Part 12

3.3K 374 11
                                    

#Hari keempat penculikan Min Hee.

Won Woo melepaskan ikatan di tangan Min Hee, kemudian menyerahkan sebungkus roti dan sebotol air mineral pada gadis itu. Tangan mereka tak sengaja bersentuhan, karenanya Won Woo bisa merasakan tangan Min Hee yang sedingin batu es.

Tanpa kata, Won Woo kembali menyiramkan bensin ke drum kecil di dekat mereka. Api pun berkobar lebih besar, lebih menghangatkan. Ia melirik tawanannya yang sedang mengunyah roti, tampak semakin baik dibanding sebelum-sebelumnya.

"Er, aku ingin tahu namamu," ujar Min Hee tiba-tiba.

Won Woo tidak menggubrisnya. Apalagi perhatiannya sedang teralihkan dengan kejadian kemarin, tentang kedatangan polisi yang tidak terduga.

Ternyata orang tua Min Hee lebih memilih melapor polisi ketimbang menebus anak perempuan mereka satu-satunya.

Di lain hal, sampai sekarang ia belum memutuskan tindakan apa yang akan dilakukannya terhadap Min Hee setelah terlibatnya pihak polisi. Sekarang sudah tidak ada arti lagi jika ia melanjutkan penyiksaan terhadap Min Hee, bahkan melanjutkan ide penculikan ini akan terlalu beresiko untuknya. Tapi setidaknya ia harus melakukan sesuatu, apapun itu.

"Aku Cha Min Hee," kata Min Hee terdengar ramah, tidak tahu apa yang membuatnya begitu.

"Aku sudah tahu." Won Woo menimpali agak malas. "Aku sudah mengawasimu selama satu minggu terakhir."

Min Hee terdiam agak lama, lalu sebuah ingatan muncul dalam benaknya. "Kau laki-laki di dalam bus waktu itu, kan?" Min Hee tersenyum senang.

"Kenapa kau terlihat senang begitu, hah?" tanya Won Woo sudah heran setengah mati dengan perubahan drastis yang terjadi pada sanderanya.

Min Hee menghela napas berat sebelum menjawab. "Di tempat ini aku tidak bisa membedakan antara siang dan malam. Saat aku menunggumu tadi, kupikir aku menunggu di waktu yang salah. Selain itu, tempat ini sangat dingin dan sepi. Aku takut ditinggal sendiri. Jadi aku senang saat kau datang."

"Bersamaku bukan ide yang bagus," ucap Won Woo dingin.

"Bersamamu aku merasa aman." Min Hee menyanggah dengan halus. "Kau melepaskan ikatanku. Kau juga memberiku makan dan minum. Dan kau yang menemaniku di sini."

Won Woo kehilangan kata-kata. Rasanya semakin aneh mendengar pendapat Min Hee tentang dirinya yang terkesan menjadi seorang penyelamat dalam kasus ini. Padahal yang sebenarnya terjadi, ia justru telah berlaku jahat pada gadis itu.

"Aku benar-benar ingin tahu namamu." Min Hee mengisi kekosongan dialog yang sempat terjeda karena Won Woo diam saja.

"Aku harus pergi. Cepat habiskan makananmu!" titah Won Woo sama sekali tidak mengindahkan penuturan Min Hee barusan. Masalah nama, Won Woo memang tidak berniat untuk memberi tahu.

Setelah mendengarnya, Min Hee langsung mengacuhkan rotinya. Tapi bukan karena sudah kenyang atau tidak menyukai rasa rotinya, ada alasan lain jika dilihat dari sorotan matanya yang pilu.

"Kenapa tidak kau makan lagi rotinya?" Suara Won Woo meninggi, akibatnya ada gema kecil yang mengikuti.

Min Hee menatap wajah Won Woo dengan sendu. "Aku tidak mau kau pergi."

Won Woo membelalak. "Demi Tuhan! Hentikan sandiwaramu sekarang juga!" teriaknya.

Amarah Won Woo kembali membangunkan trauma di hati Min Hee. Oleh karenanya, Min Hee hanya bisa menjatuhkan air matanya dalam kesunyian.

"Aku tidak bermaksud membuatmu marah," kata Min Hee mengganti kalimat maafnya. Ia menyeka tangisnya dengan punggung tangan, berusaha terlihat tegar, kemudian kembali melahap rotinya.

SYNDROME ||Jeon Won Woo|| ✔Where stories live. Discover now