Diantara Rinai Dosa

7.6K 381 30
                                    

Rumah yang harusnya menjadi surga bagi mereka kelak, kini bagaikan sebuah telaga dosa.

Mobil merah Dony melesat meninggalkan rumah yang telah menjadi saksi kekhilafannya dan sang pujaan hati.

Mobil itu meluncur tak karuan, beberapa kali para pengendara lain membunyikan klakson sebagai teguran kepajda Dony yang menyetir dalam keadaan kacau.

Sementara gadis yang belum sah sebagai istrinya itu, duduk di jok belakang dalam kondisi yang juga kacau. Pikirannya kacau, hatinya penuh sesal. Bulir- bulir bening berguguran tiada henti dari ke dua matanya.

Rasa bersalah, menyesal, merasa berdosa sedang menngelayuti perasaan dua insan yang telah tergelincir dalam lembah kenistaan.

Dony tak kuasa mendengar tangisan Arinda. Dadanya sesak. Kedua mata teduhnya mulai berkaca- kaca. Dalam hatinya, ia memohon ampun kepada sang Khalik atas perbuatannya.

Maaf pun sempat ia ucapkan pada Arinda sebelum mereka meninggalkan rumah impian mereka. Namun, gadis itu hanya diam.

Dony mengutuki dirinya.
Betapa mudahnya ia tergelincir pada bujukan menyesatkan. Kini kedua mata pria itu basah.

Sebuah truk pengangkut kayu dari arah berlawanan sedang melaju. Sang supir truk menyetir dalam kondisi yang kurang fokus, ia sedang berbicara lewat hp nya.

Sementara mobil yang Dony kemudikan juga melaju dengan kacau. Dony tenggelam dalam lamunan. Arinda masih saja menangis.

Suara klakson truk  lamunan Dony, tapi rupanya terlambat. Ia panik, dan mencoba menghindar tapi rupanya kepanikan membuatnya tak bisa mengendalikan mobilnya.

"Brakkkk!!!"
seketika mobil merah itu bertabrakan dengan truk tersebut.

------

Suara ibu membuyarkan lamunan Arinda.

" Sudah sampai." ucap ibunya.

Arinda mengusap air matanya dengan telapak tangannya. Lalu ia menyusl ibunya ke luar dari mobil avanza putih tersebut.

Sang supir juga ke luar dan  membantu mengangkatkan dua buah tas besar milik Arinda yang ia ambil dari dalam bagasi.

Seorang wanita paruh baya dengan jilbab panjang coklat tengah berdiri di teras dan tersenyum menyambut Arinda dan ibunya.
Arinda mencium tangan kanan wanita itu.
Sang supir taxi meletakkan tas Arinda di teras. Ibu menoleh ke supir dan mengucapkan terimakasih lalu meminta agar menunggunya sekitar 15 menit. Supir itu mengannguk dan ia dipersilahkan duduk di kursi teras.

Tiga perempuan itu masuk ke rumah yang berdinding ulin itu. Wanita yang biasa dianggil mak Siti itu menunjukkan kamar untuk Arinda. Kamar yang terletak tak jaih dari ruang tamu.

Mak Siti pergi meninggalkan Arinda dan ibunya di kamar itu.

"Sementara kamu di sini dulu, bersama julak mu. Sampai nanti abah bisa menerima kenyataan. Bersabarlah dengan situasi ini." ibu membelai lembut bahu putrinya.

Arinda hanya mengangguk saja, pasrah.
"Jaga diri mu dan janin mu." pesan ibu yang menyentakkan hati Arinda. Janin? Ia memegangi perutnya yang mulai besar. Rasa bersalah dan malu menyergap hatinya.

"Ibu pulang dulu,ya," wanita itu mengecup kening Arinda.
Lalu ia membalikkan badan hendak membuka pintu kamar.

"Ibuuu...." Arinda menghambur ke arah ibunya,ia bersimpuh di bawah kaki ibunya. Ia menangis dan menciumi ke dua kaki wanita yang telah melahirkannya itu.

Langkah wanita bernama Aida itu tertahan. Putrinya mengiba memohon ampun atas kesalahnnya yang telah merusak nama baik keluarganya.

Ia angkat bahu Arinda, menuntunnya berdiri. Ia tatap wajah gadis kesayangannya itu dengan penuh rasa sayang.

Diantara Rinai Dosa (Sudah terbit) Where stories live. Discover now