Part 14

3.8K 380 44
                                    

#Hari keenam penculikan Min Hee

Tidak biasanya Won Woo datang terlambat. Walaupun Min Hee tidak tahu waktu, ia bisa merasakan bahwa penculiknya telah membuatnya menunggu lebih lama dari biasanya. Ia bahkan menghitung mundur seratus beberapa kali saking bosannya.

Di hitungan ke lima sembilan, orang yang ditunggu Min Hee akhirnya datang. Ia tersenyum menyambut kehadiran penculiknya. Namun sedetik kemudian senyumnya hilang karena melihat wajah penculiknya yang murung.

"Apa masih ada yang mengganggumu?" tanya Min Hee ikut bersedih.

Won Woo tak menjawabnya. Rencana pembunuhan Min Hee memang sudah gagal total, tapi ia perlu rencana lain untuk menggantikannya. Sebuah rencana yang tidak akan menyakitinya atau menyakiti Min Hee. Hanya saja itu seperti sebuah misteri tersendiri untuknya.

"Kutanya kau kenapa lagi?" Min Hee mengulangi.

Won Woo tersenyum getir. "Bukan berarti aku harus menjawabnya, kan?" timpal Won Woo. "Kau pikir masalahnya selesai hanya karena aku memutuskan untuk tidak membunuhmu?" lanjutnya.

Kemudian, Won Woo menghempaskan tubuhnya di sofa panjang.

Min Hee agak terhenyak karena kata-kata Won Woo barusan. Ia pikir, Won Woo yang ada di hadapannya masih sama seperti Won Woo yang menangis di pelukannya kemarin, ternyata tidak.

Mengingat apa yang telah menimpa mereka, sepertinya Min Hee bisa memberikan sedikit pengertian untuk Won Woo kali ini. Ia tahu bahwa semua ini juga tidak mudah bagi laki-laki itu.

"Kau lupa, aku pernah bilang kalau suasana hatimu sangat mempengaruhiku." Min Hee membetulkam posisi duduknya ke arah Won Woo.

Won Woo menatap Min Hee dengan dalam, tapi tak mampu membalas perkataan Min Hee.

Won Woo bermaksud menghindari topik pembicaraan, dan satu hal yang bisa ia lakukan adalah membukakan tutup botol mineral yang dibawakannya untuk Min Hee.

Min Hee menerima botol itu agak hati-hati, lalu menenggak isinya untuk membasahi kerongkongannya.

Won Woo menggeser duduknya menjauhi Min Hee. Walau bagaimanapun, ia merasa tidak nyaman membagi sofanya dengan siapapun, apalagi Min Hee.

Min Hee mengelap setetes air di ujung bibirnya dengan punggung tangan, kemudian menoleh pada Won Woo. "Aku akan melakukan apapun yang bisa menolongmu," ucapnya menjanjikan. "Apapun," lanjutnya.

Won Woo tertegun setelah mendengarnya, tidak bisa menyimpulkan apa yang telah merasuki sanderanya hingga menjadi sangat patuh seperti ini.

"Dengar!" kata Won Woo meminta lebih perhatian Min Hee. "Aku adalah seseorang yang seharusnya kau takuti. Aku bisa menyakitimu."

"Dengan keadaan dirimu yang sedang kebingungan seperti ini?" tanya Min Hee. "Percayalah! Bahwa kita sudah cukup menderita dan tidak ingin menambahnya lagi."

Won Woo bungkam karena penuturan Min Hee barusan. Ia tahu kalau itu semua benar adanya. Ia sudah merasa lelah karena terus membawa bahaya dalam setiap hembus napasnya, dan ia juga sudah lelah menyakiti orang lain.

"Biarkan aku menghiburmu!" kata Min Hee pelan. Tangannya sudah mendarat dengan lembut di pundak penculiknya.

Tubuh Won Woo berdesir hebat karenanya. Jantungnya berdenyut keras dan terlampau cepat, sampai-sampai membuat darahnya bergejolak panas. Saat tangan Min Hee mengusapnya penuh kasih sayang, tubuhnya langsung mengejang tidak bisa digerakkan.

"A-aku menyuruhmu untuk berhenti," kata Won Woo menghiraukan peluh yang mengalir di pelipisnya karena gugup. Ia jelas-jelas menolak Min Hee, tapi tubuhnya tak berniat menghindar dari sentuhan tangan Min Hee yang sudah menjalar di sekitaran dadanya.

SYNDROME ||Jeon Won Woo|| ✔Where stories live. Discover now