2.0

403 85 21
                                    

Mengapa kini aku hanya berdiam diri? sebab, aku sudah lelah berlari usai berjuang sendiri, dan berujung tidak dihargai.

-Involute-

Jika Reynand yang menenangkan hati dan pikirannya dengan bernyanyi, maka Ruby menyalurkannya dengan melukis. Memadukan warna yang seiras dengan goresan pensil yang membentuk sebuah seni sederhana namun tetap indah dipandang mata.

Ruby tersenyum simpul melihat mahakaryanya. Merasa segala kesedihannya tertuangkan melalui sebuah lukisan.

Nadhif yang sedari tadi menopangkan dagunya dengan kedua tangan sebagai tumpuan, lantas ikut tersenyum kala melihat wajah gadisnya tersenyum.

"Keren. Aesthetic." Nadhif berdecak kagum melihat gambar yang terpampang di kanvas yang mulanya hanya lembaran kosong, kini sudah menjadi mahakarya yang mengesankan.

Niatnya, Nadhif hendak meletakkan gelas jus jeruknya ke atas meja, namun hal yang tidak direncanakan terjadi. Isi gelas tersebut tumpah mengenai lukisan Ruby.

Nadhif terperangah.

Ruby tercekat. Sesaat merasa de javu, sebab dulu hal ini pernah terjadi. Bedanya, dulu pelakunya adalah Reynand. Bukan Nadhif.

"Ruby... ma-maaf, ya..." Bahkan, Nadhif tidak berani menatap wajah Ruby.

Ruby tertunduk, napasnya memburu, ia menggigit bibirnya menahan emosi. Ruby mendongak, sementara Nadhif tersentak. Hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum Ruby meledak.

Satu.

Dua.

Tiga.

"NADHIF!!!"

Tuh kan.

Dan perang dunia ketiga pun tak terhindarkan lagi.

🍁

Malam menyapu sang jingga menjadi kelam,  tergantikan sinar rembulan ditemani bintang yang bertebaran menghias sepi.

Papa Ruby—Arkais, menyesap kopinya dengan hikmat, kemudian meletakkannya kembali di meja. Tercenung saat menatap putrinya yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Anak Papa kenapa sih? jangan bilang nggak apa-apa loh ya, itu bukan jawaban." Arka berucap dengan lembut menatap putri sulungnya yang kian hari bertambah dewasa dan bertambah cantik seperti Mamanya.

Ruby merengut, "Emangnya Ruby kenapa?"

"Lho, kok malah balik nanya sih, sayang?" Arka menautkan alisnya bingung. "Ah iya, Reynand kemana tuh? kok udah beberapa hari ini Papa nggak pernah liat dia ke rumah?"

Ruby menghela nafasnya berat, "Mana aku tau Pa, mungkin dia lagi sibuk." Sama gebetannya, lanjut Ruby dalam hati.

"Lagi ada masalah ya?" Arka menebak.

"Ih, nggak." Ruby menyahut cepat.

Arka terkekeh menatap putrinya. Arka sudah memprediksi hal ini akan terjadi. Perasaan yang diam-diam tumbuh di antara persahabatan Reynand dan Ruby sudah tak terhindarkan lagi.

INVOLUTE (New Version)Where stories live. Discover now