"Ma-mama," Ana menunduk dalam.

"Kenapa ma?"

Ana mendongak, ia tersenyum lantas mengangguk pelan.

"Mama akan ceraikan Doni demi kamu."

Tuhan telah menjawab doa Athur di setiap malam. Tuhan telah memberi gerbang baru dalam kehidupan Athur. Tuhan telah mengembalikan kehangatan hubungan keluarga Danendra.

Athur masih menatap tak percaya. Perlahan mata Athur berair. Bibirnya bahkan gemetar untuk memastikan.

"Mama yakin?" tanyanya dengan suara parau.

Ana mengangguk.

Detik itu pula Athur melayangkan pelukan. Pelukan penuh rasa rindu, pelukan penuh rasa pengaduan, pelukan penuh rasa bahagia.

"Heh Ana! Apa yang kamu bilang?"

Doni mencoba menarik tangan Ana namun langsung ditampis Athur. Cowok itu tidak akan membiarkan Doni menyentuh Ana lagi.

"Ini keputusan aku mas. Kamu udah terlalu banyak menyiksa aku."

"Tapi kamu cinta sama aku kan?"

Ana menyeka air matanya kemudian ia menggenggam tangan Athur.

"Aku sadar rasa cinta aku ke kamu itu buta. Cinta mu buat aku buta mana yang baik dan mana yang buruk," jelas Ana lagi.

Athur hanya menatap Ana dalam diam. Ana telah kembali.

"ANA! LO GAK BISA CERAIKAN GUE!"

"Anda gak usah teriak-teriak di rumah keluarga Danendra!" bentak Athur menunjuk tepat ke arah wajah Doni yang merah padam.

"Gak usah ikut campur!"

"Tapi saya berhak ikut campur."

Suara lain menyelinap begitu saja membuat mereka menoleh. Perempuan paruh baya dengan dua bodyguard di belakangnya menatap marah.

"Oma?"

"Kelakuan kamu begitu tidak manusiawi Doni. Saya kira semua ucapan Athur adalah bohong karena Ana selalu membela kamu tapi ternyata saya salah."

"Ibu Sinta ini tidak seperti yang terlihat say-"

"Cukup!" potong Sinta.

Sinta memegang tangan putrinya.

"Keputusan kamu untuk menceraikan dia adalah benar," jeda Sinta menghela napas. "Bawa Doni pergi jebloskan dia ke penjara dengan kasus KDRT."

Dia bodyguard Sinta mengangguk patuh.

"Baik nyonya besar."

Mereka menggeladang Doni yang terus memberontak.

"Ana tolong maafkan saya Ana. Berikan saya kesempatan kedua Ana. Ana saya mohon."

Remuk hati Ana, dia yang dicintai setelah Danendra telah pergi. Ralat, bukan dia yang pergi namun Ana yang memilih pergi. Perempuan itu memeluk Sinta erat meluapkan segala kehancuran.

"Kamu harus kuat Ana."

"Ana gak yakin bu."

Athur menyeka air matanya. Dia merengkuh dua wanita dalam pelukannya. Erat, bahkan begitu erat.

"Mama pasti kuat. Athur di sini sama mama."

Malam ini akan menjadi gerbang kehidupan baru bagi keluarga Danendra. Semua terjadi begitu saja bak air yang mengalir dan kini telah sampai di laut. Kekuatan Athur kembali ia yakin dia yang ditunggu pasti akan segera datang dan tak pergi lagi.

PERFECT BAD COUPLE (TERBIT) Where stories live. Discover now