BAB 73

242K 16.3K 3.9K
                                    

"Gue berada di titik dimana lo harus ada di sini."

Sang mentari telah menyelinap di balik cakrawala yang sudah menghitam. Rembulan malam ini seolah ingin menemani sepi. Bahkan angin malam terasa lebih dingin menusuk. Cowok yang baru saja mematikan mesin motor miliknya sempat menghela napas panjang. Raganya lelah begitu pula dengan jiwanya. Dia yang masih menutup mata seolah mengambil semua dunia Athur. Langkahnya gontai ia berharap pagi akan segera datang dan ia bisa menemui Milla di rumah sakit.

"Kamu pikir apa yang kamu lakukan benar?"

Athur langsung mendongakkan kepala ketika mendengar suara bentakan Doni.

"Bangsat!" umpatnya frustasi seraya mengacak rambut. Satu masalah belum selesai masalah lain sudah datang.

Athur segera berlari menuju lantai dua, kamar Ana. Emosi sudah meluap, tangan Athur mengepal kuat. Ia tau pasti apa yang dilakukan Doni terhadap Ana. Athur berjanji tidak akan membiarkan Ana sendiri bersama laki-laki bejat itu.

Karena Ana adalah wanita ketiga yang penting dalam hidupnya.

"Berhenti Anda!"

Tentu aja ucapan Athur membuat Doni menoleh. Lelaki dengan jenggot tipis itu tersenyum nanar. Satu kata yang ada di pikiran Athur. Jijik. Tangan Doni menjambak rambut Ana sedangkan tangan satunya memegang botol minuman.

"Lepaskan tangan Anda dari mama saya sekarang!"

Doni menaikkan satu alisnya, meneguk kembali minuman itu lantas mulai melepas jambakan rambut Ana.

"Anak papa sudah pulang?" jedanya memiringkan kepala. "Gimana pacar mu yang sekarat itu? Udah mati?"

Bruk!

Satu pukulan melandas di pelipis Doni membuat lelaki itu seketika ambruk menghantam meja. Mata Athur memerah, tangannya masih mencengkeram kerah baju Doni.

"Anda yang akan mati!" terkam Athur sebelum kembali melayangkan pukulan keras. Ia sudah tidak peduli jika Doni adalah suami dari Ana. Perkelahian membuat Ana terus berteriak menghentikan namun nihil, Athur terlalu kacau dengan emosinya.

"Athur berhenti nak. Tolong Athur!" teriak Ana mencoba menarik Athur agar tidak lagi memukuli Doni yang sudah babak belur.

"Athur berhenti."

Athur menarik kerah Doni kemudian ia menoleh menatap dingin Ana.

"Mama pertahanin laki-laki bejat ini?"

Ana hanya bisa diam dengan terus menitikan air mata.

"Mama seharusnya sadar semua masalah hubungan keluarga ini hancur semenjak parasit ini dateng!"

"Hei siapa yang lo bilang parasit bocah?" bentak Doni tepat di depan muka Athur.

Tidak langsung menjawab, raut wajah Athur berbalik nampak tenang. Ia tersenyum miring.

"Memang pada dasarnya benalu itu gak tau diri!"

Bruk!

Satu tonjokan tepat menampar keras pipi Athur.

"Jaga sikap lo! Saya ini bapak mu!"

"Cuih! Cuma anak malang yang mau memiliki bapak seperti Anda!"

"Cukup!" teriak Ana. "Cukup semua ini! Berhenti!"

Napas Ana memburu, aliran air mata itu semakin deras sejalan dengan tangan yang gemetar. Perlahan Ana mengusap pipi anaknya. Mata Ana menatap lain entah mengapa Athur kembali melihat Ana yang duu. Ana ibunya di masa kecil. Ana yang penuh kasih sayang dan pelindung.

PERFECT BAD COUPLE (TERBIT) Where stories live. Discover now