Diantara Rinai Dosa

4.3K 319 12
                                    

Umar memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah mak Siti. Mami memperhatikan sekitarnya.

Arinda dan Umar ke luar dari mobil bersamaan. Arinda yang sejak tadi salah tingkah tak berani menatap Umar.

Umar membukakan pintu untuk mami. Wanita itu ke luar dari mobil sambil menggendong Faruq yang masih saja tidur. Arinda menyambut Faruq. Mami menyerahkannya dengan hati- hati agar bayi itu tak terjaga. Lalu ia mencium pipi Faruq dengan lembut.

Lisa memperhatikan dari balik kaca mobil. Ada rasa iri menyelinap di hati gadis itu.

"Makasih ya, tante." ucap Arinda. Mami tersenyum.

"Itu panti asuhan?" Mami mengalihkan pandangannya ke bangunan bercat cream .

" Iya, tante. Punya julak saya."

"MasyaAllah ... tante bisa dong, nanti main ke sini. Tante itu suka kunjungan ke panti-panti asuhan, sama teman-teman tante."

" Biasa, ibu-ibu sosialita," Umar menimpali. Mami  tersenyum.

"Mau mampir tante?" tawar Arinda.

"Oh, mau sih. Tapi ini sudah mau sore. Lain kali aja, ya."

Mak Siti ke luar dari rumah. Bergegas ia mendekati Arinda. Lalu menyapa Umar dan mami.

"Ini julak saya, biasa dipanggil mak Siti."

Mak Siti dan mami berjabat tangan dan saling melemparkan senyuman.

Lisa membuka kaca jendela dan menyapa mak Siti dengan suaranya yang riang.

"Mak ...."

"Eh. Kamu toh." mak menoleh ke Lisa."Jangan kecentilan," bisik mak. Lisa mendelik lalu tertawa.

"Ah, mak ...."

"Saya pamit dulu, ya," ujar mami ke mak Siti.

"Oh, iya bu."

Umar tersenyum kepada mak Siti. Kemudian menoleh ke Arinda yang berdiri di sebelah mak Siti.

"Arinda, saya permisi dulu. Sampai ketemu besok di kantor."  Umar menatap Arinda yang berusaha menghindari tatapannya.

"Iya, pak," sahutnya pelan.

"Arinda, mak ... Aku pulang, ya!" Lisa berpamitan dan melambaikan tangannya ke Arinda dan mak.

"Hati-hati!" kata mak.

Umar sudah duduk dibelakang kemudi. Kemudian mobil mundur perlahan lalu berbelok sedikit. Umar membunyikan klakson sekali sebagai isyarat berpamitan. Mobil itu pun pergi meninggalkan serpihan- serpihan debu dan asap tipis di udara.

----------------

Mami mengetuk pintu kamar Umar.

"Boleh mami masuk?" tanya mami dari balik pintu.

"Iya, masuk aja mi." sahut Umar yang sedang duduk di ranjang king zisenya. Ia sedang melihat- lihat foto di akun media sosialnya. Foto- foto kebersamaan dirinya dengan para karyawannya tadi siang.

"Lagi ngapain?" mami duduk di pinggir ranjang , bersebelahan dengan Umar.

"Lagi lihat foto-foto tadi, mi. Rony me ngunggah ke FB dan IG Umar."  Umar tak menoleh ke mami, dia fokus memperhatikan foto- foto di layar laptopnya. Hingga akhirnya foto yang ia inginkan, berhasil ia temukan. Foto Arinda bersama Desi. Di foto itu, Arinda tersenyum lepas, sungguh tampak manis wajah wanita  bermata sendu itu. Beberapa saat, ia terpaku memandangi foto itu.

Mami yang merasa aneh dan penasaran, melirik ke arah laptop Umar. Mami pun tersenyum dan mulai paham. Senyum di wajah mami berubah menjadi tawa.

"Ohhh, jadi terpesona sama Desi?" mami bercanda.

Diantara Rinai Dosa (Sudah terbit) Where stories live. Discover now