Diantara Rinai Dosa

Start from the beginning
                                    

"Gak penting masa lalu dia seperti apa, karna aku mencintai Arinda yang sekarang bukan dia di masa lalu." Tegas Umar.

"Yakin?" Lisa tersenyum sinis, kata- kata Umar barusan mengiris hatinya.

"Apa maksud kamu?" Umar menautkan alisnya.

"Yakin, setelah tau seperti apa dia di masa lalu. Apakah mas Umar masih bilang cinta?"

"Jangan bertele- tele. Kamu mau bilang apa?" Umar mulai kesal.

"Kamu gak akan percaya, tapi memang ini kenyataannya. Arinda itu pernah berzina dengan calon suaminya dan Faruq itu hasil dari hubungan terlarangnya." Jelas Lisa, ia menatap lagi kepada Umar. Berharap pria itu akan kaget dan kemudian meninggalkan Arinda.

Umar membalas tatapan Lisa dengan tajam.

"Boleh gak percaya, tapi mas Umar bisa tanyakan langsung hal ini ke Arinda. Aku cuma gak mau, Arinda ditinggalkan lagi. Jadi lebih baik sebelum semuanya makin jauh, ada baiknya mengetahuinya sekarang."

Umar menampakan ekspresi datar saja. Membuat Lisa justru jadi bingung.

"Hhhh, sahabat macam apa Kamu ini?"

"Maksud mas Umar?" Lisa bingung.

"Aib kita aja, gak boleh kita ceritakan. Apalagi aib orang lain, aib sahabat sendiri. Paham kamu?" Umar benar- benar kesal.

Lisa kebingungan.

"Mau seperti apa dia dimasa lalu, aku gak peduli." kata Umar dengan tegas.

"Setiap orang punya masa lalu, punya aib. Tapi ketika dia sudah bertaubat, lantas apa yang harus dipermasalahkan?"

Lisa merasakan matanya memanas.

"Cinta dan obsesi itu kadang jika tidak tepat meletakannya hanya membuat diri kita rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Termasuk..." Umar menatap geram kepada Lisa."Membuka aib sahabatnya sendiri!"

Lisa terhenyak. Dia makin bingung. Tak menyangka Umar berkata seperti itu. Diluar nalarnya.

"Tapi...mungkin mas Umar bisa menerima dia. Bagaimana dengan mami kamu, mas?"

Umar mendengus, berusaha menahan marahnya. Ia berdiri dari tempat duduknya.

"Kalau kamu mau cerita ke mami. Silahkan, gak masalah. Dan aku pastikan gak akan berubah sedikit pun. Aku akan tetap memilih Arinda sebagai persinggahan terakhir ku!" Umar mempertegas ucapannya. Setelah itu pergi meninggalkan Lisa yang menangis.
--------------

Sehabis jogging, Umar langsung mandi. Mami menunggunya di ruang makan untuk sarapan.

Selesai berpakaian, Umar mendatangi mami. Mereka sarapan bersama.

"Umar, nanti temanin mami ke panti asuhan, ya." Mami menegak jus mangga.

"Panti asuhan?"

"Iya, kamu bisa kan?" mami meletakan kembali jus mangga di tangannya ke atas meja.

"Bisa sih," Umar mengunyah kentang kukusnya."Tapi, biasa mami sama teman- teman sosialitanya mami." Umar senyum- senyum.

"Mereka lagi pada gak bisa. Makanya biar sama kamu saja, itu mami sudah terlanjur belanja makanan, buku, sama baju. Uang hasil patungan sih, cuma mereka hari ini betul- betul gak bisa. Jadi mami saja yang pergi. Kamu temanin ya?"

"Oke, mi."

"Sering interaksi dengan anak yatim itu melembutkan hati lho. Itu yang mami rasakan. Dua tahun setelah kamu pergi, papi sama mami rajin ke panti asuhan. Sekedar melepas kerinduan, karena kamu gak ada." Mami merasakan matanya mulai berkaca-kaca.

Diantara Rinai Dosa (Sudah terbit) Where stories live. Discover now