3.6

340 34 51
                                    

Hubungan kita terlalu sulit untuk dijelaskan, terlalu rumit untuk dijabarkan. Namun terlalu sederhana untuk diceritakan, dan terlalu sayang untuk dilewatkan.

-I N V O L U T E-

Sore hari diiringi oleh angin sepoi-sepoi yang menerpa sejuk, Reynand meminta Ruby untuk melukis dirinya di taman. Namun laki-laki itu sama sekali tidak bisa diam.

"Diem kek, woi!" omel Ruby ketika Reynand yang tidak bisa diam saat dilukis.

Cowok itu sebentar-sebentar mengubah posisi duduknya, kemudian membetulkan model rambutnya atau meniup daun yang berjatuhan.

Ruby mendengkus, sementara Reynand nyengir lebar.

"Gue kan bukan patung, Le. Jadi ya, wajar kalo nggak bisa diem." Reynand berkilah.

Ruby memutar bola matanya malas kemudian menatap Reynand dengan bosan. "Kalo lo nggak mau diem, lukisannya gak bakal jadi-jadi, bego."

Reynand nyengir, lagi. "Ya udah sih, maap."

"Males ah, gue nggak mood, lagi." Ruby meletakkan pensilnya dan bangkit dari duduknya.

"Eh-eh, mau kemana?" tanya Reynand panik.

"Pulang."

"Lah ini alat lukisnya gimana?!"

"Lo yang beresin lah," jawab Ruby santai sembari terus berjalan tanpa mau menoleh ke belakang.

Reynand menatap ke arah Ruby dengan wajah nelangsa. Tapi sayangnya, gadis itu tidak melihatnya.

Reynand menghela nafas pasrah, "untung sayang."

Iya, itu hanya kepingan memori yang telah lalu, sebelum segalanya direnggut sang waktu. Seolah mereka memang tidak diperbolehkan untuk menghabiskan waktu bersama lagi.


🍁


Hari kelulusan itu tiba, semua murid menyambut ya dengan gembira sekaligus lega. Berbeda dengan Ruby yang justru merasa hampa, sebab tidak ada Reynand di sisinya.

Cowok itu tengah mengurus segala keperluan untuk kepindahannya ke Amerika esok lusa. Itu artinya, perpisahan mereka berdua sudah berada di depan mata dan hanya menghitung hari saja.

"Kayaknya kita baru kali ini lagi bisa kumpul paket komplit gini. Eh, minus si Reynand sih ya," ujar Meta.

Semuanya mengangguk setuju. Memang benar, hari ini Ruby, Meta, Venus, Devan, Nadhif, Juno, dan juga Rere ikut berkumpul di satu meja yang sama. Hanya Reynand yang tidak hadir.

"Teruntuk mantan jangan ada yang baper-baperan lagi ya," gurau Meta mencoba mencairkan suasana, semuanya terkekeh kecuali, Rere.

"Kita temen kan ya, By?" Nadhif mengangkat sebelah alisnya, meminta persetujuan.

"Emangnya sejak kapan kita temenan?" ledek Ruby seraya tersenyum miring.

Nadhif mengerucutkan bibirnya, ngambek. "Ah, nggak asik, nggak mau temenan lagi sama Ruby," ujarnya merajuk.

Semuanya tertawa.

Ruby menatap Rere yang tampak termenung dengan kepala tertunduk. Nadhif yang sedang memandang Ruby pun mengikuti arah pandangan gadis itu.

"Lo sakit apa gimana, Re?" tanya Nadhif membuat Rere seketika menjadi pusat perhatian, kepalanya terangkat, sedikit terkejut dengan suara Nadhif.

"Gue?" tanyanya memastikan.

INVOLUTE (New Version)Where stories live. Discover now