Diantara Rinai Dosa

4.9K 299 6
                                    

"Semoga, saat aku kembali. Kau akan menerima pinangan ku, Arinda, " ia bergumam sendiri sembari langkahnya menuju pesawat yang akan membawanya pergi meninggalkan sang pujaan hati untuk sementara waktu.

Sudah sepuluh purnama ia mengenal wanita bernama Arinda. Tak ada apa pun, hanya sebatas menyapa atau hanya berbincang sesaat yang ditengahi oleh mak Siti, Lisa atau diantara anak-anak panti. Hatinya selalu bergetar hebat ketika berada di dekat Arinda. Sesekali mencuri pandang saat ia berada di panti.
Namun, sang dewi pujaan tampak biasa saja.

"Apakah kau tau perasaan ku pada mu?" sering ia bertanya dalam hatinya disaat melihat Arinda.

----------------

"Hari ini si lesung pipit pergi, ya?" Lisa menggoda Arinda."Ehem....enggak sedih kah?" Lisa melirik ke Arinda.

"Apaan,sih....Biasa aja," sahut Arinda datar. Ia sibuk mengeluarkan pakaian-pakaiannya dari mesin pengering.

"Ciyeeee....bakal ada yang kangen berat nih...." Lisa tertawa meledek.

"Ihhh, kamu sama mak kerjaannya ngeledekin aku." Arinda membesarkan matanya. Lalu ia pergi ke halaman belakang untuk menjemur pakaiannya.

"Harri itu....sukaaaa banget sama kamu, deh. Kamu nyadar enggak sih?" Lisa berdiri di ambang pintu.

Arinda tak menyahut, terus saja menjemur pakaiannya.

"Kamu harus move on dari masa lalu kamu."

"Itu pasti." Arinda menyahut. Ia sudah selesai menjemur pakaiannya, lalu mendekat ke Lisa dengan menenteng keranjang plastik yang sudah kosong.

"Tapi...aku merasa selalu tidak pantas untuk siapa pun."

"Kok gitu sih?" Lisa merasa iba mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Kamu berhak bahagia."

"Yaaa, tapi aku juga harus tau diri. Aku hanya takut, jika menerima seseorang dan kemudian tau aib ku, apakah ikhlas dengan masa lalu ku?"

Lisa menghela nafas.

"Ayo minggir, anak gadis gak boleh berdiri depan pintu, nanti enggak jadi kawin."

"Ihhh...kaya ibu ku aja kamu ini yang kayak begitu dipercaya." Lisa menyingkir dari ambang pintu. Arinda tertawa dan masuk ke dal rumah.

Mereka duduk di ruang tamu. Faruq masih terlelap di kamar. Mak Siti dan mbak Galuh sedang ke pasar.

"Nunggu mak datang, ya. Setelah itu baru kita jalan."

Lisa mengangguk.

"Oh ya, apa kabar ibu mu?"

"Baik...biasa sibuk dengan jualannya."

"Kangen sama lontong sayur dan nasi kuningnya ibu mu."

"Hhhh...tadi sih, ibu suruh bawain untuk kamu. Tapi aku lupa."

"Ahhhh, sayang sekali."

"Ibu itu suka banget sama kamu. Apa-apa selalu bandingin aku sama kamu. Coba contoh Arinda, sampai sekarang kalau aku sedikit membantah pasti ke luar deh, kata-kata itu. Habis aku bandel kali ya, sementara dia berharap aku tuh, seperti kamu.....hhhh." Lisa menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Ibu kamu enggak berubah, ya. Dari dulu ibu mu berlebihan dengan ku. Padahal aku enggak selalu baik." Arinda mengelus-elus punggung telapak tangan Lisa yang puith dan lembut itu." Tapi, aku yakin ibu mu sayang banget sama kamu. Dia hanya berharap, kamu menjadi gadis yang baik."

Lisa tersenyum.

----------------

"Ciiiiiiittt!" suara mobil berdecit, mengerem secara mendadak. Membuat semua orang yang ada di sekitar jalan menoleh ke arah mobil hitam yang nyaris saja menabrak dua wanita yang sedang menyeberang jalan dengan menenteng kantung-kantung plastik berisi belanjaan yang kini berserakan di jalanan.

Diantara Rinai Dosa (Sudah terbit) Where stories live. Discover now