Bag. 1 - Perjodohan

13.2K 252 1
                                    

Hai reader's 😊 selamat membaca ya. Mohon maaf banyak typo. Semoga kalian suka. Jangan lupa VoMennya buat penyemangatku 😉

Start from 5 Maret 2018

---

Ara mengusap ujung matanya yang berair. Menarik nafas dalam dan menghembuskan pelan. Melegakan gundah yang tiba-tiba hadir sore itu. Ara tak pernah ingin jatuh cinta. Tetapi rasa itu datang tiba-tiba. Bahkan tanpa ia sadari, entah kapan tumbuh dan bahkan berakar. Ara menatap langit dari jendela kaca kamarnya. Mulai gelap. Tapi ia masih enggan beranjak dan masih merenungi hidupnya.

Adara Azkadina, gadis cantik berkulit putih dengan pembawaan yang teduh. Kini tengah menjalani pendidikan S2nya. Tidak muda lagi, diusia kepala tiga. Orang tuanya sudah berkali-kali membicarakan tentang pernikahan padanya. Mengingat Ara satu-satunya anak mereka. Sudah pasti mereka begitu khawatir jika sampai Ara terlambat menikah, apalagi sampai tidak menikah. Tapi Ara tak pernah ambil pusing.

"Nantilah Ma, Pa, selesaikan dulu kuliah Ara." Ujarnya sambil tersenyum semanis mungkin, membuat kedua orang tuanya geleng-geleng kepala dan menghempaskan nafas berat.

Namun siang tadi, Ara tak dapat berkelit lagi. Papa tiba-tiba memanggil untuk membicarakan suatu hal. Ara mencoba menerka hal apakah yang hendak dibicarakan Papa. Apa ini tentang pernikahan lagi? Oh tidak. Aku harus bagaimana jika Papa benar ingin membicarakan mengenai itu lagi? Ara menepis pikirannya. Ah, aku bisa bilang seperti biasa. Kuliahku belum selesai Pa. Ara tersenyum tipis. Rasa gugup tetap saja mendominasi.

Papa Ara telah menunggu di ruang tengah. Melihat kedatangan Ara, ia meraih remot TV dan menekan tombol off. Ruangan menjadi sunyi. Ara menarik nafas gugup.

"Ada apa Pa?" Tanyanya kemudian.

"Ara, kemarin kau tahu kan Paman Rustam mengunjungi kita?" Ara mengangguk mengiyakan. Paman Rustam adalah sahabat lama papa. Mereka juga terlihat begitu akrab saat bertemu kemarin. Ara hanya sempat menyapanya sebentar, karena kebetulan kemarin ia harus ke kampus mengurus tesisnya.

"Paman Rustam bermaksud untuk menjodohkan putranya denganmu." Ara terperanjat. Wajahnya seketika memucat. Mama yang duduk disamping Ara mengusap punggung tangan Ara, menenangkan putrinya yang pasti merasa terkejut dengan kabar itu.

"Tapi Pa, tesis Ara belum selesai." Papa menggeleng.

"Cukup Ara. Tesis bukan alasan untuk terus menunda pernikahan. Setelah menikah pun kau tetap bisa menyelasikan tesismu." Ara tertunduk lesu. Ingin rasanya ia menumpahkan semua air matanya. Tetapi ia tahu, itu tak akan merubah keadaan.

"Ara, kau anak kami satu-satunya. Betapa kami ingin melihatmu bahagia. Umurmu sudah matang untuk berumahtangga. Papa bahkan sudah membayangkan menimang cucu." Lanjut papa. Ara makin tersudut. Ia memahami betul apa yang dirasakan orang tuanya. Kekhawatiran mereka sangat masuk akal. Tetapi ia tak dapat menepis perasaan aneh yang selalu menghantuinya ketika memikirkan pernikahan. Apakah ia dapat mencintai suaminya nanti? Sementara sejak lama, hatinya telah terlanjur terisi penuh oleh lelaki lain, teman masa kecil sekaligus tetangganya. Adhyastha Prhadika. Ara menarik nafas dalam.

"Pa, Ara belum siap." Ujarnya lirih. Papa menatap Ara lekat. Ara menatap lantai. Tangannya memilin satu sama lain. Tubuhnya bergetar halus. Sungguh, air mata itu sedikit lagi akan menetes.

"Kau tidak akan pernah siap jika kau tidak mau, Ara. Untuk kali ini, Papa hanya ingin kau mencobanya. Papa ingin kalian saling mengenal dulu." Akhirnya Ara mengangguk kecil. Papa benar-benar serius. Tak mungkin bagi Ara menentang keinginan papa. Ara begitu menyayangi orang tuanya. Ia tak ingin mengecewakan mereka, apalagi jika sampai menyakiti. Tapi, apakah ia harus mengorbankan perasaannya dan menjalani kehidupan yang tak tahu akan seperti apa nantinya? Ia bahkan tak mampu memikirkan orang lain selain Dika. Ah, mengapa aku harus jatuh cinta? Ternyata perasaan ini sangat menyiksa. Ucap Ara pada dirinya sendiri.


Cinta Adara (COMPLETED & FREE di KBM App)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें