BAB 32

299K 18.7K 857
                                    

"Membuat masalah dengan mu sudah seperti hobi, bahkan makanan sehari-hari."

"Mi-Mi-Milla kak."

Hampir semua geng Lauren bersama dengan siswi lainnya menunjuk ke arah Milla. Pandangan mereka mengintimidasi dan menyalahkan.

Milla tersudut, ia merasa difitnah.

Tau siapa dalang dari semua ini Athur langsung bergerak. Langkah tegap dengan tatapan membunuh. Tatapan itu seolah tidak ingin membiarkan orang bernapas sejenak. Kelas yang sebenarnya luas terasa sesak.

Melihat Athur semakin mendekat entah mengapa kali ini nyali Milla sedikit terusik. Sungguh Milla baru menyadari jika tatapan cowok itu memang tajam.

Kini Athur sudah berada tepat sekilan di depan Milla.

"Maksud lo apa?" tanyanya ringan, santai namun penuh unsur kemarahan.

Tenggorokan terasa mengering. Tanpa sadar ia sedikit celingak celinguk menghindari tatapan Athur yang menurutnya menakutkan. Memang.

"Apa untungnya lo?"

Sekuat tenaga Milla mengumpulkan keberanian yang meski sudah lima puluh persen hilang terbawa angin. Ia melipat tangan di bawah dada. Tatapan terangkat menantang. Dagu di angkat tinggi-tinggi.

"Gue gak suruh si Lauren tempeleng lo pakek sapu. Jadi kalo lo minta tanggung jawab ya sama si Lauren sana," jawab Milla tenang.

Namanya disebut membuat Lauren turun dari kursi yang menjadi tempat penerbangan sapu. Cewek itu keringat dingin.

"Tapi ini ide lo?" tukas Athur lagi.

"Ya-ya emang. Tapi mana gue tau kalo mereka bakal bener-bener lakuin itu," tutur Milla membela diri.

Jika dipikir ucapan Milla memang benar. Toh dia hanya mengatakan.

Tempeleng aja tepat di jadatnya.

Sekilas mata Milla melihat dahi Athur berdarah. Sedikit merasa bersalah menghinggap. Sempat luruh melihat kondisi Athur. Namun saat kembali mengingat kesongongan cowok itu Milla langsung muak. Ia malah bersyukur sudah memberi ide gila itu.

"Gue gak mau tau lo harus tanggung jawab!"

"Ha?! Tanggung jawab?" ulangnya tidak suka.

"Ogah banget! Buang-buang TENAGA dan WAKTU!" terus Milla bernada tinggi.

Setelah mengatakan hal itu Milla memilih duduk dan meneruskan permainan di ponsel.

Cewek ini bener-bener bebal! – batin Athur mengumpat kesal.

"Noh minta tanggungjawab sama Lauren," celetuknya santai dengan mata tetap fokus pada layar ponsel.

Sungguh, Athur merasa harga dirinya udah diinjak-injak. Kharima kasar, tegas dan bruntalnya mendadak hilang. Tatapan Athur masih tidak sedikitpun beralih. Ia ingin memojokkan Milla melalui tatapannya. Athur bisa mengatakan cara ini berhasil, pasalnya Milla merasa tidak nyaman dalam tatapan Athur.

Brak!

Gebrakan meja mengangetkan siapapun yang ada di kelas. Milla berdiri kembali menantang.

"Lo ngapain lihatin gue kayak gitu?! Gue GAK SUKA!"

Athur diam tidak berkomnetar. Ia ingin tau apa yang Milla katakana setelah ini.

"Maih gak jelas gue ngomong apa? GUE GAK SUKA LO NATAP GUE!"

Hening. Sampai sekarang Athur masih diam. Cowok itu masih dengan posisi sama. Milla tersenyum remeh. Alisnya naik sebelah.

"Masih mau minta tanggungjawab gue? Sori gak punya waktu tuh."

PERFECT BAD COUPLE (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang