BAB 28

317K 19.5K 1.2K
                                    

"Setidaknya waktu masih mendukung."


Setibanya Athur di pekarangan suatu rumah sakit ia segera turun dan berlari dengan rasa cemas yang sudah membeludak. Pikiran Athur tidak terkendali setelah pesan itu ia dapatkan. Pesan yang sampai-sampai membuat Athur tega menurunkan Milla di tengah jalan.

"Gimana keadaan Hani?" tanyanya panik pada sosok wanita paruh baya di depannya. Wanita dengan kerudung hitam ia sedikit mengulas senyum meski jelas ia baru menangis.

"Dia udah mendingan. Tante takut banget lihat Hani," ucapnya tidak dapat menahan tangis. Athur semakin panik. Jangan sampai bayangan mengerikan di otak Athur menjadi kenyataan.

"Dia di mana?"

Emi menunjuk salah satu ruangan yang tak jauh dari posisinya. Tanpa pikir panjang Athur berlari memasuki ruangan itu. Pintu terbuka dengan cepat. Mata kembali menemukan sosok perempuan yang tergeletak lemas di tas kasur dengan wajah pucat dan lebam. Langkah Athur melemas. Kakinya kelu mendekati ranjang itu.

Tangan Athur memegang tangan dingin Hani.

"Han." Tatapan begitu dalam. "Gue gak mau terus-terusan lihat lo kayak gini."

Tanpa Athur adari matanya mulai berair.

"Kapan lo pulang Han?"

"Lo masih betah jauh dari gue?"

Entah sampai kapan Athur berharap Hani dapat menjawab semua pertanyaan itu.

"Gue harap saat gue ke sini lo bisa jawab pertanyaan gue."

Athur memang kuat namun saat ia dihadapkan dengan kondisi Hani semua kekuatannya akan runtuh begitu saja. Sudah hampir lebih dari satu tahun Hani berada di rumah sakit ini. Meninggalkan Athur sendiri. Dunia Athur semakin kacau saat Hani berada dalam kondisi ini. Dan sampai saat ini Athur masih berharap Hani akan kembali seperti dulu.

"Han. Gue sayang banget sama lo."

***

Derum motor khas geng Tiger menepi tepat di depan gerbang SMA Tunas Bangsa.

"Nih bekal buat lo," ucap seorang cowok menyodorkan tote bag merah jambu. Sedangkan yang diajak bicara hanya menaikkan satu alis.

"Kesambet apa lagi lo?"

Darpati tertawa renyah.

"Kesambet cinta lo," celetuknya membuat Milla reflek menabok lengan Darpati.

"Garing."

Milla menerima tote bag itu hitung-hintung mengirit uang jajan. Toh ia belum mendapat uang jajan untuk minggu ini.

"Thanks ya."

Darpati mengangguk dengan senyuman masih mengembang. Ia menyalakan motor dan kembali menggunakan helm fullface.

"Jangan lupa dimakan. Gue belinya pakek uang gak pakek cinta."

Suara itu sudah menghilang bersama motor Darpati yang juga semakin menjauh. Ada senyuman di bibir Milla setiap ia bersama Darpati. Cowok itu adalah salah satu mood booster terbaik.

Di sisi lain ada yang memperhatikan dari jauh. Seseorang yang entah mengapa merasa risih dengan pemandangan barusan. Seolah ia ingin menghancurkan adegan itu. Ia tidak suka, sudah jelas dari raut wajah Athur saat ini.

"Panas bro?"

Athur diam, matanya masih mengikuti langkah Milla.

"Kenape lo bengong gitu?" celetuk Daniel lagi.

PERFECT BAD COUPLE (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang