Part 3

4.7K 495 20
                                    

Min Hee rebahan di tempat tidur sambil mengelus perutnya yang terus merengek minta diberi makan. Tapi kakinya juga mengeluh kesakitan minta dipijit. Pokoknya, lengkap sudah penderitaan Min Hee malam itu!

Hal yang dilakukan selanjutnya adalah mengambil beberapa lembar uang di dompetnya lalu memasukkannnya ke dalam mantel yang berusaha ia kenakan sekarang.

Pada akhirnya, rasa lapar mengalahkan rasa sakit badannya. Ia pun memutuskan pergi ke mini market terdekat untuk menyeduh satu cup ramen di sana, sembari menenangkan diri dari keluh kesahnya hari ini.

Min Hee duduk di dekat jendela dan menonton orang-orang yang sedang lewat. Tiba-tiba saja, matanya menangkap sosok yang memakai hoodie hitam dengan kepala yang tertelan oleh kupluk. Ia merasa bahwa bisa saja orang itu adalah orang yang sama dengan di bus tadi.

Pemuda itu berjalan menuju mini market, lalu membuka pintu itu sehingga angin malam yang dingin juga ikut masuk ke dalam. Min Hee pun bisa merasakan giginya bergemeletuk saking dinginnya.

Min Hee terus memperhatikan pemuda itu karena penasaran dengan sosok aslinya, sampai-sampai ramennya dinomorduakan.

Pemuda itu menurunkan kupluk dan menoleh tidak sengaja ke arah Min Hee.

Kwon Soon Young.

Min Hee hapal betul orang itu bernama Kwon Soon Young, mereka pernah satu kelas saat Sekolah Menengah Pertama.

“Hai!” sapa Soon Young. Ia mengambil  ramen yang sama sebelum memilih untuk duduk di sebelah Min Hee.

“Lama tak jumpa,” kata Min Hee canggung.

Bukan karena mereka tidak akrab, tapi ia agak kecewa karena Soon Young bukan orang yang sedang dipikirkannya. Tapi tak apa.

“Sedang apa kau di sini?” tanya Soon Young sembari menunggu ramennya matang.

“Makan.” Min Hee menunjuk ramennya yang tinggal setengah.

“Aneh sekali, kita satu komplek tapi hampir tidak pernah bertemu,” kata Soon Young mengomentari.

“Kadang aku ke sini untuk makan,” sambung Min Hee memberi tahu. Ia mengingat malam-malam itu dengan baik.

“Makan ramen?” tanya Soon Young heran.

Min Hee hanya mengangguk untuk mengiyakan.

“Bukannya ramen itu makanan yang paling dihindari perempuan saat malam hari ya,” oceh Soon Young. Ia mulai membuka tutup cup-nya karena sudah tidak sabar.

Min Hee hanya tersenyum saja. “Eh, bagaimana sekolahmu?”

“Cerita apa yang kau ingin dengar memangnya?” Alih-alih menjawab, Soon Young malah bertanya balik. Tapi ia jadi tersedak ramen karena bicara sambil menyeruput ramennya yang masih panas.

Min Hee segera memberikan minumannya.

“Aku masih belum punya pacar jika kau mau tahu,” ucap Soon Young setelah meneguk minumannya. Awalnya serius tapi tawanya segera menyusul dengan renyah, khas seorang Kwon Soon Young.

“Bercanda,” lanjut laki-laki itu kemudian.

Min Hee diam saja melihat tingkah konyol Soon Young. Entahlah, mungkin selera humornya terlalu payah untuk mengikuti gaya bicara Soon Young yang terkesan blak-blakan.

“Tidak lucu, ya?” tanya Soon Young bingung. Ia menatap ramennya lagi lalu berkata. “Sepertinya kau sedang ingin sendiri, iya kan?”

Min Hee menyadari bahwa responsnya benar-benar buruk barusan. “Er, maafkan aku! Aku hanya sedang banyak pikiran akhir-akhir ini. Tapi aku benar-benar senang bertemu denganmu malam ini,” jelasnya cepat-cepat.

“Pikiran?” Soon Young minta penjelasan. Nyatanya Soon Young sama sekali tidak memperpanjang masalah acuh tak acuh Min Hee tadi.

“Masalah keluargaku,” lirihnya. Ia harap Soon Young bisa mengerti bahwa ia tidak ingin bercerita mengenai itu.

Soon Young hanya meng-oh-kan saja. Laki-laki itu pun segera mengalihkan topik pembicaraan yang lebih ringan dan mengalihkan perhatian Min Hee ke hal-hal yang seru saja.

Min Hee beberapa kali tertawa karena tak tahan dengan lelucon yang dibuat Soon Young. Ia sangat berterima kasih karena Soon Young telah membuatnya tertawa lagi.

Tak terasa malam semakin larut, Min Hee menguap karena kantuk mulai mengetuk kelopak matanya.

“Kau mau kuantar pulang?” tanya Soon Young yang melihat kelelahan dalam diri Min Hee.

“Tidak perlu. Aku akan pulang sendiri,” jawab Min Hee.

“Ayolah,  jangan buat aku jadi laki-laki yang brengsek membiarkanmu pulang sendirian!” pinta Soon Young dengan mata sipitnya yang semakin tenggelam karena kantuk juga.

“Baiklah,” ucap Min Hee kemudian.

Mereka melewati jalanan sepi itu berdua. Karena cuaca yang sangat dingin, tidak begitu banyak dialog yang bisa dilakukan keduanya.

“Sampai sini saja,” kata Min Hee. “Aku tidak mau orang tuaku melihat kita.”

“Oke, aku paham. Hati-hati ya!” Soon Young melambaikan tangannya sembari melangkah mundur. Kemudian berbalik untuk kembali menelusuri jalanan yang baru dilewatinya menuju rumah.

Min Hee melanjutkan perjalanannya sendirian. Tapi ia merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya dari belakang setelah beberapa langkah. Ia berusaha mengendalikan dirinya agar tidak panik. Mungkin saja Soon Young, tebaknya.

“Soon Young-ah?” Min Hee menoleh.

Benar saja insting Min Hee, ada seseorang sedang berdiri di sana, memakai hoodie hitam dan kupluk di kepalanya. Tapi ia tidak bisa melihat wajah orang itu karena pencahayaan lampu jalan yang kurang.

“Soon Young-ah,” panggilnya lagi. Kali ini lebih pelan dan gentar. Selain itu jantungnya entah kenapa mulai menendang-nendang minta keluar dari tempatnya.

Min Hee tidak tahu siapa orang di hadapannya, tapi ia yakin di detik berikutnya bahwa orang itu jelas-jelas bukan Soon Young seperti tebakannya.

Ia ingin lari dari sana, tapi itu adalah ide buruk menurutnya. Jika ia gegabah, ia bisa saja lebih dalam bahaya dari yang seharusnya.

“Kau siapa?” tanya Min Hee memberanikan diri. “Apa yang kau inginkan?”

Orang itu mengikis jarak dan membuat Min Hee hilang kesadaran oleh satu gerakan tangan saja.

***

TBC

SYNDROME ||Jeon Won Woo|| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang