. Ia mengangguk mengiyakan ajakan Ardi.

"Sebelumnya maaf kalau kesannya tak sopan. Tapi mungkin ini bisa menjadi solusi permasalahanmu. Mungkin akan rumit, tapi apa salahnya dicoba." Fadil makin serius mendengarkan perkataan Ardi.

"Maukah kamu menikah dengan Resti?" Fadil terbelalak. Ia sangat tak yakin dengan pendengarannya sendiri.

"Resti sudah tahu apa yang terjadi dalam pernikahanmu. Dua bulan lalu Resti memintaku menyampaikan keinginannya ini. Ia siap menjadi yang kedua untukmu." Kali ini Fadil benar-benar kehabisan kata-kata. Apa yang diutarakan Ardi seperti petir disiang hari. Bagaimana mungkin ia akan mendua? Sementara dalam hatinya hanya ada Adara seorang.

"Aku tidak memintamu menjawab sekarang Dil. Pikirkan dulu matang-matang. Dan kuharap kau tetap bersikap seperti biasanya pada Resti. Sejak dia SMA dia sangat menyukaimu. Ayolah kita pulang." Fadil masih mencerna seluruh perkataan Ardi, ketika Ardi memanggilnya lagi. Ardi sudah agak jauh dari pondok itu. Berusaha menyatukan fokusnya lagi, fadil hampir terjatuh saat tak sengaja menendang kerikil didepannya.

Cinta Adara (COMPLETED & FREE di KBM App)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin