3.3

328 40 42
                                    

Tak perlu banyak kata, semuanya sudah jelas hanya melalui tatapan mata.

-Mansy Azalea Ruby-

Matanya menatap hampa pada pelataran rumahnya sendiri. Mengingat-ingat kembali bahwa begitu banyak memori yang telah ia lalui.

Iris coklat itu tampak sendu, Ruby menyesap susu kotak vanillanya hingga habis tanpa sisa. Kemudian melempar kotak kosong itu ke sembarang arah.

Pluk.

“Aduh!”

Reynand yang baru saja datang dan hendak duduk di samping Ruby harus terhalang oleh timpukan kotak susu yang melayang indah di kepalanya.

Reynand mendengkus dan mengusap-usap kepalanya yang menjadi korban. Gadis itu hanya meringis tanpa dosa saat tahu Reynand terkena tindakan semena-menanya.

“Buang sampah tuh jangan sembarangan, Lea!” omel Reynand, kemudian melompat duduk ke samping Ruby.

Ruby hanya menggedikkan bahunya tidak peduli.

“Udah salah, nggak mau minta maaf lagi,” tukas Reynand sarkastik. Tapi sayangnya gadis itu lebih memilih tak menghiraukan.

Sebal. Reynand berdecak dan menarik rambut Ruby yang tengah di kuncir satu dengan geregetan hingga membuat kepala Ruby terhuyung ke belakang dan hampir saja terjengkang.

Reynand tertawa puas, Ruby berteriak lebay dan langsung menoyor kepala Reynand kuat-kuat. Belum cukup puas, gadis itu mencubit lengan Reynand dengan cubitan kecil yang amat sangat menyakitkan.

Reynand kembali dibuat mengaduh kesakitan.

“Aduh, ampun dah ampun.” Baru kali ini Reynand merengek-rengek lagi kepada Ruby.

Masih dengan aksinya, Ruby tersenyum miring. “Beliin gue susu vanilla dulu.”

“Lo memanfaatkan keadaan emang ya?!”

Ruby kembali melakukan aksinya mencubiti lengan Reynand. “Mau beliin apa nggak?!” tanyanya galak.

Reynand menghela napas, lantas mengangguk pasrah. “Iya siap kanjeng ratu!”

“Ah, males nggak ikhlas.”

“Ikhlas lahir batin gue, Le.”

Ruby tersenyum puas dan menghentikan aksinya. Kini gadis itu mengusap-usap bagian yang sudah ia cubiti berkali-kali. “Sakit nggak?”

“Aduh sakit banget, Le...” rengek Reynand berlebihan.

Ruby mendengkus, pikirannya kembali mengawang. Reynand yang menyadari hal itu lantas tersenyum sendu. Ruby pasti kembali memikirkan kepergiannya.

“Nggak usah terlalu dipikirin, Le.”

Ruby tersenyum tipis. “Ayo kita perbanyak kenangan lagi, Rey.”

***


“Ruby kenapa?” Devan berceletuk saat menyadari Ruby tengah melamun di saat yang lainnya sedang berceloteh ria.

INVOLUTE (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang