"Aku hanya ingin menjadi lebih dekat denganmu." Min Hee menghentikan gerak tangannya tepat dimana hati Won Woo berada.

"Kau sedang menggodaku agar bisa kabur dari sini, kan?" Won Woo menyimpulkan kecurigaannya. Ia meraih tangan Min Hee agar berhenti menggerayami tubuhnya seenaknya, tapi gadis itu mengaduh seketika.

Won Woo spontan mengendurkan genggamannya, lalu menyingkap pergelangan baju Min Hee dengan pelan untuk mencari tahu apa yang ada di sana - sebuah luka, tentu saja, apalagi memangnya.

Won Woo merasakan sebuah hantaman perasaan bersalah karena telah melukai gadis itu. Rasanya ia ingin mengulang waktu dan tidak pernah membawa Min Hee ke dalam ruangan tak berpenghuni itu.

Won Woo menyisir rambut Min Hee dengan jemarinya, mengganti kata maaf dengan memberi belaian halus pada gadis di depannya itu. Pandangan mereka terkunci satu sama lain selama beberapa saat yang senyap.

"Aku... aku suka matamu." Ini kali kedua bagi Won Woo memuji kecantikan mata Min Hee. Harus ia akui, mata gadis itulah yang membuatnya goyah pada keadaan.

Iris mata Min Hee membesar dan semakin berbinar setelah mendengar hal itu, seperti ada bintang yang jatuh di kedua maniknya.

"Aku tahu kau memperhatikanku lebih dari seorang pengintai," ucap Min Hee. Ia merasa bahwa dirinya dan laki-laki itu sama-sama punya perasaan lebih dari sekedar penculik dan tawanannya. Tapi yang jelas, bukan pula seorang pembunuh dan korbannya.

"Jika aku boleh tahu, hiburan apa yang kau tawarkan padaku?" tanya Won Woo mengungkit kembali perkataan Min Hee yang bilang akan menghiburnya.

Min Hee meraih salah satu tangan Won Woo dan menempelkannya di pipinya, kemudian menutup kedua matanya dengan damai seolah sedang tidur. Ia membuka matanya lagi dan mengecup telapak tangan Won Woo sekilas.

Hal itu membuat tubuh Won Woo kembali menegang di tempatnya.

"Aku sudah berhenti berharap untuk pergi dari tempat ini, meninggalkanmu. Sejak aku menyadari bahwa aku benar-benar membutuhkanmu di sisiku," ucap Min Hee.

Tak sengaja Min Hee teringat kembali pengalaman pahitnya saat mencoba kabur dari tempat itu. Ia gemetar ketakutan bahkan hanya dengan membayangkannya saja, dan ia tidak mau hal itu terulang lagi dalam hidupnya.

"Aku tidak ingin membuatmu marah dan kecewa lagi." Min Hee melanjutkan ucapannya dengan sendu.

Won Woo menatap Min Hee dengan dalam, masih ada keraguan yang membuatnya tidak bisa mempercayai ucapan Min Hee. Ia sudah banyak bertemu dengan orang, dan tidak pernah ada satu pun dari mereka yang pernah berkata tulus padanya.

"Bagaimana caraku membuatmu percaya?" tanya Min Hee sedih.

Won Woo juga tidak tahu hal apa yang bisa membuat kewaspadaannya luluh menjadi sebuah kepercayaan. Walaupun nalurinya terus berkata bahwa Min Hee sedang jujur padanya, ia tetap tidak bisa... Min Hee tiba-tiba menciumnya.

"Apa kau sudah percaya?" tanya Min Hee sambil memiringkan wajahnya, ia menambahkan senyum manis di akhir pertanyaannya.

Pertahanan Won Woo ambyar seketika. Bagian tengah pahanya berdenyut tak karuan. Berahinya terpanggil dan ia langsung menerjang Min Hee seperti seorang predator.

"Aku bukan laki-laki yang sopan, Min Hee," ucap Won Woo dengan suara basnya.

Min Hee yang awalnya kaget karena Won Woo menindih tubuhnya tiba-tiba langsung tersenyum lagi. "Aku tahu. Kau bahkan tidak mau membagi namamu padaku."

"Kau... kau tidak seharusnya menggangguku," kata Won Woo yang tidak mengindahkan kalimat Min Hee sebelumnya.

Won Woo mencium bibir Min Hee dengan panas. Ia melumat permukaan bibir itu dan membasahinya dengan salivanya. Untuk beberapa saat ia tetap memainkan pola yang sama.

SYNDROME ||Jeon Won Woo|| ✔Where stories live. Discover now